S E B E L A S

600 42 2
                                    

"Anjir, sugar daddy." pekik Zayna tanpa sadar membuat kedua pria didepannya bingung.

"Apa ada masalah?" Tanya salah satu pria beriris coklat.

Sadar apa yang di lakukan Zayna lantas menggeleng ribut. Ia jadi malu sendiri karena sudah berbicara tak jelas, tak mungkinkan kedua pria itu tak mendengarnya? Namun, salah satu darinya ada yang sangat mendominasi dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Jika tak ada masalah seharusnya kau tahu jika berjalan ditengah jalan itu berbahaya, nona." Sarkas pria dengan iris coklat.

Zayna berkedip, "Tentu saja aku tahu!" Dengus Zayna kesal.

"Ceroboh." Cibir pria yang satunya.

"Dih, gue kan nggak tahu kalo ada mobil, lagian ngapain lewat sini?" Sewot Zayna dengan berkacak pinggang. Lupakan soal sugar daddy sifat kedua pria ini menjengkelkan.

Menaikkan alisnya satu. "Ini jalan umum, dan kau mengganggu perjalananku." Balas pria itu datar.

"Ya kan ini biasanya sepi!" Jawab Zayna tak mau kalah. Pria ini sangat menjengkelkan.

"Bukan meminta maaf kau malah mengoceh tak jelas." Sarkas pria itu.

"Heh gula bapak! Yang seharusnya minta maaf itu lo, Karena udah mau nabrak gue kok malah jadi gue yang salah si." Seloroh Zayna menatap garang lawannya.

Menatap tajam pada gadis didepannya. "Tapi kau tak terluka."

"Mental gue yang terluka gara-gara ngeladenin cowok nggak jelas kaya kalian." Maki Zayna.

Melihat tuannya marah pria bermata coklat itu buru-buru menengahnya. "Tuan, sepuluh menit lagi rapat akan di mulai kita tak ada waktu." Ujarnya sedikit panik.

Menoleh ke samping mengangguk sekilas namun ketika menoleh ke depan lagi, gadis itu sudah meninggalkan dirinya tanpa mengucap sepatah apapun. Ia merasa harga dirinya tercoreng kali ini.

"Stevens, cari tahu gadis itu!" Titahnya pada stevens.

"Baik, Mr Allarick." Angguk Stevens pada atasannya.

Sedangkan disisi lain, Zayna yang berhasil kabur dari pria menjengkelkan itu sedang misuh-misuh sendiri. Mengumpat berbagai macam hewan yang ia keluarkan.

"Anjing, babi, jangkrik, panda, badak." Umpatnya menyebut berbagai macam jenis hewan.

Ia merasa dirinya mendapatkan sial hari ini. Tapi mengingat wajah rupawan pria tadi membuat Zayna jatuh cinta sesaat. Reflek jatuh cinta batinnya random.

Bahkan ia masih teringat dengan jelas bagaimana tatapan pria beriris mata coklat terang itu, sangat dingin dan dalam. Iya, dalam seperti lautan.

Tak terasa Zayna sudah memasuki perkarangan rumah mewah milik keluarganya. Kali ini dia pergi menemui Jarden- ayah Airlangga. Menyelmatkan sedikit aset tak masalah bukan.

"Maaf nona, ada yang bisa kami bantu?" Tanya pelayan dengan sopan.

Zayna mengangguk pelan, "Dimana kakek?"

"Beliau sedang pergi melihat perusahaan, apa nona muda ingin kami buatkan sesuatu?" Kata pelayan itu lagi.

"Tidak usah aku akan langsung pergi." Balas Zayna sambil menggeleng pelan. Gadis itu pelahan pergi meninggalkan rumah mewah milik Jarden.

"Sialan, tahu tu aki-aki di perusahaan buat apa kerumahnya? Ngabisin bensin aja anjir." Gerutu Zayna kesal.

Sesampainya di perusahaan gadis cantik itu pun perlahan menuju ke resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan milik kakeknya.

Really Transmigrasi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang