Vee menyeka air matanya,padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi untuk hal apapun,namun sepertinya hatinya terlanjur sakit,sebesar apapun upaya Vee agar terlihat baik-baik saja dan hasilnya pun nihil,Vee tetaplah Vee,si gadis lemah serta sensitive.
"Jangan nangis terus,nanti make up kamu luntur Vee" wanita yang diduga seumuran dengannya sedang bersikeras memoles wajah Vee agar terlihat sesempurna mungkin,namun sepertinya hal tersebut terhalang karena beberapa kali Vee kerap menitihkan air matanya.
"Apa Aku ngomong sama mama Kamu aja,daripada Kamu harus kaya gini,Aku tahu rasanya Vee,mending Kamu omongin sekarang daripada terlanjur berlarut-larut,kan?"
Vee menggeleng pelan,bibirnya sudah kelu bahkan untuk mengucap kata 'jangan' pun ia tidak mampu.
"Vee,jalanan cukup ramai Davin bisa saja terjebak kemacetan,sepertinya acara keundur beberapa jam,tidak apa-apa kan?" Wanita paruh baya masuk dengan setelan gaun putih polos yang hampir mirip seperti yang Vee kenakan,namun milik wanita itu lebih simple.
"Yasudah kalau begitu aku selesain riasan Aku nanti saja" Vee langsung berdiri,meninggalkan kedua wanita tadi,menempatkan dirinya di balkon kamar sembari menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan kemacetan jalanan depan.
"Vee?"
Vee menoleh ke sumber suara,rupanya perias tadi,ia sedikit menyerongkan tubuhnya ke samping sedikit berhadapan dengan wanita di sampingnya.
"Aku tadi udah bilang sama mama Kamu,maaf lancang,"
"Terus mama jawab apa?"
"Mama Kamu diam,sepertinya dari wajahnya juga kelihatan sedih,beneran Kamu mau nerusin hal ini?"
"Mau bagaimana lagi,Aku juga harus bahagia"
"Tapi Kamu enggak bahagia Vee,Kamu terpaksa,kan?
"Enggak juga,toh Aku sama Davin sudah dekat selama setahun lebih,Aku bisa lihat kalau dia memang tulus,untuk apa Aku terpaksa"
"Jujur Vee,Kamu harus jujur buat terakhir kalinya sama Aku,Kamu masih mengharapkan dia,kan?"
Kali ini Vee sukses terdiam.
"Dan gimana kalau ternyata prediksi dan berita itu sebenarnya hanya kesalahan?,atau justru mereka ternyata membatalkan hal itu? Kamu masih mau melakukan semua ini?"
Ranti,wanita itu masih terus memberi pertanyaan kepada Vee,kemungkinan kecil Vee dapat terbujuk akan hal ini.
Dilain sisi,Vee masih berkecambuk dengan pikirannya sendiri,perlahan memori-memori yang sudah lama Vee kubur dalam-dalam kini kembali terbongkar,bahagia,sedih,susah,kesal,cemburu,dan rindu berkumpul menjadi satu,sehingga bulir air mata kembali menumpuk dipelupuk matanya,dengan sekali kedip air matanya menetes begitu saja membasahi pipi Vee yang saat itu masih setengah dalam proses periasan.
Jujur Vee memang sangat naif akan hal tersebut,sehingga Vee tiba-tiba mengambil keputusan secara gamblang bahkan Vee tidak memikirkan akibat dari keputusannya ini,yang ada di dalam pikiran Vee hanyalah satu,melupakan.
Sampai Vee pun akhirnya lelah,dan ia harus kembali mengingat kenangan itu,kenangan yang manis sekaligus menyakitkan baginya,semuanya berawal dari Vee dan seorang anak laki-laki cerdas yang tidak sengaja dipertemukan di rumah pohon,sepertinya Vee kembali teringat semua hal itu,dan Aku akan merangkum semua kejadian tersebut dalam suatu cerita.
Bernostalgia sedikit tentunya tidak apa-apa kan?
AN
setelah sekian lama aku menghilang dan aku balik lagi ditahun 2023,tiba-tiba kepikiran bikin cerita yang temanya tahun 90an hahah,sampe aku telantarin cerita aku yang lain huhuh,jujur aku mentok ide bgt ketambahan sempet kelupaan kata sandi wattpad,kacau bgt,biat sementara cerita aku yang belum tamat ya udah emang aku gantungin,soalnya aku masih belum ketemu ide lain lagi huhuh:)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELUKIS LANGIT
Roman pour AdolescentsVee yang selalu menunggu sosok Praditya,lewat langit yang ia lukis dengan kuas imajinasinya serta selarik tulisan berisikan tentang kerinduan kepada sosok pria yang ia anggap sebagai kakak laki-lakinya. Perasaan Rindunya kian membuncah,menyelimuti p...