🌹Kamp Pelatihan

442 79 48
                                    

Pagi ini suasana nampak sedikit berbeda dari sebelumnya. Jika biasanya hanya akan ada Kiyoomi dan Hinata yang akan sarapan bersama di meja makan. Pagi ini ada sosok tambahan yang tak lain adalah Madara.

"Selamat pagi." sapa Kiyoomi sembari mengambil posisi duduk berhadapan dengan Madara.

Madara hanya bergumam sebagai balasan. Ia menatap penampilan putranya yang hanya memakai jaket klub  dan celana training dengan sebelah alis terangkat. "Ada latih tanding lagi?"

Madara mengingat cerita Hinata terkait kesukaan putra mereka terhadap olahraga voli. Bahkan dalam album foto Kiyoomi yang ia lihat semalam. Selalu ada bola mikasa yang dipeluk sang putra semata wayang.

Dan dari apa yang ia tahu. Kiyoomi menekuni olahraga voli dari awal masuk sekolah menengah pertama. Dan minatnya pada olahraga voli semakin menjadi saat Sai juga turut serta mengekorinya masuk ke klub yang sama.

"Sebenarnya aku lupa memberitahu Ayah dan Ibu tentang sesuatu."

Madara yang hampir membuka suara mau tak mau harus kembali menelan kalimat yang sudah berada di ujung lidahnya saat Hinata mendahuluinya untuk bertanya.

"Ada apa?" wanita berparas cantik itu berjalan mendekat bersama panci berisi kari yang mengepulkan uap panas. "Kau tidak sedang terlibat perkelahian 'kan?"

Kiyoomi yang ditatap penuh selidik tentu saja cemberut. Ia bukan lagi bocah ingusan yang selalu mengedepankan tinju sebagai pilihan untuk menyelesaikan sebuah masalah. "Aku akan ikut kamp pelatihan. Jadi selama tiga hari ini aku tidak akan pulang."

"Dimana lokasi kamp pelatihannya?" kali ini Madara yang mendahului Hinata.

"Cukup dekat dengan sekolah." Kiyoomi menyodorkan piring miliknya pada Hinata yang sigap menerima.

"Apa Sai juga ikut?"

Kiyoomi bergumam terima kasih saat Hinata meletakkan piring berisi nasi kari hangat di depannya. "Aku sudah mengabarinya lewat pesan karena kemarin dia langsung ijin pulang. Mungkin sebentar lagi dia akan muncul di depan pintu pagar rumah."

"Ingin membawa bekal lebih, hm?" tawaran dari Hinata mendapat gelengan. Pihak sekolah sudah mengurus segalanya untuk mempermudah seluruh anggota klub yang ikut kamp pelatihan.

"Baiklah, jangan sampai telat makan saat disana. Ibu tahu kau pasti akan lebih mementingkan latihan daripada makan. Pastikan juga tidak ada debu di tempatmu tidur nanti."

"Umn..." Kiyoomi kemudian memulai aktifitas sarapan dengan memasukkan suapan penuh nasi dengan kari kedalam mulut.

"Omi alergi debu?" pertanyaan tersebut keluar dari belah bibir Madara. Jika diingat memang semenjak pertemuan pertama mereka Omi sering memakai masker bahkan ketika di dalam ruangan.

"Bukan alergi. Hanya saja, Omi sering merasa tidak nyaman jika ada banyak debu di sekitarnya."

"Aku merasa tidak bebas untuk bernapas dan menganggap udara di sekitarku kotor."

"Apa Omi mengidap Mysophobia?"

Hinata merasa maklum jika Madara banyak bertanya seputar keadaan putranya. Sepertinya bibit-bibit seorang Ayah protektif mulai muncul dari dalam diri Madara yang dulu dikenalnya tak peduli pada sekitar. "Tidak separah itu. Jangan khawatir, putramu itu sangat sehat. Dia hanya tidak menyukai debu."

Sejurus Hinata mengucapkan kalimat tersebut. Omi segera membuat pose seolah sedang memperlihatkan otot lengannya yang tertutup lengan jaket tanpa ekspresi.

Kontan saja kelakuan Omi membuat Madara tak bisa menahan senyumnya. Andai dulu dirinya ikut menemani Hinata dalam melihat tumbuh kembang Kiyoomi mungkin akan ada banyak kenangan yang bisa membuatnya terus tersenyum jika mengingatnya.

KIYOOMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang