Apa kabar?
Selamat membaca!
~
Pukul delapan pagi sebuah gedung berlantai dua sudah terbuka tirainya menunjukkan bahwa gedung tersebut siap beroperasi.
Sebuah toko bunga yang letaknya berada di tengah-tengah kota. Didepan toko terdapat sebuah papan reklame yang memaparkan nama toko tersebut.
Chasa's Florist, toko bunga yang sudah beroperasi selama kurang lebih dua tahun ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi selain jenis bunga-bunga yang disediakan lengkap, toko bunga yang bernama Chasa's Florist ini juga dikenal ramai karena pelayanannya yang sangat baik. Dimana pelayanan tersebut selain dilakukan oleh satu karyawan, owner nya ikut andil dalam hal pelayanan.
Abella Ayunda Assabiel selaku pemilik toko bunga sudah sejak lima belas menit lalu membenahi bagian dalam toko setelah membuka seluruh tirai jendela.
Sebagai pencinta bunga, membuka florist sendiri bisa dijadikan sebagai sebuah kesenangan bagi diri sendiri dibalik tujuannya menghasilkan uang. Melihat senyum pelanggan, memberi pelayanan, serta melihat bunga-bunga yang selalu bermekaran indah membuat hatinya selalu merasakan ketenangan.
Kring!
Suara lonceng berbunyi menandakan ada seseorang yang datang memasuki area toko.
Abella yang sedang mengelap salah satu meja tunggu dan mendengar jelas suara itu pun seketika atensinya teralihkan. Perempuan itu menoleh kearah pintu yang sudah tertutup kembali dan tersenyum saat melihat siapa yang baru saja datang.
"Ardion..."
Sosok pria dengan pakaian formal, kemeja putih yang dibalut dengan jas biru dongker berjalan kearahnya diiringi senyuman yang terpatri di wajah tampan dan manis itu.
"Selamat pagi, Bel." Sapanya ramah dengan suara baritonnya yang amat berat.
Abella tiba-tiba mematung ditempat, tungkainya yang semula bergerak ingin menghampiri pria itu jadi terhenti.
"Apa yang perlu kamu takutkan, Bel. Kita, aku dan Sagita sangat yakin kalau Ardion menyukai kamu juga."
Seketika, saat melihat wajah tampan dengan bumbu kemanisan itu Abella teringat akan kata-kata salah satu staff radionya malam itu.
"Bel?" Sibuk dengan lamunannya sampai-sampai membuat Abella tidak sadar bahwa Ardion kini sudah berdiri dihadapannya. "Abella Ayunda Assabiel, hey?!" Mengerjap samar kemudian menegakkan tubuh dan melempar senyum pada pria tersebut.
"Pagi...duduk Ardion."
Abella Masih dengan senyuman sembari mempersilahkan Ardion untuk duduk pada salah satu kursi tunggu yang sengaja dia sediakan untuk menunggu selagi dia membuat pesanan bunga. Pria itu menganggukkan kepalanya satu kali sebelum menarik kursi tersebut kemudian disusul oleh Abella yang menarik kursi didepannya. Sekarang keduanya duduk berhadapan dengan meja sebagai pembatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
be Convoluted || rasa
Teen FictionKetika mereka mencintai orang yang hatinya tertuju pada orang lain. ~beConvoluted2022