BAB 6. PASAR MALAM

5 6 0
                                    


Malam menyapa setelah menyapu senja dengan lembut. Aira kedatangan seorang tamu yang sudah tak asing bagi dirinya dan sang mama. Seseorang itu ialah pemuda tampan bernama Saka Reksa, ketua osis. Lumayan sering ia main ke rumah Aira dengan alasan mengatasnamakan kegiatan-kegiatan osis. Ia juga suka dengan Aira. Sudah dibilang, mudah para laki-laki untuk jatuh cinta kepada Aira sebab selain karena cantik fisiknya, cantik pula hatinya.

"Eh, Nak Saka ayo masuk." kata mamanya Aira kepada Saka yang berdiri di depan pintu.

"Aira ada, Tante?" tanya Saka basa-basi sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Ada, biasa lagi belajar di kamarnya."

"Ra, ada Nak Saka!" seru mamanya Aira namun tak ada jawaban. "Bentar ya, Ibu panggilin. Silakan duduk dulu" tambahnya kepada Saka.

"Iya, Tante. Makasih." jawab Saka lalu ia duduk di sofa berwarna abu-abu.

"Sayang, buka pintunya." panggilnya pelan di depan kamar anak gadisnya sambil dengan mengetuk pintu.

"Buka aja, Ma, gak dikunci." jawab Aira dari dalam kamar.

Terlihat Aira sedang duduk di meja belajar sedang membaca buku. Ditemani lampu temaram.

"Ada Saka di depan." kata mamanya Aira sambil mengelus rambutnya yang dikuncir kuda.

"Aku lagi belajar, Ma."

"Sebentar aja, kasian."

"Iya, oke." Aira menutup bukunya lalu bangkit dari duduknya, keluar dari kamarnya.

"Hai, Ra." sapa Saka.

"Iya, Kak. Ada apa, ya?" tanya Aira.

"Gini Ra, Aku mau kamu jadi ketua osis untuk menggantikan aku. Beberapa bulan lagi kan anak kelas dua belas akan menghadapi ujian nasional. Itu artinya sudah selesai tugasku srebagai ketua osis. Dan aku yakin banget kalau kamu yang jadi ketua osis sekolah kita pasti lebih maju lagi. Teman anggota yang lain juga sudah setuju." jelas Saka kepada Aira.

"Intan bagaimana?" tanya Aira.

"Iya, dia juga akan mencalonkan diri menjadi ketua osis. Tapi aku yakin kamu pasti yang terpilih."

"Dia sebenarnya suka sama Kakak"

"Tapi aku gak suka, Ra."

Intan merupakan anggota osis juga. Jabatannya sekarang adalah sebagi seksi konsumsi. Ia anak sebelas sama seperti Aira, hanya tidak satu kelas. Nama lengkapnya Intan Riani, matanya sipit, kulitnya putih, bibirnya tipis mirip wanita-wanita korea. Ia mencintai Saka dan kerap cemburu bila laki-laki pujaannya itu dekat dengan Aira.

"Jalan, yuk, keluar." pinta Saka. Benar kan, ada tujuan lain selain perihal osis.

"Aku lagi banyak tugas, Kak." jawab Aira.

"Sebentar aja, Ra." kata Saka "Aku janji, gak akan lama." tambahnya sambil memohon dengan kedua tangannya.

"Ya udah, aku siap-siap dulu." Aira lalu melangkah masuk ke dalam kamar, mengambil kardigan untuk melindungi tubuhnya dari udara malam.

"Ma, aku pamit ya." kata Aira kepada mamanya setelah kembali dari kamar.

"Iya, hati-hati. Pulangnya jangan malam-malam." pesan sang mama.

"Iya, Ma." Aira mencium punggung tangan mamanya.

"Saka, jagain Aira, ya."

"Pasti, Tante." kata Saka sambil mengambil punggung tangan mamanya Aira lalu menciumnya. "Permisi, Bu." tambahnya lalu melenggang ke luar bersama Aira.

Hujan di Senja HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang