Suasana ruang makan tenang namun cukup terasa canggung berkat keberadaan Harsa dan Marvin. Sebenarnya Chava senang dan sangat bersyukur jika pagi ini kedua orang tuanya berada di rumah dan sarapan bersamanya dan Mares, bahkan mom-nya memasakkan sarapan untuk mereka, sungguh patut untuk Chava syukuri.
"semalam kalian berdua makan malam dengan apa?"
"nasi goreng, mom."
Harsa mengangguk-angguk, ia bertanya karena tadi mengecek persediaan dapur sudah habis dan sedikit mempertanyakan bagaimana makan malam kedua putranya semalam. "Nanti mom belanja bulanan, kalian berdua ingin dibelikan apa?" tanya Harsa menghasilkan keheranan dibenak Marvin yang sedari tadi diam dan menyimak.
"frozen food, yang instan aja biar kakak gak kesusahan masak." jawab Mares tanpa ragu.
"okay, ada lagi?" tanya Harsa lagi.
Mares mengrejap berkali-kali sembari menatap Marvin dan Harsa secara bergantian, "es krim boleh..?"
"boleh." saut Harsa.
Marvin menyudahi sarapannya, "asal jangan makan es krim berlebihan." tambahnya menyetujui permintaan si bungsu dengan syarat demi kesehatan putra bungsunya.
Mares mengangguk dengan senyum sangat lebar sampai deretan giginya terlihat, terlalu masih menggemaskan untuk usia lima belas tahun.
"hari ini dad bisa antar kalian sekolahㅡ"
"bukannya itu sudah kewajiban bahkan keseharusan dad untuk mengantar kita ke sekolah juga menjemput kita pulang?" ini Chava, menyela dengan pernyataan yang cukup menghantam perasaan Marvin dan juga Harsa yang mana keduanya langsung terdiam.
Mi Casa, Tu Casa
"bekalnya jangan lupa dihabiskan okai?"
Allen mengangguk dan menyalimi si bubu yang mengantarnya dan ayahnya keluar rumah, sedangkan ayahnya itu sedang membuka lebar gerbang rumah supaya mobilnya bisa dikeluarkan.
"hati-hati dijalan, bilang pada ayahmu untuk jangan mengebut okai?"
"ayah dengerin bubu!" seru Allen sedikit sarkas mengingat Saskala sering melaju dengan kecepatan di atas rata-rata ketika mengantar dan menjemputnya.
"iya, maaf."
"nyawa tanggungannya, Sas." peringat Rayyi pada Saskala yang cengengesan.
"tuh dengerin bubu, yah!" desis Allen dengan senyum meledek Saskala.
"ini ayah dengerin." balas Saskala dengan nada mengejek sang putra.
Allen mendelik, "ayah ngejek.. bu." adunya pada Rayyi yang menggeleng heran dengan topik perdebatan antara dominan dan putra tunggalnya itu.
"kalian nggak bosan debat terus?"
"kan aku nggak punya teman debat di rumah, ayah juga nggak mungkin ngajak debat bubu kan?"
"iya sih, tapi jangan setiap menit ya.."
Allen dan Saskala saling bersitatap sebelum mengangguki keluhan submissive tercinta mereka. Tapi, jujur saja kedua dominan Atlanata itu hanya bercanda ketika berdebat, seru katanya.
"gak janji ya.." balas Saskala dan Allen sembari tertawa puas melihat Rayyi berdecak keheranan.
Saskala bahkan merasa dejavu setiap berdebat dengan putra tunggalnya itu, ia bahkan teringat ketika dulu berdebat dengan ayahnya sendiri sedangkan ibu-nya melerai dengan tampang galak saking kesal mendengar perdebatan tidak berguna yang ia lakukan dengan ayahnyaㅡomong-omong Saskala juga anak tunggal Atlanata, sama seperti putranya tetapi alasan Saskala mendapatkan gelar anak tunggal bukan karena ibu-nya tidak bisa mengandung lagi melainkan ibu dan ayah Saskala memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi setelah kelahiran Saskala Atlanata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Casa, Atlanata (onhold)
Fanfiction« discontinued » Atlanata; best parents, best family and best home. (n) bxb . family issues.