Sesampainya di Tokyo. Kiyoomi semakin disibukkan dengan persiapan turnamen babak kualifikasi yang akan segera di mulai.
Ia sibuk berlatih bersama timnya hingga sore hari. Tak ada waktu bersantai karena tujuan mereka adalah menang.
Kini keseluruhan anggota klub voli SMA Ishiyama sedang berkumpul ditengah lapangan bersiap mendengar wejangan dari sang pelatih yang sudah bersemangat. "Aku tidak akan banyak bicara. Kalian pasti tahu apa yang harus kalian lakukan untuk menjadi pemenang."
"Osh!"
"Lakukan yang terbaik. Bakar semangat masa muda kalian untuk mendapat hasil maksimal!"
"Osh!"
"Jangan sampai kalah!"
"Osh!"
"Menangkan tiap pertandingan dan buat orang-orang yang mendukung kita bangga!"
"OSH!!!"
Seluruh anggota klub voli berseru penuh semangat. Mereka begitu kompak menargetkan kemenangan sebagai tujuan utama untuk meraih tiket menjadi juara.
Tak terkecuali Kiyoomi yang terlihat mengepalkan tangan. Sedikit lagi dirinya akan bisa menggapai kemenangan pertamanya di tingkat nasional. Ia sudah lama bermimpi untuk meniti karirnya secara bertahap, dan memulai debutnya di turnamen nasional merupakan langkah pertama yang ia ambil.
"Sepertinya semangat Rock Lee menular pada seluruh anggota tim." Sai membuka suara ketika di lihatnya seluruh teman satu timnya bersorak penuh semangat menanti pembukaan turnamen nasional.
"Tidak seluruhnya."
Mendengar jawaban Kiyoomi membuat sebelah alis rapih Sai terangkat. Dengan ekspresi bingung yang tercetak di wajah, ia menatap Kiyoomi penuh tanya. "Maksudmu?"
Kiyoomi menoleh memperhatikan wajah penuh tanya Sai yang menurutnya konyol. Entah sepupunya itu benar-benar tak tahu atau justru hanya pura-pura tidak tahu?
Perlahan Kiyoomi berjalan menuju ransel miliknya yang tergeletak di sisi luar garis lapangan. Menarik zipper ranselnya dan mengambil sesuatu dari dalam yang ternyata adalah ponsel. Kiyoomi sedikit mengotak atik ponsel miliknya lalu menyerahkan ponsel tersebut pada Sai.
"Untuk apa?" tanya Sai yang semakin dibuat bingung.
Kiyoomi menghela napas. Dengan sedikit enggan ia memegang tangan Sai yang menggenggam ponsel miliknya lalu mengarahkan layar ponsel tersebut tepat di depan wajah Sai yang semakin tak mengerti. "Kau bisa melihat satu-satunya manusia yang tak tertular semangat Rock Lee dari situ."
Seketika ekspresi masam menghias wajah rupawan putra Obito yang terlihat menahan kesal. "Kau sendiri lupa berkaca."
Kiyoomi mana peduli? Ia malah mengedikkan bahu sembari meninggalkan Sai yang masih betah menatap layar ponsel miliknya lama. Pemuda jangkung berkulit pucat itu tak menyangka jika sahabat sekaligus sepupunya itu akan berubah menjadi menyebalkan persis seperti seseorang.
Saat memikirkan seseorang tersebut, satu notif pesan masuk tertera pada layar ponsel milik Kiyoomi. Satu pesan dari sang Paman yang mengabari jika dirinya akan kembali ke Tokyo dan meminta bertemu.
"Ada pesan dari Paman." ucap Sai sembari memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya. "Sepertinya Paman tidak ingin meninggalkanmu tanpa pengawasan, huh." imbuhnya.
"Ayah hanya meminta untuk bertemu, bukan mengawasiku."
"Kau tidak tahu saja, seperti apa Uchiha." sergah Sai cepat. Ia ingin membuka kartu pada sepupu tersayangnya. "Kau akan segera tahu seperti apa mereka yang memiliki satu buyut denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KIYOOMI
FanfictionBenar hubungan diantara kita dimulai dari sebuah perjanjian. Namun sebuah hubungan terjalin antara dua orang. Jika tiga orang, itu berarti aku, kamu dan anak kita! Disclaimer : NARUTO - Masashi Kishimoto WARNING : OOC, TYPO BERTEBARAN, GAJE NGGAK KA...