Pulang dari Rumah Sakit

132 32 7
                                    

Setelah satu minggu berada di Rumah Sakit, Dabin diperbolehkan pulang karena tidak ada keluhan lagi, tetapi tetap saja dengan jadwal kontrol satu minggu sekali di hari sabtu.

Berhubung masih siang, Dabin bisa tidur sepuasnya dengan tenang. Dabin melampiaskan semua rasa tidurnya yang tidak nyaman selama satu minggu lebih, memang kamar sendiri itu yang terbaik.

"Dabin, nanti ada janji sama orang?" tanya Seungwan sambil menghampiri Dabin.

"Nanti malam mau les sama Kamden."

"Ohh, okaayy. Snack sudah ada di rak, jangan sampai bosen belajar loh, ya. Selamat tidur, Dabin." Seungwan mencium dahinya Dabin, kemudian keluar supaya putrinya bisa tidur, tidak lupa menutup pintunya juga.

"Hmmm, nggak bisa tidur," gerutu Dabin.

....

Kamden sudah menulis semua materi yang akan diajarkan ke Dabin nantinya. Ternyata Dabin tertinggal sangat banyak, tapi Kamden harus berusaha mengajarinya supaya Dabin bisa menyusul dan mendapatkan nilai bagus di ujian akhir dan CSAT nanti.

Katalk!

Katalk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang salah chat sama Dabin di sekolah ini, bawaannya senyum terus, semoga saja Kamden tidak di cap aneh karena senyam-senyum terus di depan ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang salah chat sama Dabin di sekolah ini, bawaannya senyum terus, semoga saja Kamden tidak di cap aneh karena senyam-senyum terus di depan ponsel.

"Woy, waras?" Kade duduk disebelahnya Kamden dan mengintip ponselnya, ternyata oh ternyata. "Dabin besok masuk, ya? Syukur deh, gue kesepian tau duduk sendirian."

"Diih, gue duduk sendirian setiap hari bae-bae aja, tuh," respon Kamden sedikit marah.

"Gue memang suka sama Dabin, tapi gue nggak akan ngerebut dari lo, kok."

"Masa depan nggak ada yang tahu, barangkali lo tiba-tiba ada niat jahat. Balik kelas sono, bentar lagi bel masuk bunyi," usir Kamden.

"Ya ampun, posesif banget." Kade mengusak rambutnya Kamden, lalu pergi meninggalkan kelas 12-2. Tepat setelah Kade keluar dari kelas, bel masuk berbunyi.

23.30 PM

Dabin menutup bukunya secara tiba-tiba, bukan karena dirinya yang kelelahan, melainkan takut Kamden yang kelelahan, lagipula sudah larut malam, Kamden juga melewatkan jam belajarnya.

"Eumm, kayaknya kalau gini Kamden bakalan capek. Gimana kalau hari minggu aku ke rumahnya Kamden? Aku sih nggak papa belajar seharian, toh, kalau libur istirahatnya bebas. Kalau Kamden?"

Kamden mengangguk, "Kalau kamu mau, aku juga mau. Aku cuma tinggal ngajarin, aku malah khawatir sama kamu yang nerima materinya."

"Nggak papa, anggap aja sekolah." Dabin menepuk-nepuk bahunya Kamden untuk menenangkan hatinya.

"Okay." Kamden melihat sekitarnya, rumahnya Dabin sangat sunyi. "Kamu nggak papa kan sendirian?" tanyanya, sebenarnya dia tidak tega meninggalkan Dabin sendirian.

"Nggak papa, kok. Aku sudah biasa sendirian di rumah gini, bahkan pernah sampai sebulan, hehehe."

Kamden mengangguk paham, tetapi melihat tatapan matanya... Kamden sangat tahu kalau Dabin merasa sangat kesepian. Gelagatnya Dabin juga terkadang menahan tangisnya, entah itu menggigit bibirnya, meremas-remas jarinya sendiri, tiba-tiba canggung, dan lain-lain.

"Dabin, kalau ditinggal kerja selama beberapa hari atau sampai berminggu-minggu atau malah berbulan-bulan, bilang aja sama aku, ya. Nanti aku jemput, terus kamu nginep di rumahku.

Dabin menggeleng, "Nggak usah, aku nggak papa, kok," tolaknya sambil mengusap air matanya. Sialan, malah ketahuan.

"Tatapan mata nggak bisa bohong ya, Dabin. Pokoknya aku maksa," tegas Kamden.

"Memangnya Kamden nggak capek ya sama aku? Kamden anter jemput aku, selalu jenguk aku kalau lagi sakit, sekarang ngajarin materi yang aku ketinggalan, nerima aku yang kayak gini padahal kamunya tertekan... intinya aku selalu ngerepotin Kamden."

"Dabin...." Kamden memijat dahinya. "Aku nggak pernah ngerasa direpotin sama kamu, justru sebaliknya, aku malah suka kalau kamu butuh aku. Hidup aku cuma gitu-gitu aja kalau tanpa kamu. Sifat kamu juga yang bikin aku senyum-senyum sendiri. Kamu inget kan tadi siang kita chatan? Kamu bilang aku capek sama kelakuan kamu, padahal aslinya aku senyum sendirian di kelas."

Dabin terharu mendengarnya, apalagi mengingat Kamden berbicara sepanjang itu untuk yang pertama kalinya.

"Euumm, barusan aku izin sama Mama, katanya aku boleh nginep disini nemenin kamu."

Dabin menarik tangannya Kamden ke kasurnya yang sangat nyaman itu, lalu memakai selimut dan memeluk Kamden. Pokoknya malam ini Dabin mau manja-manja sama mas pacarnya.

[✔] Awkward (Na Kamden)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang