3

357 37 2
                                    

"Apa yang semalam cuma mimpi?"

Sanji menepuk wajahnya lalu membasuhnya dengan air.

Sekarang ia sedang berada di toilet sekolah dengan mata dan hidung yang memerah karena menangis.

Jujur ia sangat malu saat ini, ia tak percaya bahwa Zoro mempermainkannya. Dadanya sesak dan hatinya sakit.

Baru semalam Zoro bersikap romantis dan mengajaknya berpacaran. Namun belum 24 jam, mereka sudah menjadi orang asing. Bahkan sepertinya Zoro enggan menatapnya.

"Hah~ " Sanji menghela nafasnya berusaha menetralkan perasaan nyeri dihatinya.

Sejujurnya ini pengalaman pertama baginya. Ia tak pernah pacaran seumur hidupnya dan Zoro satu-satunya orang yang ia suka.

Rasanya ia tak tau harus berbuat apa. Sungguh ia tak mahir dalam hal seperti ini.

Sanji berjalan lesu keluar dari toilet dan menuju ruang kelasnya. Dapat di lihat di dalam kelas, Usopp sudah kembali duduk di bangkunya dan menatapnya dengan wajah prihatin.

"Kau tak apa?" Usopp bertanya sambil mengusap punggung temannya.

Sanji menggeleng.

"Apa semalam terjadi sesuatu?" Tanyanya lagi, setelah mengingat kejadian sepulang sekolah kemarin.

Sanji lagi dan lagi menghela nafasnya.

"Tak ada. Tak ada yang terjadi. Aku... Aku hanya sangat bodoh" Tutur Sanji sendu sebelum menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan yang terlipat kemeja.

"Tidak, kau tidak bodoh. Hanya dianya saja yang brengsek" Usopp mengatakan itu berharap suasan hati Sanji kembali membaik.

Namun sepertinya hal itu tak membantu banyak, karena Sanji tak menjawab dan masih menenggelamkan kepalanya disana.

------------
Bel pulang berbunyi menandakan sudah waktunya murid-murid untuk pulang.

Sanji membereskan barang-barangnya dengan lesu. Sepanjang pelajaran tadi sungguh dia tidak konsen dan terus memikirkan kejadian tadi.

"Ayok pulang" Ajak Usopp yang masih setia menunggu Sanji di samping mejanya.

Sanji mengangguk dan segera mengalungkan tas ranselnya setelah semua barang-barangnya masuk kesana.

Mereka berjalan beriringan menuju gerbang sekolah, sampai kejadian kemarin kembali terulang.

Seseorang menepuk pundaknya dan membuatnya menoleh.

"Maafkan aku, bisa kita bicara sebentar? " Wajah Zoro terlihat sendu dan berharap Sanji mau menuruti kemauannya.

"Apa maumu? " Kali ini Usopp tentu saja pasang badan untuk membela temannya itu.

Walaupun mereka tak terlalu dekat, tapi setidaknya Usopp masih peduli kepada temannya.

"Aku tak berbicara padamu hidung panjang" Tanpa menatap Usopp, Zoro berkata sambil berusaha menggenggam tangan Sanji.

Namun tangan itu ia tepis "Hentikan. Aku memang menyukaimu. Tapi tak berarti kau bisa seenaknya" Kali ini Sanji yang berkata sambil memandang Zoro penuh emosi.

Mendengar itu Zoro terkejut, dia tak menyangka kalau Sanji akan berani untuk membentaknya.

Menarik.

"Aku benar-benar minta maaf Sanji. Bisakah kau mendengarkan penjelasanku?" Zoro mencoba meyakinkankan.

Sanji menatap ke arah Zoro cukup lama dan berpikir.

"Ji, ayok. Tak usah dengarkan dia" Usopp mencoba meyakinkan Sanji untuk tidak mendengarkan apapun alasan yang akan Zoro berikan nanti

Namun jawaban yang di berikan Sanji berbeda.

Someday (Short Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang