CHAP - VI

84 21 0
                                    

Jangan lupa follow RehanPutrahendra dan luvme_na.

Sistem.

[ CHAPTER VI DIKARANG OLEH RehanPutrahendra TERHORMAT. ]

[ ENJOY ]

***

Aku menghembuskan nafas kasar menatap Universitas Galaxy didepan ku. Sungguh ini hal yang paling aku hindari semenjak dididik oleh Daffa. Penampilanku benar-benar jauh dari kata sebelumnya. Kenzo sialan. Jika dipertemukan akan ku maki-maki berondong itu.

Penampilan ku jauh dari kata baik. Kacamata besar dengan lensa berlapis,serta gaya rambut kuno ini akan ku gunakan untuk sementara. Identitas badan ini harus ditutup rapat untuk sementara waktu. Aku yakin Ayah juga sudah tahu wajah tengik bocah sialan ini.

Semenjak bertemu dengan duda bernama Jack, sekarang namaku berganti dengan sebutan Ken. Pria berkepala tiga itu benar-benar membuatkan ku identitas palsu dan berhasil masuk dalam Universitas. Walau pria itu mata duitan aku tetap membayarnya untuk melakukan semuanya.

Hembusan nafas berkali-kali keluar. Kali ini aku duduk tepat dikelas ku dulu. Disini masih sama, orang-orangnya bahkan jam masuknya. Sekilas aku melirik orang dipojok kelas. Cowok berbadan besar dengan sebuah ponsel pintar dalam posisi miring. Telinganya tersumpal benda kecil, ekspresinya selalu berubah-ubah seperti sedang serius,marah,bahkan emosi. Mahasiswa itu benar-benar misterius. Sejak awal aku masuk hingga saat ini pemuda itu tidak pernah bertegur sapa dengan siapa pun.

Menurutku itu normal saja. Dilingkungan kampus banyak orang yang lebih menutup diri. Tak jarang juga dari mereka lebih mementingkan diri sendiri dibanding orang lain. Lingkungan pertemanan di kampus lebih terbatas dari pada di sekolah.

Kali ini aku tidak tertarik dengan manusia itu, yang aku pikirkan sekarang tentang siapa yang mendorongku. Pikiranku meyakini jika Ayah juga tidak diam saat kondisiku tidak baik-baik saja. Terlihat saat Carlos kemarin memberi kabar jika Putra angkat dari seorang Daffa Alexan mengalami koma,pria itu mengamuk dengan anggota mafia lain. Jujur disitu aku sempat bersyukur saat tubuhku tidak menjadi ubi. Walau pun tubuhnya hidup tanpa jiwa.

"Oi gembel!."

Kepala ku tertoleh menatap mahasiswi yang menatapku penuh dengan tampang malas. Rambutnya dicat terang benderang seperti teriknya matahari. Bibirnya terpoles dengan warna merah menyala. Dia pikir dia cantik?

Aku hanya tersenyum menjawab ucapannya. Sesekali melirik kearah lain dengan beberapa orang didalam kelas. "Kenapa bisa masuk Universitas Galaxy? Gue dengar lo anak gak mampu,nyogok apa lo sama pemiliknya?."

Bibirku benar-benar tidak tersenyum manis. Ini tidak masuk akal, ada-ada saja anak perempuan melakukan ini. Selama aku kuliah, aku jarang melihat anak ini berkomunikasi denganku untuk sekedar menanyakan tugas. "Aku pintar jadi masuknya mudah,bukan kamu yang masuk jalur uang." Mulut sialan.

Dari mana kata-kata lembut menusuk itu. Refleks pemilik tubuh sebelumnya atau diriku sendiri? Cewek itu menatapku garang dia terlihat tidak suka dengan jawabanku.

Mulut sialan. Mulut sialan. Tanganku gatal ingin memukul mulutku sendiri. "Heh! Jangan belagu lo bisa masuk sini,lo itu sam......"

"Pak Arif oi!."

Aku menoleh menatap mahasiswa lain yang berlari dengan wajah penuh keringat. Dia datang tergesa-gesa dengan pakaian awut-awutan. Telingaku tak lepas dari rasa sebal yang keluar dari bibir cewek ini. Dia melenggang pergi menuju tempat duduknya sambil menggerutu.

Mungkin aku bisa berterimakasih dengan Bastian. Ya,benar. Cowok yang baru masuk itu bernama Bastian. Aku tidak tahu persis kehidupan mahasiswa itu,yang jelas aku sering mendengar namanya karena sering dipanggil dosen.

Pak Arif datang berselang dengan Bastian yang duduk ngos-ngosan.

###

Gelak tawa terdengar amat sangat jelas saat kaki ku menginjak lantai rumah. Diruang tamu aku bisa melihat wajah seorang yang pertama kali ku kenal di kehidupan ini. Dia Carlos,cowok jakun itu tertawa dengan mulut terbuka lebar. Bibirku sempat berdecih saat dia mulai membuka suara yang tak jelas. "Lihat persis seperti seorang kutu buku." Carlos kembali tertawa renyah tanpa melihat raut wajahku yang sudah suram.

Sebenarnya aku ingin memukul wajah pemuda itu namun aku urungkan. Tangan kananku mulai mengacak-acak rambut hitam milik ku. Aku tidak bisa bilang ini milik Kenzo asli karena ini jiwa ku sekarang. Kacamata besar ini ku lepas bersamaan dengan memijat kening yang terasa pening.

Kaki ku kembali melangkah menaiki beberapa anak tangga. Aku tidak mendengarkan suara Carlos yang terus-terusan terdengar parau. Sesaat setelahnya terdengar suara Carlos yang mulai memanggilku. Dia terlihat berjalan kearah tangga. Pria itu terlihat mengotak atik benda pipih ditangannya.

"Gue denger dari berita belakangan ini. Katanya anak angkat Daffa koma karena jatuh dari tangga dikampus yang lo masuki sekarang." Carlos menatapku dari lantai dasar. Suaranya sudah normal.

Mulutnya menguap lebar berseling dengan tubuhnya yang bersandar kedinding. Tangannya merogoh cerutu disaku celananya. Seperti berbicara dengan dua orang. "Lalu?."

Aku menatap pria itu tajam. Kata Daffa tanpa selingan Tuan atau semacamnya tidak ada dikalimat. Aku tidak suka jika Ayahku dipanggil tanpa embel-embel. "Bukannya kesempatannya bagus?."

Alisku terangkat mendengar kata-katanya. Pria itu tetap menatapku dengan asap cerutu dari mulutnya.

Sepertinya dia tahu apa yang aku pikirkan saat ini. Ia menaiki tangga hingga berada dihadapanku. Tangannya memberikan cerutu berserta korek digenggaan. Bibirnya menyungging senyum hingga matanya hampir tak terlihat. "Jika kita menemukan siapa yang membuat anak itu jatuh,kita bisa memanfaatkan itu dalam segala sisi." Suara pria itu terdengar rendah.

Carlos menghentikan kalimatnya. Ia kembali menghisap benda disela-sela jemarinya. Hembusan nafas pria itu terdengar selama beberapa saat. Netranya melirikku kemudian berucap. "Disisi kita,dia bisa saja menjadi umpan untuk menghentikan aksi bejat pria tua itu....."

"Dan disisi lain,dia bisa saja bekerja sama untuk kita. Karena dari berita yang beredar dia termasuk musuh anak tua bangka itu."

Aku mendekat melepaskan apa yang baru saja dia beri. Tatapanku benar-benar tidak bisa ku kondisikan. Remasan kemeja yang dia pakai membuat tatapannya menciut kaget. Carlos menatap penuh tanda tanya saat aku menatap penuh amarah. "Lo apa-apaan. Cari tahu dulu sebelum berbicara, sialan."

Carlos menekuk alis. Terlihat jika dia shock saat aku menatapnya bengis. Aku melepas genggaman yang ada dikemejanya. Melangkah meninggalkan Carlos yang diam mematung di anak tangga.

"Jangan berbicara tentang Aya-Daffa didepan gue. Lo gak tahu seberapa besar kekuasaan pria itu." Kalimatku berlanjut dengan kerutan kening didahinya.

Netaraku menatap tajam pemuda itu hingga hilang saat tubuhku masuk kedalam kamar. Aku hanya bisa bernafas kasar sambil mengacak-acak rambutku sendiri. Hidupku ini dalam ambang kematian. Jika aku melakukan kesalahan sedikit saja bisa jadi Ayah membunuhku tanpa penjelasan. "Sebenarnya Ayah ingin apa dari seorang tidak berguna ini? Patung atau tubuh gak berguna?."

Pikiranku bergulat satu sama lain. Hingga aku memutuskan untuk membersihkan diri dan istirahat.

つづく

ーARIGATO FOR READINGー
THANKS

DetectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang