2. Semua Hanya tentang takdir

12 4 0
                                    

~Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku~
*Umar bin Khattab*
.
.
.
.
.
.
Happy reading🌻🌻🌻🌻🌻
__________________________________________

Pukul 14.00 Nazra sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, ia mengayunkan kakinya menuju jalan dimana ia akan menghentikan angkot yang lewat. Matanya memicing ketika mendapati seorang gadis dengan tongkat yang berjalan di tengah aspal. "Dia buta?" Gumamnya. Raut wajahnya berubah panik saat ada sebuah mobil yang melaju dari arah kiri dan siap menabrak gadis itu. Tanpa berpikir panjang Nazra berlari berusaha menarik tangan gadis itu hingga mereka berguling di rerumputan tepi jalan.

"Ada yang luka?" Tanya Nazra setelah bangun dari jatuhnya, ia menatap gadis didepannya. Seorang gadis dengan rambut hitam yang terurai juga kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

"Kenapa kamu menyelamatkan saya? Saya ingin mati!." Nazra terkejut mendengar ucapan gadis yang baru saja ia selamatkan tadi.

"Mati?" Ulangnya berharap apa yang ia dengar tadi salah.

"Saya sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, saya tidak bisa melakukan apapun karena saya buta. Tidak ada yang mau menerima saya karena kecacatan ini, buat apa saya masih hidup? Toh saya juga tidak bisa melihat dunia." Jelas gadis itu dengan air mata yang berderai.

"Apa yang ingin kamu lihat dari dunia? Katakan, akan ku ceritakan kepadamu." Nazra bertanya kepada gadis buta dihadapannya ini, gadis yang mengaku ingin melihat dunia.

"Kalaupun kamu bisa melihat, belum tentu kamu mau bersyukur, di dunia kamu akan melihat banyak orang jahat, banyak orang menderita, dunia tak seindah bayanganmu. Kamu tahu? Banyak orang yang memiliki masalah lebih besar dari kamu. Seharusnya kamu bersyukur karena masih bisa berjalan, mendengar juga berbicara dengan baik. Ke empat indra mu masih berfungsi dengan baik. Kenapa kamu sangat berputus asa hanya karena satu indra mu tidak berfungsi." Jelas Nazra, ia berharap apa yang ia katakan bisa mengurungkan niat gadis dihadapannya ini untuk bunuh diri.

"Kamu tidak mengerti apa yang saya rasakan, karena kamu tidak berada di posisi saya. Kamu tahu? Saya tidak diterima oleh keluarga orang yang saya cintai hanya karena saya buta!. Mereka tidak mau menerima kekurangan saya, semua orang juga pasti tidak akan ada yang mau memiliki pasangan buta. Lalu untuk apa saya masih ada di dunia ini? Saya hanya bisa menyusahkan." Gadis itu terus teguh dengan pendiriannya, terus mempertahankan opini yang menurutnya benar.

"Kamu salah, Allah menciptakan semua hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Allah memberi cobaan kepada hamba-Nya karena Dia sayang. Allah ingin kamu lebih dekat dengan-Nya. Allah membuat kamu tidak bisa melihat karena Dia tidak mau mata kamu digunakan untuk melihat kemaksiatan yang merajalela di dunia ini. Allah lebih tahu daripada kita. Sesuatu yang menurut kita buruk bisa jadi menjadi sesuatu yang terbaik untuk kita. Ada banyak kemungkinan mengapa Allah memberimu takdir seperti ini. Ambil saja hikmah dari semua yang terjadi sama kamu selama ini." Nazra menarik nafasnya sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kamu harus ingat, ada orang yang lebih menderita dari kamu tapi masih mau beribadah kepada Allah. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata, apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku. Jika lelaki itu memang takdirmu mau sekuat apapun orang tuanya menolak kalian akan tetap bersama entah bagaimana nanti Allah memberi jalannya. Tapi, jika dia bukan takdirmu meski orang tuanya menerimamu pun belum tentu kalian bisa bersatu. Bisa jadi dia hadir hanya untuk sebagai pelajaran buat kamu, dan percayalah jika dia pergi Allah akan menggantikan yang lebih baik lagi."

BLACK RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang