CHAP - IV

67 19 0
                                    

Jangan lupa follow akun RehanPutrahendra dan luvme_na

Sistem.

[ CHAPTER IV DIKARANG OLEH FYNIXSTAR ]

[ ENJOY ]

***

Kami melewati jalanan yang lumayan ramai di pandang. Aku menatap datar punggung Carlos dengan jaket kulit hitamnya. Sempat rasanya terheran. Aku memakai Hoodie hitam dan masker di tengah orang-orang, tapi mengapa dia tidak? Dia nampak biasa-biasa saja seolah bukan komplotan pencuri handal negara.

Aku menghela napas meratapi nasibku yang menyebalkan.

Gibran menjadi Arkana, dan Arkana menjadi Kenzo. Nasibku selalu sial di ketiga kehidupan itu. Gibran yang cupu dan penakut tiba-tiba harus menjadi seorang anak mafia bernama Arkana, lalu merasuki tubuh seorang buronan bernama Kenzo. Sialan.

Aku menatap tempat sekitar terasa tak asing. Sampai langkah Carlos menuju ke sebuah NetCafe di depan. Alisku terangkat kebingungan, tanganku segera menahan pundak laki-laki itu, "Lo bilang kita pergi ke tempat orang yang bisa palsuin identitas Gue, kenapa ke warnet?"

Carlos balik badan dengan kedua tangan di pinggang, "Justru ini tempatnya. Lo percaya aja sama Gue. Ayo masuk." ucapnya melewati pintu dorong netcafe itu.

Sekilas tempatnya sangat tidak meyakinkan untuk kelas markas para penipu. Ya. Aku ragu apalagi ...

"Halo, bujang!"

"Halo juga, tepos!"

Sampai di lobi tempat itu, Carlos dan seorang wanita saling memberikan salam seperti posisi adu panco. Mataku sampai berkedut melihat pancaran dari dua orang itu. Mereka terlihat sangat akrab.

"Lo kemana aja? Sok sibuk banget." ucap wanita itu dengan ketus. Carlos cengengesan sembari duduk di kursi lobi, aku duduk di sampingnya sebelum wanita itu mendekatkan wajahnya padaku. Seketika aku sedikit mundur.

"Dia siapa?" tanya wanita itu menunjukku.

Carlos merangkul leherku tiba-tiba, "Kenalin rekan gue, Kenzo. Dia yang bakal jadi klien kalian hari ini."

Jawaban Carlos membuat mata wanita itu memincing. Aku menepis tangan Carlos yang seenaknya merangkul ku, menatap wanita itu yang kini terdiam. Melihat reaksinya, terasa bernegosiasi dengan aparat keamanan. Namun tiba-tiba dia balik badan, "Natalia. Ayo." ucapnya pada kami.

Natalia? Itu namanya?

Mendengar itu Carlos langsung beranjak, membuatku segera mengikutinya.

Lorong bundar bercahaya lampu neon di setiap sudut lantainya hanya terdapat satu tujuan. Sebuah pintu bundar muncul di ujung lorong ini. Terkesan misterius dari yang kulihat awalnya. Aku menyesal tidak percaya pada mereka karena terpaku pada sampulnya.

Di depan terlihat seperti warnet biasa pada umumnya, tapi saat dibawa ke tempat terdalam bangunan ini, berbagai senjata terpajang di dinding, lukisan yang ternyata menyalakan sebuah cctv tak terlihat dalam sekali telusur. Yang paling membuatku menyesal, adalah teknologi canggih yang mereka gunakan di sini.

DetectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang