CHAP - III

100 31 4
                                    

Jangan lupa follow RehanPutrahendra dan luvme_na

Sistem.

[ CHAPTER III DIKARANG OLEH luvme_na TERHORMAT. ]

[ENJOY]

***

Aku terbangun dari tidurku dengan nafas yang memburu, kepalaku terasa berat sekali. Kejadian belakangan ini benar-benar mimpi buruk. Saat aku sedang memijat pelipisku aku tersadar akan satu hal. Aku dimana? Tempat apa ini? Kenapa begitu banyak kertas di meja ini?

Lalu tak sengaja ia membaca salah satu lembar kertas yang berada dimeja itu.

"Di cari Kenzo Cakra Buana. siapapun yang menemukan orang ini akan kami beri imbalan."

"Siapa kenzo cakra buana ini?" Saat ia sedang berkutat dengan isi pikirannya, tak lama ada telfon masuk, disana tertera nama 'Carlos'. Tanpa berfikir panjang ia pun mengangkatnya.

"Zo lo udah tau berita kalo lo udah jadi buronan?"

Terdengar suara laki-laki diseberang sana tapi ini bukan tentang suara laki-laki itu melainkan kenapa orang itu berbicara kalau ia sekarang menjadi buronan?

"Zo. Lo denger gue kan?"

"Ah ... iya, iya."

"Jadi abis ini rencana lo apa? Identitas lo udah di tangan polisi sekarang."

"Nanti gue telfon lagi. biarin gue mikir ini dulu," lalu ia memutus telfon itu dan melempar handphone itu.

"BANGSATT. Apa lagi sekarang? Gue masuk ke tubuh buronan? Dan sekarang gue lagi di incer polisi?" Ia memijat pelipisnya kembali dan berfikir apa yang harus ia lakukan sekarang.

Tiba-tiba ia mengambil laptop yang berada tak jauh dari sana. Ia mulai membuka dan mencari berita tentang kenzo cakra buana atau orang yang raganya dimasuki olehnya. Kata demi kata ia baca.

"Jadi ni orang maling barang berharga presiden yang berupa patung? Dia malingnya di istana negara? Kurang kerjaan banget timbang patung aja di maling kaya ga ada patung lain aja."

Setelah selesai mencari tau tentang Kenzo ini ia pun menghela nafas kasar, menempelkan punggungnya dengan punggung kursi.

"Kenzo Cakra Buana, nama itu seperti pernah ku dengar dari suatu tempat ... ah." laki-laki itu tiba-tiba bangkit dari duduknya, kembali pada meja yang masih berserakan kertas buronan itu. Dia pernah melihat kertas ini di kediaman Ayahnya.

' Ah, pembicaraan Ayah dengan sekretaris Mahendra.'

"Dia menghilang, pak. Kami sudah melacaknya, tapi jejak terakhir itu tidak ditemukan dia berada di tempat itu."

Ayahnya menghela napas pada saat itu, seketika raut wajahnya begitu garang bicara dengan dingin.

"Apapun caranya, temukan bedebah itu. Batu itu adalah barang berharga."

Batu itu, mungkin patung yang ada di dalam berita internet. Kenapa Ayahnya juga menginginkan patung itu? Ini semua aneh. Laki-laki itu menghela napasnya, dia bisa saja lari dari polisi karena keterampilan yang diasah berkat bantuan Ayah angkatnya. Namun, jika itu adalah sekelompok mafia yang memiliki lebih dari setengah peradaban kota anggotanya, itu ... bagaimana bisa? Pasti akan sulit.

"Karena identitas ni orang udah bocor kayanya gue harus malsuin identitas. Tapi ini ga mungkin gampang." gumamnya prustasi.

"Ah iya orang tadi, kayanya dia bisa bantu gue." Lalu ia mengambil handphone lalu menelfon Carlos.

"Los lo bisa kesini ga?"

***

"Lo serius mau malsuin identitas lo? sedangkan identitas asli lo aja udah bocor." ucap lelaki itu sedikit berteriak.

"Bisa gausah teriak ga?" ucap kenzo datar, "Awalnya gue juga ga yakin tapi kalo tetep gue paksa pake identitas asli gue, gue bakal ketangkep dalam waktu dekat ini."

Masalahnya bukan polisi, melainkan Ayahnya. Lihat, polisi bahkan statusnya lebih rendah di mata seorang Arkana. Nyali seorang polisi saja akan menciut jika melihat salah satu anggota mafia milik Ayahnya itu. Mengerikan pasti.

Diingat-ingat, Arkana bisa berada di tubuh Kenzo, apa itu artinya Arkana sudah mati? Seperti Gibran di masa itu? Kenzo pusing memikirkannya. Ia menghela napas berat, selalu saja tertimpa sial.

"Gue ga yakin, men." ujar Carlos meminum kopinya dengan hati-hati, "Lagian kenapa Lo terima aja permintaan tolong pak tua itu? Mana batunya kaga Lo kasih ke dia, lagi."

Arkana a.k.a Kenzo mengernyit, apa yang dia maksud Ayahnya? "Maksud Lo ... Daffa Alexan?"

Carlos mendengus, "Iya, siapa lagi kalau bukan dia? Pria berdarah dingin." jawabnya tiba-tiba bergidik ngeri.

Ah, dia paham sekarang. Ayahnya meminta Kenzo untuk mencuri barang itu karena dia sudah terkenal di dunia gelap sebagai pencuri handal. Siapa anggota gelap itu yang tidak mengenalinya sebagai orang yang memiliki julukan 'Si Tangan Panjang Bayangan'. Semua orang mengenalnya.

'Benar-benar nekat.' pikirnya terheran. Namun segera ia memikirkan cara itu. Kenapa tidak dia berikan saja barang itu pada Ayahnya? Ah! Pintar!

"Dimana barang itu? Mau gue kasih ke Daffa." sungguh aneh menyebut nama Ayahnya dari mulutnya sendiri.

Carlos pun merasa aneh, dia mengernyit ke arah Kenzo, "Lo pikun? Brother, patung itu udah Lo jual di pasar gelap."

Deg. Seketika jantung Kenzo terasa melompat. Ia melotot tak percaya.

"Pasti sekarang udah di distribusi ke pulau seberang. Atau mungkin udah di jual lagi ke orang lain. Lo kan udah jual patung itu dua minggu lalu." lanjut Carlos membuat Kenzo mematung.

'Bang-SAT. Mati aku.' batin Kenzo terkena mental.

Carlos menepuk pundak Kenzo karena tau temannya itu merasa tertekan, "Santai, bro. Gue bantuin soal pemalsuan itu. Sampai polisi ga ngenalin Lo sama sekali."

Kenzo tertawa hambar.

'Gue ga masalahin polisi monyet. Tapi Ayah! Emang bisa dikibulin itu orang? Sialan!'

つづく

ーARIGATO FOR READINGー
THANKS

DetectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang