kesialan.

6 2 0
                                    

"Duh dimana lagi ya, oh iya coba di kamar mandi deket gudang." Ucap Lia.

Di perjalanan Lia dan Valen tidak berhenti tertawa.

Dari kejauhan kak Numan sedang berjalan kearah kantin.

"Li udah ada kak Numan loh." Ucap Valen.

Lia berusaha untuk tidak tertawa tapi tidak bisa, ditambah kehadiran kak Numan yang membuat Lia salting.

"Ancrit aku gabisa berhenti ketawa. Ya gara-gara lelucon mu, ya gara-gara ada dia." Ucap Lia.

Kak Numan yang awalnya hanya melihat kearah depan menjadi melihat Lia.

Lia yang tau bahwa sedang dilihat oleh kak Numan hanya bisa tersenyum.

Lia juga sebenarnya tidak pede dengan senyumnya, terkadang mata Lia pun ikut senyum.

"Ciaelah cuma berpapasan aja udah salting." Ucap Valen.

"Biarinlah suka suka ku." Jawab Lia.

"Nah ini pel, udah ayo balik kelas." Ucap Lia.

*Skip,kembali ke kelas.

"Assala-" ucap Valen.

"Kaluar kamu,gausah ikut pelajaran!" Ucap pak Harto dengan marah.

"B-baik pak." Jawab Valen.

Lia dan Valen bingung harus bagaimana, karna mereka bosan akhirnya Lia dan Valen ke kamar mandi untuk menyanyi dan mengaca.

"Bentar aku mau buang air kecil." Ucap Lia.

"Oke." Jawab Valen.

Lia mendengar seseorang masuk ke dalam kamar mandi sebelah.

Lia kira itu Valen yang juga ingin buang air kecil.

Ketika Lia melihat ke dalam kamar mandi sebelah, kamar mandi sebelah ternyata kosong.

Lia pun bertanya kepada Valen.

"Valen, tadi kamu dikamar mandi ga?" Tanya Lia.

"Engga." Jawab Valen.

"Anak kelas lain?" Tanya Lia lagi.

"Engga Li, dari tadi engga ada yang masuk." Jawab Valen.

Lia yang ketakutan reflek lari keluar kamar mandi.

Valen pun ikut panik lalu lari keluar kamar mandi, lalu bertanya.

"Kenapa Li?" Tanya Valen.

"Tadi kayak ada orang Len,trus kamu bilang kalo gada orang yang masuk di toilet" jawab Lia.

"Eh,kamu ga ngerasa ada yang ketinggalan gitu Li?" Tanya Valen.

"Engga." Jawab Lia.

"KACAMATA MU KETINGGALAN LIA." Ucap Valen dengan teriak.

"LOH IYAA,TEMENIN AKU LEN." ucap Lia dengan panik.

"Males." Ucap Valen.

Valen pun meninggalkan Lia sendiri.

Lia yang panik pun berkeliling sekolah untuk mengajak seseorang yang Lia kenal untuk menemani nya.

Tapi Lia tak kunjung bertemu dengan seseorang yang Lia kenal.

Lia yang panik tak bisa berpikir jernih.

Lia pun menghampiri petugas kebersihan untuk menemaninya.

"Permisi Bu, boleh temani saya ke kamar mandi tidak Bu? Saya takut soalnya hehe." Tanya Lia.

"Oh, iya boleh nak." Jawab ibu petugas kebersihan.

*Skip, kacamata nya udah keambil.

"Makasih Bu udah nemenin saya hehe." Ucap Lia.

"Iya gapapa kok nak." Ucap ibu petugas kebersihan.

"Yaudah saya duluan ya Bu." Ucap Lia.

"Iya nak hati hati." Ucap ibu petugas kebersihan.

"Iya Bu, makasih." Ucap Lia.

Bel pulang sekolah berbunyi,Lia pun meninggalkan ibu petugas kebersihan dan bertemu dengan Valen.

Disana Lia bertemu dengan jonathan, walau Lia sudah mulai tertarik dengan kak Numan tapi setengah hatinya masih ada Jonathan.

Lagi lagi Jonathan menatap Lia dengan tatapan tajam.

"Ini kita beneran asing Jon?" Gumam Lia.

Lia yang awalnya galau mulai panik, karna coach basket nya hendak fisik disekitar Lia.

Awalnya Valen bertanya tanya,namun ketika melihat coach, Valen langsung paham dan mengajak Lia untuk segera kabur.

"Kamu bodoh ya,udah tau mau bolos basket masih aja keliaran di dalam sekolah." Ucap Valen.

"Ya gimana ya, menurut ku sekolah itu tempat yang nyaman dibanding kan rumah ku." Jawab Lia.

"Ya tapi ga gini juga Li." Ucap Valen.

"Hehe, iya iya maaf." Lanjut Lia.

"Ohya, besok kamu pake baju apa buat isra mi'raj Len?" Tanya Lia.

"Kayak biasanya Li, gamis putih kerudung hitam." Jawab Valen.

"Kalau kamu? Pake apa?" Tanya Valen balik.

"Kurang tahu sih aku mau pake apa,liat aja besok." Jawab Lia.

Ditengah tengah perjalanan tiba tiba ada pak Harto yang sedang menatap sinis Lia dan Valen.

Awalnya Lia dan Valen mengira bahwa itu tatapan biasa pak Harto yang emang seperti itu.

Ternyata tidak, pak Harto malah memarahi kami dan menagih tugas kami.

Sungguh tidak masuk akal, padahal dihari itu tidak ada jadwal pelajaran pak Harto, ya gimana bisa kita ngumpulin.

Lia dan Valen tak tahu harus apa pun berkata seadanya, walau nanti agak berantakan karna panik.

"Emm anu pak, hehe...hari ini tidak ada mata pelajaran bapak jadi kamu tidak membawa buku IPA." Ucap Valen.

Pak Harto makin marah dan menjitak kepala kami berdua.

Apesnya kepala Lia di jitak 2 kali.

"Ih kok aku 2 kali sih." Batin Lia dengan kesal.

Tak terasa sudah pukul 3 ashar, dan semua eskul istirahat untuk sholat bagi yang Islam.

Lia pun buru buru untuk keluar dari sekolah nya agar tak ketahuan oleh coach nya.

Tak tahu kenapa Lia bertemu Jonathan lagi, dengan adeknya.

Lia pun kembali mengingat sesuatu dan mulai galau lagi.

Adek Jonathan melihat Lia seakan sudah tau siapa Lia.

"Gemes, pengen nyapa...tapi kita udah asing, haha." Gumam Lia.

"Aku tahu kamu pasti dejavu." Ucap Valen.

"Haha tahu aja kamu Len." Jawab Lia sambil melihat ke arah bawah.

"Aku bimbang, harus menyukai jonathan atau kak Numan." Tanya Lia.

"Ikutilah saja hatimu Li." Jawab Valen.

"Ya." Lanjut Lia.

Maaf banget chapter ini dikit soalnya gatau mau nulis apa lagi.

Jangan lupa di vote yaw (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

[Next]>>

Triasih Badra - Keinginan Bahagia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang