[3] W

1.9K 249 272
                                    

•••

"Sayang cepat turun!"

"Iya sebentar!" Darren tergesa merapikan pakaiannya dan melihat pantulan dirinya di cermin. Damian suaminya itu! Sekarang malah Darren yang diomeli padahal sebelum ini Damian lah yang menyempatkan untuk bercinta dengannya.

Mereka sama-sama tahu kalau malam ini ada acara makan malam dengan keluarga Leonidas, disisi lain Damian tidak cukup bercinta dengan Darren kurang dari satu jam. Alhasil mereka jadi terlambat sekarang.

Mengambil parfumnya, Darren menyemprotkan beberapa ke leher dan pakaiannya. Saat hendak meletakkan parfum itu, matanya menangkap parfum Damian disana. Tak ada parfum lain selain parfum itu yang biasa dipakai Damian, dimana parfum yang satunya? Yang aromanya tercium di jas Damian kemarin itu?

Darren berpikir keras, dia yakin mencium aroma yang berbeda, bahkan sekarang Darren mencoba mencium parfum itu lagi untuk memastikan, dan dia memang benar itu berbeda.

"Darren!!!"

Darren mendengus kecil mendengar teriakan itu, buru-buru dia ke luar kamar untuk menghampiri suaminya yang sudah bersiap di mobil mereka. Darren memasuki mobil, tak mempedulikan omelan Damian. Dia memakai sabuk pengamannya dan mobil pun mulai melaju. Diperjalanan, Darren terus dihantui oleh kebingungannya sendiri, dia melirik Damian.

"Dam."

Hanya gumaman yang terdengar dari Damian menjawabnya, pria itu masih fokus menyetir.

"Apa kau ganti parfum?"

Dahi Damian mengerut, dia mencium bajunya sendiri. "Aku pakai parfum yang biasa kupakai. Ada apa?"

"Kau pernah menggantinya?"

Damian menatapnya sekilas.
"Tentu saja tidak pernah, kau kan tahu aku menyukai parfum merek ini sejak remaja."

Darren terdiam.

"Ada apa sayang?"

"Oh tidak, bukan apa-apa."



Sebuah private room yang terhubung langsung dengan kolam berenang dan lapangan golf terlihat menakjubkan pada malam itu. Empat lelaki disana tampak rusuh bercanda tawa sambil menyantap makan malam mereka, hidangan pembuka dan penutup yang tanpa sadar mulai timpas.

"Siapa yang punya ide mengajak makan malam di hotel?" tanya Dominic.

Darren mendengus. "Damian. Ide menginap juga dari dia."

"Yo bung~" Dominic meninju pelan bahu temannya. "Kau memang paling tahu caranya bersenang-senang."

Mereka bertukar tatapan mesum membuat Arsen dan Darren bergidik ngeri.

"Tapi apa ini hotel baru? Tempatnya sangat cantik," Arsen masih menatap keseluruhan suasana, dia suka ini.

"Kurasa begitu sayang," jawab Dominic. "Haruskah aku membeli hotelnya untukmu?"

"Ck, diamlah."

Mereka tertawa lagi menertawakan wajah Arsen yang memerah. Dominic memang selalu tahu bagaimana cara memperlakukannya, Arsen tak pernah meminta sesuatu tapi Dominic pandai membaca raut wajah lelaki itu. Kapan Arsen sedang menginginkan sesuatu atau tertarik dengan suatu hal, Dominic bisa tahu. Karena itu kadang Arsen tak bisa berkata-kata saat Dominic datang membawakannya sesuatu yang sebelumnya dia puji dalam hati.

"Apa disini ada ruang khusus merokok?" Dominic celingak-celinguk.

Damian menyahut. "Kau bisa melakukannya disini, ini juga ruangan terbuka, kan."

UNWRITTEN PART [Damren & Domarsen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang