Ryan's POV
Ryan menatap kosong layar ponsel Relin. Dia sudah seperti orang bodoh, karena hanya memandang layar tersebut selama 1 jam lebih. Tapi sayang, tak ada tanda-tanda bahwa chat yang dia kirim tadi akan dibalas oleh gadis disebrang sana.
Ryan merasa tertarik dengan percakapan mereka malam ini, walaupun kenyataannya mereka tidak pernah bertegur sapa. Wajarlah, karena Ryan baru satu hari bersekolah di tempat yang sama dengan Relin. Sepertinya hari-harinya kedepan akan menyenangkan jika ia menjahili Relin atau sengaja membuat masalah dengannya, pikir Ryan.
"Tidur kali ya. Kok bm gue nggak dibalas juga? Bukannya minta maaf, malah ngomelin gue. Gak sopan banget ni bocah" ucap Ryan pada layar tersebut.
"Hoaammm, jadi ngantuk gue" Ryan mengerjapkan matanya berkali-kali karena rasa kantuk yang mulai menggerogotinya. "Ahhh, siapin buku buat besok dulu lah" ucap Ryan bangkit dari tempat tidurnya menuju meja belajar.
***
Ari's POV
Ari memandang ke balkon sebelah rumahnya. Sudah dua jam dia duduk di depan balkon kamarnya hanya untuk menunggu Relin keluar kamar. Tapi, sayangnya yang di tunggu tak kunjung datang. Tidak seperti biasanya. Biasanya Relin akan keluar kamarnya pada jam seperti ini hanya untuk menghirup udara dinginnya malam dan melihat langit yang dipenuhi bintang yang berkelip-kelip dan tak lupa bercengkrama dengan Ari.
Entah apa yang mereka bicarakan hingga larut malam. Mulai dari topik yang jelas sampai nggak jelas akan tetap menarik bagi mereka. Mereka tidak akan berhenti mngobrol sampai mereka mendengar suara Varo yang berteriak menyuruh mereka berhenti dan segera tidur.
Tapi ada yang berbeda malam ini. Relin tak kunjung keluar kamar. Padahal lampu kamarnya masih bernyala terang, kalaupun dia tidur, dia pasti akan mematikan lampu kamarnya dan menggantinya dengan lampu tidur. Apa mungkin Relin sedang sibuk? Tanya Ari pada dirinya sendiri. Entahlah, terlalu berbahaya jika hanya menerka-nerka tanpa kebenaran. Lebih baik bertanya langsung pada yang bersangkutan dan mendengar jawaban yang diberikan.
Ari beranjak dari posisinya sekarang, memilih untuk masuk ke dalam kamar, tak lupa menutup pintu balkon agar tak ada nyamuk yang berhasil masuk kedalam dan menggigitnya, kemudian mematikan lampu kamarnya dan mencoba untuk menutup mata.
***
Relin menginjakan kaki didepan koridor kelasnya. Rasanya dia malas sekali untuk masuk kedalam. Bukan karena hari ini ada mapel yang tidak ia suka, tapi dia sedang tidak ingin bertemu dengan Ryan. Ya, dia merasa malu sendiri jika teringat kejadian malam tadi. Relin mencoba untuk tenang dan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya sebelum dia melangkahkan kaki ke dalam kelas.
Relin merasa ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya dari belakang. Hal itu sontak membuat Relin kaget dan kemudian menoleh. Dia terkejut karena Ryan sudah berdiri manis dibelakangnya sekarang.
Ryan memberikan sebuah cengiran yang berhasil memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Hai. Pagi Elin. Gimana tidurnya malam tadi? Nyenyak?" tanya Ryan yang berhasil membuat mata Relin melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
Teen Fiction“Brengsek lo!! Dasar banci bermuka buaya!! Spesies macam apa lo yang berani-beraninya bajak semua sosmed yang ada di ponsel gue?! Balikin ponsel gue sebelum muka ganteng lo itu gue bikin warna-warni” Ucap Relin saat laki-laki itu berjalan meninggalk...