04. MEJA & UNDANGAN

136 23 0
                                    

Suasana pada hari ini begitu ramai, banyak orang yang datang ke acara ini. Hari ini adalah ulang tahun Sabrina yang ke 17 tahun.

Keluarga Al-Haddad tidak merayakan nya seperti orang-orang di luar sana. Karena hal itu tidak di perbolehkan dalam islam merayakan ulang tahun, maka sebagai ganti nya keluarga Al-Haddad mengadakan tasyakuran dan juga mengundang beberapa kerabat, keluarga, serta seluruh anak panti asuhan yang berada di kota surabaya tanpa terkecuali.

Seorang laki-laki memakai baju gamis berwarna navy, tak lupa sorban yang melilit di kepalanya. Laki-laki itu tersenyum menatap Sabrina, dengan tatapan begitu bahagia. Di tangan nya sudah memegang paper bag berukuran sedang.

Dengan langkah pasti, ia berjalan mendekati Sabrina seraya berkata, "Selamat lahir malaikat cantik, papa" ucapnya tersenyum.

Sabrina mengerutkan keningnya, siapa laki-laki ini? seperti tidak asing, tapi dia sendiri juga tidak pernah bertemu dengan nya. Dan bentar, laki-laki itu menyebut diri nya dengan ucapan "papa"? apakah dia mimpi? entahlah, tapi jika memang mimpi, semoga jangan pernah ia terbangun dari mimpi itu. Karena jujur, Sabrina sangat merindukan sosok orangtua nya.

Laki-laki itu menyodorkan paper bag yang tadi di pegang nya, Sabrina mengambil alih untuk memegang paper bag itu.

"maaf jika papa tidak bisa selalu menemani kamu sampai dewasa" ucap nya terdiam sejenak, ia menghembuskan nafas beratnya.

"selalu bahagia dimana pun dan kapan pun kamu berada, terakhir, kamu harus tau bahwa papa sangat mencintaimu sampai kapan pun! I love you Sabrina" ucapnya sembari mengecup kening Sabrina selama beberapa detik.

Desir hangat mengalir menjuru seluruh tubuhnya, ia sangat merindukan kecupan ini. Terakhir merasakan nya ketika waktu kecil, dan Sabrina ingat betul gimana rasanya kecupan dari sang papa waktu itu.

"Terimakasih papa sudah ingat sama ulangtahun Sabrina, Sabrina selalu berdoa agar papa dan buna bisa menemani Sabrina sampai dewasa"

"Terimakasih untuk segala cinta yang sudah papa dan buna berikan untuk Sabrina, Sabrina sayang kalian" jawab Sabrina memeluk papanya dengan begitu erat.

"bahagia selalu, nak, papa pamit dulu" ucap nya dan berusaha melepaskan pelukan Sabrina

Sabrina menggeleng kuat, ia enggan melepaskan pelukan itu. Tapi apa daya tenaga nya yang tidak begitu kuat, laki-laki itu berhasil melepaskan pelukan Sabrina dan kemudian pergi dari hadapan Sabrina.

"Papa jahat, kalau sayang sama Sabrina kenapa ninggalin Sabrina? Sabrina mau ikut kalian" teriak Sabrina dengan air mata yang sudah menetes

"Sabrina" panggil Khafid dengan mengguncang tubuh Sabrina perlahan,  ia menyerngitkan keningnya heran mengapa anak nya ini melamun dan menangis.

Tersadar dari lamunan nya, "Astaghfirullah" ucap nya ber istighfar lalu menghapus air matanya yang menetes.

Sabrina menoleh ke arah Khafid, dengan tatapan sendu.

"jangan melamun, ini kita lagi di kuburan, nak.  Dari awal datang kamu belum mendoakan kedua orang tua kamu, kamu melamun apa?" tanya Khafid mengusap kepala Sabrina yang tertutup dengan khimar.

Sabrina menggeleng pelan, "Sabrina enggak mikir apapun, ba" jawab nya berusaha untuk terlihat baik-baik aja.

"kamu berdoa dulu untuk orangtua mu, setela itu tunggu baba di mobil ya"

Sabrina mengangguk setuju, ia mengangkat kedua tangan nya lalu berdoa untuk kedua orang tua nya dalam hati.

"Sabrina tunggu di mobil ya, ba" pamit Sabrina kemudian beranjak meninggalkan tempat itu.

AL- HADDADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang