Mungkin kalau saja dia tidak berlari sendirian dari sebuah rumah bordil di tengah malam dia tak akan tersesat hilang arah sejauh ini. Tapi sesak rasanya tahu fakta bahwa ibunya seorang wanita penghibur dan dirinya lahir tanpa seorang ayah. Dirinya tak lebih dari anak hasil perzinahan ibunya dengan pria entah berantah. Kalau dia bilang dia benci ibunya sekarang, memang iya, tapi tak sepenuhnya. Mau bagaimanapun ibunya membesarkannya dengan baik sampai sekarang.
Sebenarnya sudah dari lama dia curiga, kenapa ibunya tiap malam selalu keluar dengan berdandan dan mengenakan gaun. Lalu pulangnya pagi. Dia sudah sangat curiga. Apalagi tetangga mereka yang suka bergosip sana-sini bilang bahwa ibunya bukan wanita baik-baik karena suka keluar pada malam hari. Juga gosip mengenai dirinya yang katanya anak haram.
Ya, setelah malam ini dia tahu, bahwa gosip gosip yang biasanya para tetangga layangkan untuk keluarganya memang benar adanya. Ibunya bukan wanita baik-baik dan dirinya adalah anak haram. Cuma saja, dia tak menyangka hal ini. Harusnya dia tahu sejak dulu, umurnya sekarang 17 tahun, dia harusnya sudah cukup peka.
Sebenarnya dia tak tahu apakah pergi dari rumah bordil itu adalah keberuntungannya yang berhasil kabur dari pelanggan pria yang sudah mabuk dan kalang kabut hingga salah meraba dirinya atau justru malah kesialannya karena dirinya harus tersesat di jalanan yang tak pernah dia susuri sebelumnya.
Dia terus menyeret langkahnya yang gontai karena lemas sudah berjalan terlalu lama. Dia agak takut. Jalanan itu gelap dengan pencahayaan lampu yang minim. Jalan itu lebih mirip tempat berbisnisnya para orang-orang jahat. Jalanannya kotor dengan sampah dan semak belukar. Lengkap sudah ketakutan gadis SMA kelas tiga itu sekarang. Apalagi tadi dia langsung ke rumah bordil tersebut setelah les di sekolahnya, tidak sempat ganti baju atau sekedar simpan tas. Sekarang dia lebih mirip anak yang dibuang ke jalanan, dengan seragam SMA lusuh dan bau keringat seharian penuh. Tali sepatunya pun sudah tak terikat lagi, dibiarkan begitu saja.
Langkahnya benar-benar sudah lemas, dia menginjak tali sepatunya yang tak terikat tersebut hingga dirinya jatuh ke aspal. Lututnya yang tak berlapis apapun membentur aspal, disusul oleh tangannya. Kemudian perih menyergap di sekitaran tangan dan lutut, tapi hal tersebut tak ada apa-apanya dibanding rasa sakit di hatinya. Dia terduduk di sana tak berniat bangkit, berusaha menyembunyikan mukanya di balik lutut. Dia sudah kelelahan. Dia sangat lelah. Yang dapat dia lakukan sekarang adalah hanya menangis. Rasa takutnya hilang seketika, tak peduli lagi jika tiba-tiba ada yang hendak mencelakakannya.
Tiba-tiba ada suara motor berhenti tepat di hadapannya. Dia mendongak melihat siapa yang berdiri di sana. Seorang lelaki dengan kemeja warna biru tua dan sebuah dasi, seorang pria kantoran rupanya. Lelaki itu memegang dadanya tampak menghembuskan napas hal itu membuat si gadis yang tadi menangis kebingungan.
"Kamu beneran manusia, kan?" tanya lelaki itu. Aduh, ternyata lelaki itu takut kalau dirinya adalah setan.
Gadis itu mengangguk. Lelaki itu lalu mematikan motornya. "Bener, kan?" tanya lelaki itu lagi tampak memastikan.
"Iya, mas," jawab gadis itu. Sepertinya lelaki ini baik dan dapat membantunya keluar dari jalanan ini.
Lelaki itu akhirnya turun dari motornya, berlutut di depan gadis itu. "Ngapain cewek malam-malam begini di jalan sepi kayak gini? Sendirian lagi. Bahaya," kata lelaki itu. "Kamu kenapa-napa?" tanyanya.
Gadis itu membalas, "Saya sesat. Saya gak tau ini di mana."
"Oh jadi tersesat ya. Biar saya bantu pulang, boleh?" tanya lelaki itu.
Gadis itu termenung. Pulang? Dia sudah tak punya rumah untuk berpulang sekarang. Rasanya dia tak mampu kembali ke sana.
"Hei, kok melamun?" tanya lelaki itu menyadarkan lamunannya. "Eh, lutut kamu kenapa berdarah?" tanya lelaki itu menyadari bahwa penampilan gadis berseragam itu jauh dari kata baik dan bisa dibilang kacau parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah untuk Kembali
General FictionMenikah karena alasan yang konyol harus di alami oleh dua manusia yang hidupnya penuh serba-serbi. Juan yang hendak menolong seorang gadis di jalanan gelap justru dituduh melakukan hal mesum dengan gadis tersebut. Sedangkan gadis tersebut, Kalila, h...