"Makasih leo, lo udah mau jadi sandaran gue" ujar Tivani sembari menghapus air matanya.
"Gue boleh minta nomor lo, biar nanti kalo lo butuh apa-apa ada gue kok" Pinta leo yang sedikit menyodorkan handphone nya.
"Boleh mana handphone lo" Tivani menerima handphone Leo dan mulai mengetik nomor telponnya.
"Leo gue pulang dulu" ujar Tivani yang ditahan leo.
"Bareng gue aja, gue tau lo belum tenang" Sahut Leo disetujui Tivani.
Dijalan Tivani hanya diam saja, mungkin dia masih tidak menyangka kejadian tadi. Tivani telah kehilangan Anantha, ibu yang selalu memanjakannya. Sekarang yang Tivani miliki ialah Revan.
"Berhenti disini aja" ucap Tivani sambil menepuk pundak leo.
"Langsung istirahat vi, gue cabut dulu" pamit Leo.
"Thanks leo" lirih Tivani dibalas senyuman leo. Leo telah pergi, masih berat Tivani melangkah untuk masuk kedalam rumah biasanya saat dia pulang pasti disambut oleh ibunya namun sekarang ibunya sudahlah, ada kejanggalan.
"Kak Revan belum pulang" Tivani duduk disofa lama kelamaan ia terlelap disofa.
.
.
.
Malam yang kelam Revan benar-benar belum pulang dia tidak di markas, tepat 12 malam Revan masih dimakam ibunya, hatinya benar-benar belum rela jika sosok yang dia sayangi meninggalkannya dan tak pernah kembali.
"Revan benci papa" dari tadi kata-kata tersebut yang Revan ucapkan. Revan tidak menyangka jika papanya tega menyakiti ibunya.
"Astaga gue lupa sama Tivani" Revan buru-buru menuju motornya. Motor Revan membelah jalan kota yang besar itu, tapi ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
"Siapa yang ngikuti gue? Kok gue kenal motornya" Revan mengambil jalan yang sepi, ia mengurungkan niat untuk pulang. Sebelum dia pulang dia harus tau siapa yang mengikutinya.
Revan menghentikan motornya ditempat yang sepi dan orang tersebut juga ikut menghentikan motornya. Orang itu melepas helmnya.
"Bagus, rencana gue semakin mudah karena lo berhenti ditempat yang sepi" Orang tersebut tertawa sinis.
"Mau apa lo Justin? " sarkas Revan yang tegas.
"Gue mau lo tewas"
Revan tertawa terbahak bahak. "Yaampun Cil belajar dulu yang bener" ejek Revan membuat Justin tidak terima dan memukul Revan.
"Oh mau berantem okey ayo! "
Malam menjadi saksi atas Revan dan Justin yang sedang berkelahi, sependek-pendeknya Revan jika soal berkelahi jangan diragukan. Revan mengalahkan Justin dengan kondisi Darah di sudut mulutnya.
"Sial" umpat Justin. Justin bersiul dan membuat Revan curiga,
"Apa ada orang selain gue sama Justin disini atau anggotanya Justin" dugaan Revan benar anak buah Justin ada disitu dan mereka bersiap-siap untuk mengeroyok Revan. Justin mengode anggota nya untuk memukul Revan.
12 lawan 1 tidak adil
Rasanya Revan kualahan menghadapi mereka, tapi Revan pantang menyerah dia masih melawan mereka satu demi satu anggota Justin tumbang membuat Justin kesal.
DOR!
Maidan menembak kaki Revan agar tidak bisa bergerak, Revan lemas kini dia kesakitan karena tembakan Maidan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis or protagonis || Jeongminji
Teen Fiction⚠ pembullyan jangan ditiru "selama satu bulan lo harus jadi babu gue" Gadis lugu tersebut menyetujuinya karena ia juga tidak bisa menolaknya. "woyy maidan dibunuh"