Bagian 02: "Kamu tinggal bareng saya, ya?"

9 3 0
                                    

Pagi ini Juan terlebih dahulu menemui ibu kosnya. Juan mengatakan bahwa dia mau pindah ke kos lain agar lebih dekat dengan kantornya. Ibu kosnya menanggapi dengan baik, dia memahami permasalahan Juan yang mungkin akan lebih nyaman jika pindah kosan ke tempat yang lebih dekat dengan kantornya. Sebenarnya Juan juga tidak tahu apakah ini termasuk tindakan yang benar atau tidak, dia juga tidak tahu apakah Kalila mau tinggal bersamanya atau tidak. Tapi tidak apa-apa juga, dia tidak akan rugi. Kalau Kalila menolak setidaknya Juan punya keuntungan jika pindah kosan, kantornya jadi lebih dekat.

"Kapan kamu bakalan pindah, Juan?" tanya ibu kos.

"Rencana besok buk," balas Juan. "Kalau gitu Juan pamit ya," sambungnya. Lalu dia pergi ke kos-kosan lain yang direkomendasikan oleh teman kerjanya yang memang berada di dekat kantornya. Sebenarnya alasan lain Juan pindah adalah dikarenakan kosan sebelumnya hanya khusus laki-laki saja dan tidak mungkin juga membawa Kalila ke sana dan mengatakan bahwa Kalila adalah istrinya. Itu akan menimbulkan pertanyaan.

Tadi malam Juan juga sudah bilang ke atasannya hari ini dia tidak masuk terlebih dahulu karena ada urusan penting mendadak. Juan sampai di kos-kosan yang baru. Lingkungan di sana bagus, tapi sepi. Nampaknya orang-orang di sana kurang suka bersosialisasi. Juan akhirnya menemui pihak penyewa. Akhirnya setelah beberapa step Juan menyetujui. Harga yang ditawar juga sesuai dengan gaji Juan walaupun sedikit lebih mahal dari kos sebelumnya.

Tiba-tiba Juan ditelpon oleh Pak RT. Dia mengangkat telpon, Pak RT bertanya kapan dia akan ke sana menjemput Kalila. Setelah menjawab pertanyaan Pak RT, Juan langsung menyusul ke sana. Saat sampai di sana Juan disambut hangat oleh Pak RT, bahkan Pak RT hendak mengajaknya ngopi sambil makan gorengan dulu. Tapi Juan menolak, lebih baik dia cepat-cepat mengurus urusannya di sana dan membawa pulang Kalila bersamanya.

Selesai mengurus segala keperluan di sana akhirnya Juan pulang bersama dengan Kalila. Kalila duduk di belakang Juan. Dia tersenyum pada Pak RT, Buk RT dan anaknya.

"Makasih ya bajunya. Jadi ngerepotin," kata Kalila berterima kasih pada anak Pak RT yang memberikannya baju untuk dipakai.

Perempuan itu tersenyum. "Gak apa-apa, Kalila. Bukan baju baru juga, kok. Aku juga udah gak muat makenya, kasian kan kalau disimpan padahal masih bagus dipake. Kamu cocok pakenya," kata gadis itu.

Kalila tersenyum lalu mengangguk. "Makasih, Pak, Buk, udah bolehin Kalila nginap. Makasih juga sarapannya tadi pagi," kata Kalila.

"Iya Kalila. Gak apa-apa, kami senang kok kamu nginap," kata Buk RT. Buk RT mendekat, memegang bahu Kalila. "Semoga kalian bahagia selalu ya. Ibu doakan. Kalila kalau kesusahan telpon saja ibu tanya-tanya, ibu bantu kok kalau ibu mampu," sambung Buk RT.

Kalila tersenyum. "Iya makasih buk. Ya sudah kami pamit ya."

Mereka sama-sama melambaikan tangan lalu pergi. Keluarga Pak RT sangat baik pada Kalila tidak menghakimi sama sekali. Hari ini Kalila seperti melihat keluarga seutuhnya, tapi bukan miliknya.

Tapi suasana kembali sunyi saat Kalila dengan Juan. Dari mereka tak ada yang berbicara baik dari Kalila sendiri maupun Juan. Kalila juga belum bertanya atau protes apapun saat Juan membawanya. Tampaknya semua akan baik-baik saja.

Juan tidak langsung ke kos-kosan, tapi malah ke tempat makan lebih dahulu. "Saya belum makan," kata Juan pada Kalila saat sampai.

Kalila hanya diam lalu mengikuti Juan di belakang.

Juan memesan, lalu dia melihat Kalila yang hanya memperhatikan. "Kamu mau makan?" tanya Juan pada Kalila.

Kalila menggeleng. "Udah sarapan tadi. Gak apa-apa, mas aja," katanya.

Hati Juan berdesir. Dipanggil 'Mas' oleh Kalila yang baru menjadi istrinya kenapa beda rasanya. Padahal sebelumnya Kalila sudah pernah memanggilnya Mas, tapi sekarang rasanya berbeda.

Rumah untuk KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang