Day 9 (spesial part)

82 18 4
                                    

Berhubung momen langka Mala ngambek sampe begini, mari kita kasih part dialog+narasi dikit🤣🤣🤣

💕💕💕💕

"Siapa yang kasih izin pulang?"

Tubuh Agha terasa seperti membeku seketika saat mendengar nada bicara Mala yang masih terdengar ketus. Ia menarik napas dalam sebelum akhirnya berbalik untuk menatap sang istri.

"Pulang ke rumah sendiri emang perlu izin?"

Agaknya Agha memang sedang mode ingin mencari perkara dengan Mala. Sudah tahu istrinya merajuk bukannya dibujuk malah ditantangin. Sepertinya pria itu sudah bosan hidup makanya berani.

Satu...

Dua...

Belum sampai pada hitungan ketiga, nyali Agha seketika langsung menciut, saat mendapat tatapan tajam dari Mala.

"Ya kan, nggak mungkin juga aku ke RS pake baju kemarin, La. Makanya aku pulang. Kai mana? Masih tidur?"

Nada bicara Agha kali ini terdengar lebih lembut dan pelan. Kakinya melangkah maju agar lebih dekat dengan Mala. Namun, sayang perempuan itu seketika mundur dan menjauh. Ada perasaan kesal dalam diri Agha diperlakukan seperti itu, tapi sebisa mungkin menahan diri.

Oke, saatnya mengalah. Batinnya menyemangati diri sendiri.

"Sayang," panggil Agha mulai melancarkan aksi permodusannya, "jangan gini, ah, masa puasa-puasa marahan? Nggak boleh, nanti pahalanya berkurang loh," bujuknya kemudian.

"Ya emang siapa duluan yang mulai?"

Agha manggut-manggut. "Iya, iya, aku yang salah. Aku minta maaf."

"Besok-besok mau diulangi?"

"Iya."

"Apa?!"

"Hah?!"

Agha melongo beberapa saat, kemudian menggeleng cepat sambil mengibaskan kedua telapak tangannya. "Enggak kok, enggak. Enggak bakal diulangi. Janji ini yang terakhir."

"Kalau ketahuan ingkar janji diapain?"

"La," rengek Agha seperti anak kecil.

"Kalau ketahuan ingkar janji diapain?" ulang Mala dengan nada penuh penekanan.

Agha menghela napas pasrah. "Terserah. Aku siap diapain aja. Yang penting sekarang kita baikan. Oke? Lagi bulan puasa loh," bujuknya tidak ingin menyerah. Ia kembali mendekat ke arah Mala dan beruntung kali ini Mala tidak menghindar. Namun perempuan itu masih diam dan seolah tidak mau menggubrisnya sama sekali.

"Sayang!"

Mala berdecak sambil mendorong dahi Agha gemas. "Apaan sih? Berisik. Ntar Kai bangun. Baru bisa tidur tahu abis subuh tadi."

Agha langsung menutup bibirnya rapat-rapat. "Oh masih tidur? Tapi udah jam segini loh, bentar lagi kita dinas. Gimana?"

"Ya enggak gimana-gimana, nanti biar dimandiin Mama aja. Kasian kalau mau aku bangunin sekarang, semalem dia agak rewel."

"Kenapa? Anget?"

Mala menggeleng. "Nyariin kamu kayaknya."

"Loh, kenapa nggak telfon?"

Kali ini Mala diam saja. Wanita itu bahkan terkesan menghindari tatapan mata Agha. Hal ini tentu saja menjadi kesempatan pria itu untuk menggoda Mala.

"Cie, gengsi ya," ledek Agha sambil menyenggol lengan Mala.

Wanita itu berdecak cuek. "Apaan sih?" tanyanya sebal, "nggak usah genit!"

"Loh, kenapa? Kan sama istri sendiri. Dari pada genit sama dokter koas, ntar kamu ngambek lagi. Cemburu."

Agha-Mala Edisi Ramadhan(Sosmed Au Vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang