BAB 4

62 10 0
                                    

 Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah saatnya kembali ke rutinitas sehari-hari 'SEKOLAH'. Satu kata yang membuat Relin malas berkali-kali lipat dari biasanya.

Gadis itu berdiri di depan kaca sambil menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Penampilannya hari ini sudah begitu sempurna dimatanya. Relin kemudian beralih mengambil tas sekolahnya dan keluar dari kamarnya.

 "Ih, bau apaan nih? Kayak bau kemenyan" ucap Varo mengibas-ngibaskan tangan didepan hidungnya.

 Relin sudah berdiri di sampingnya dengan wajah merengut. "Lo pikir gue setan apa pake parfum kemenyan? Sekate-kate banget lo ngatain parfum baru gue!" Relin kemudian berjalan menuju mobil dan tiba-tiba berbalik menatap Varo. "Emang elo? Pake parfum keringat tiap hari? Cih..." cibir Relin tanpa ampun pada sang kakak.

 Varo menatap geram pada adik satu-satunya itu. "Varo buruan! Nanti telat, ini hari senin bukan sabtu!" teriak Relin dari dalam mobil. Mendengar itu membuat Varo semakin geram.

 Varo duduk di bangku kemudi dan segera menyalakan mesin mobilnya. "Awas lo! Liat pembalasan gue, gue bakal bikin lo ngerasain apa yang tadi gue rasain" ucap Varo dengan tatapan liciknya pada sang adik yang sedang duduk manis di sampingnya.

***

 "Ya ampuunnnn! Panas bangettt! Demen banget matahari nongol waktu upacara. Keringetan kan jadinya gue" omel Rara sambil mengipaskan topi abu-abunya.

 "Matahari elo salahin. Lo seharusnya bersyukur ada matahari. Coba kalau nggak ada, lo mau makan apa? Secara gitu lo matahari kan dibutuhin buat proses fotosintesis tumbuhan dan lain-lain. Lagian siapa suruh baris di depan" jawab Relin membalas omelan sahabatnya itu.

 Rara memicingkan mata. "Apa yang lo sembunyiin dari gue? Gue mencium gelagat lo yang beda dari biasanya" tanya Rara kepo.

 "Idihhh, sok tau lo. Keringin tu keringat lo. Netes mulu kayak ujan. Hahahhaa" olok Relin.  "Lagian elo pendek sih, jadi gue nggak heran elo selalu baris paling depan, hahahaha" tambah Relin lagi tertawa sepuasnya.

 Rara memanyunkan bibirnya dan kembali mengipas-ngipas wajahnya yang sudah di banjiri keringat. Tak lama setelah itu masuk seorang guru dan pelajaran pun dimulai.

 "Eh, lo liat tuh di jendela ada siapa" bisik Rara menyenggol Relin yang sedang asik mencoret-coret kertas.


 Relin menoleh ke arah jendela dan mendapati Varo yang sudah menatapnya dengan garang. Relin meneguk salivanya saat melihat wajah Varo yang benar-benar garang. Dia yakin pasti Varo sudah berniat membalas apa yang sudah Relin perbuat tadi pagi. Di belakang Varo tiba-tiba muncul sebuah kepala, ternyata itu Ari. Relin dan Ari saling pandang beberapa saat tapi kemudian Ari langsung membuang muka dan pergi dari belakang Varo.

Melihat tingkah Ari barusan, Relin menaikkan sebelah alisnya dan mencoba menerka apa yang salah dengan Ari. "Aneh" ucap Relin dan mengalihkan pandangannya dari jendela.

***

 "Kenapa lo? Bolos?" tanya Varo pada Ari yang sedang melamun ditaman belakang sekolah. Varo memang sedang bolos saat ini, lebih tepatnya dia di usir keluar kelas karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan selama liburan. "Woy! Gue tanya sama lo, kenapa sih lo? Bengong aja dari tadi" sambung Varo lagi menyenggol Ari hingga dia tersadar dari lamunannya.

 "Nggak, gue nggak bolos, kelas gue lagi jam kosong. Gue lagi bosen aja makanya gue cabut. Lo sendiri kenapa nggak masuk?" tanya Ari balik ke Varo.

 "Ohhh, haha biasa lah" jawab Varo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Disini emang tempat yang paling bagus dari semua bagian di sekolah, nggak salah taman ini jadi bagian favorit gue" ucap Varo kagum dengan keindahan taman yang ada dibelakang sekolahnya itu.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang