~Pelangi itu hitam pekat, mereka berbohong jika mengatakan pelangi indah dengan banyak warna~
*Nazra Pelangi Hilya*
.
.
.
."Waktu kamu sudah berakhir, Firhan. Kamu tidak menemukan pendonor bukan?." Fathir menghampiri Firhan yang duduk termenung di teras rumah. Dapat ia lihat, putranya ini baru saja pulang. Entah darimana.
"Siapa bilang? Firhan mendapatkan pendonor mata untuk Aiza." Sanggah Firhan, menatap papanya remeh.
"Tidak mungkin kamu mendapatkan donor mata secepat itu, atau jangan-jangan." Fathir menatap Firhan horor, ia takut anaknya bisa nekat.
"Bukankah Papa bilang kalau syarat Papa dan Mama merestui hubungan aku dan Aiza hanyalah dengan Aiza dapat melihat kembali?" Firhan berdiri dari duduknya, selangkah lebih maju mendekati orang yang ia panggil papa. "Aku tidak salah bukan?" Sambungnya dengan senyum remeh.
"Papa dan Mama tidak akan merestui jika kamu mendonorkan mata untuk perempuan itu!." Sanggah Fathir cepat, "kamu gila karena cinta. Cinta sejati itu tetap bisa membuat orangnya berpikir logis. Kamu salah memaknai cinta itu Firhan." Sambungnya.
"Papa yang membuat cinta ini tidak logis!." Firhan ikut meninggikan suaranya, kurang apa perjuangannya untuk mendapatkan Aiza?. Ia sudah pergi ke semua rumah sakit, juga menawarkan orang agar mau mendonorkan matanya. Tapi semua usahanya nihil, ia tak mendapatkan apa-apa.
"Jika tidak ada orang lain, maka aku sendiri yang akan mendonorkan mata untuk Aiza!." Kata Firhan memperjelas.
"Kamu bodoh, kamu diperbudak oleh cinta. Cinta membutakan kamu dengan segalanya. Pikir pakai logika jika kamu buta, apa yang terjadi. Jangan bodoh!."
"Yang aku pikirkan hanyalah bersama Aiza, bagaimana caranya aku bisa bersatu dengan Aiza. Mungkin jika Aiza mengizinkan, aku akan menikahinya tanpa restu Papa dan Mama."
"Lagian kenapa harus aku Pa? Kenapa bukan Mas Angkasa? Dia tiga tahun di atas ku. Harusnya dia lebih dulu menikah daripada aku!." Firhan berusaha menawar, dengan mengusulkan Kakaknya. Bukan kakak kandung melainkan kakak angkat. Pria itu dibawa orang tuanya pulang saat berusia 13 tahun. Dan dirinya baru berusia 10 tahun.
"Angkasa sudah memiliki calon,"
"Tapi aku juga sudah Pa!."
"Calon Angkasa jauh lebih sempurna dari Aiza!."
"Sampai kapan Papa terus memperbandingkan Aiza dengan wanita lain? Aiza memang buta, tapi hatinya tidak buta. Aiza yang paling baik dari semua wanita yang aku temui."
"Buka mata kamu lebar-lebar Firhan, Aiza hanya akan menyusahkan kamu!." Tekan Fathir lagi, ia harap Firhan mampu melupakan Aiza.
"Terserah Papa, aku akan menikahi Aiza dengan atau tanpa restu Papa!." Tekan Firhan.
Prang
Firhan dan Fathir kompak menoleh ke sumber suara, mereka dapat melihat Hazna berdiri di ambang pintu dengan nampan juga gelas yang berserakan di bawahnya.
Hazna memegang dadanya yang terasa nyeri secara tiba-tiba, dan nyeri itu kini semakin meluas hingga leher, perut, rahang, serta punggungnya. Karena tak bisa menahan rasa sakit yang semakin menjadi, penglihatan Hazna berubah mengabur dan kemudian gelap. Ya, Hazna pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK RAINBOW
General Fiction"Ra, kata orang pelangi itu indah, berwarna warni. Apa benar? kalau iya, tolong ceritakan sedikit tentang pelangi padaku." Nazra tersenyum sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sahabatnya ini. "Sekarang ada pelangi, apa yang kamu lihat?" Nazra menata...