2

0 0 0
                                    

Sering kudengar bahwa harapan memberi manusia semangat untuk terus menjalani hidup. Tetapi mari bicara kenyataan, apa yang lebih menyakiti diri selain harapan itu sendiri?

Bukanlah orang lain yang menyakiti kita, tetapi harapan dan atau ekspektasi yang kita taruh pada orang tersebut. Bukanlah mereka yang menyakiti kita, tetapi kitalah yang menyakiti diri. Sudah tahu bahwa tidak ada manusia yang sama dengan kita, untuk apa berekspektasi? Berharap mereka berbuat baik, berharap mereka memberikan tangan untuk kala kita membutuhkan pertolongan. Berkacalah, kita bukan siapa-siapa di mata mereka.

Aku percaya bahwa kalimat “Masalah hadir agar kita semakin kuat,” hanyalah alibi agar manusia mau bertahan. Mari sekali lagi bicara kenyataan, bahwa masalah hadir karena kita hidup bersama individu lain, yang tentu saja memiliki otak dan karakter yang berbeda. Ketika masalah merubah mereka yang ceria menjadi pemurung; berani menjadi penakut; pengasih menjadi pembenci. Semakin kuatkah namanya?

Berpikir positif sungguh sangat baik–kuangkat topiku untuk mereka yang masih berani. Tetapi aku memilih berpikir realistis, karena terkadang, berpikir positif dan berharap atau berekspektasi itu sama saja, tak ada beda.

Sedang ekspektasi dan harapan,
memberi luka yang paling menyakitkan.

Lembaran 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang