05

152 6 0
                                    

           
                  Selamat membaca










"Pastikan keamanan rumah ini dengan baik, Jika tidak-Pistolku benar-benar akan membuatmu menjadi kotoran bukan tahu lagi. Mengerti?"

Deo menganggukkan kepala cepat dengan tubuh bergetar pria itu menelan ludahnya ketika Adel dengan jahil mengarahkan pistolnya tepat di wajah Deo. Satria terkikik geli melihat pemandangan dihadapannya sekarang, Pria itu tersenyum penuh arti kearah Adel yang sama sekali tak menyadari keberadaannya sedari tadi.

"Kau siap untuk pulang?" tanya satria  menghampiri Adel yang lantas menoleh ke belakang.

"Hm..ya, Bukankah malam nanti aku harus bertemu dan berkenalan dengan tim baruku di misi ini." ucap Adel meninggalkan satria yang hanya tersenyum kecil menanggapi perkataannya barusan.

"Temanku, bukankah setelah ini kita tidak akan bertemu lagi? kenapa kita tidak menghabiskan waktu barang sebentar untuk bersenang-senang di pulau ini?"

Adel membalikan tubuhnya dengan cepat, satu jarinya terangkat menunjuk tepat wajah satria yang refleks terkejut dengan gerakan tiba-tiba gadis itu.

"Jaga ucapanmu dan jangan pernah membahas pulau atau apapun yang berhubungan dengan tempat ini. Kau ingin mati agen satria?"

Satria menggelengkan kepalanya cepat dengan kedua matanya yang membulat lucu. Menatap ngeri gadis dihadapannya yang masih memasang tampang serius lalu menyunggingkan senyum tipis sebelum berlalu pergi masuk ke dalam kamar.

Saat punggung gadis itu mulai menghilang dari pandangannya, seutas senyum kecil terbit dari wajah pria itu.

***

Ara Pov~

"Ghah~ tidak!"

Suhu ruang kamar ini terasa panas bagiku, untuk kesekian kalinya aku kembali bermimpi. kenangan itu kembali hadir, bertahun-tahun lamanya aku kembali memimpikan dia.

Pukul 03.00 dini hari, ini melelahkan--tenggorokanku terasa tercekat secara tak langsung membuatku harus bangkit dari kasur. Memijat pelipisku sesaat sebelum akhirnya aku memilih untuk pergi ke dapur.

Aku butuh minum, aku butuh menenangkan diri karena mimpi itu kembali datang.

"Hana.. Kau dimana?" Lirihku, meneguk dengan tergesa segelas air putih hingga beberapa tetes air tumpah di pakaianku.

Mengepalkan kedua tanganku erat, Aku mencoba untuk kembali mengingat saat-saat itu.

Flashback.

Pulang sekolah lebih awal dari biasanya adalah kesukaan kami, belajar disekolah jelas sangat membosankan.

"Araso, Mari pulang bersama."

Aku tersenyum lebar lantas menganggukkan kepala dengan semangat.

Itu Hana sahabat sekaligus teman sebangku ku disekolah, Hana si manja yang sangat suka sekali dengan Hello Kitty.

Aku jelas tidak heran jika semua perlengkapan sekolahnya bergambar kucing dengan pita rambut menggemaskan itu, Hana sangat tergila-gila dengan karakter Hello Kitty--dia bahkan memberi julukan kepada dirinya sendiri sebagai " Kitty Hana"

Itu menggelikan, namun Hana memang sangat cocok dengan julukan itu.

Hana suka sekali mengepang dua rambutnya, dan kuakui itu membuat

nya semakin terlihat seperti seekor anak kucing sama persis seperti karakter Hello Kitty yang ia sukai.

Kami berjalan bersama, sesekali Hana bersenandung kecil. Kuakui Hana memang memiliki suara yang sangat merdu, Hana juga sangat

Mystery (Delshel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang