Seperti remaja pada umumnya, rak buku di dalam kamar Angel selain terisi dengan buku pelajaran, tersimpan juga setumpuk novel romantis yang menggugah selera untuk bisa merasakan hal yang sama. Esok hari, kehidupan Angel akan dimulai di bangku SMA. Mendebarkan sekaligus membuatnya penasaran. MOS (Masa Orientasi Siswa) telah dilaluinya. Kini, semangatnya harus benar-benar terfokus pada pelajaran saja.
Zuma, sebagai teman barunya sejak masa MOS, sungguh bersemangat tidak sabar lagi untuk memulai pelajaran.
"Dam... Bapak mana? Kamu sudah makan?" Tanya Angel kepada adiknya, Dami di sore itu.
"Bapak masih betah berkebun di belakang rumah. Aku ajakin makan nggak mau," Ucap Dami bete. Memang Bapak nya hanya mendengarkan kakak nya saja. Terkadang Dami sampai merasa iri.
"Yaudah, kamu makan dulu sana. Biar kakak yang bujuk Bapak."
Pak Gunawan adalah seorang petani kecil-kecilan, memiliki dua orang putri dan sudah ditinggal mati oleh istrinya.
Angel menghampiri bapaknya, mengambil cangkul untuk membuang rumput liar yang masih tersisa. Melihat putri tercintanya melakukan pekerjaan berat dan kotor, Pak Gunawan menghentikan pekerjaannya.
"Jangan! biar bapak saja. Kamu masuk saja sana," Kata Pak Gunawan mengambil alih cangkul dari tangan Angel.
"Sudah sore bapak, makan dulu. Dami sudah nunggu in buat makan bersama," Ucap Angel.
Seperti kata Dami, bapaknya hanya mendengarkan Angel itu benar. Pak Gunawan segera merapikan perkakas nya, lalu mengajak putrinya masuk ke rumah.
Meski melihat bapak dan kakak nya menuju meja makan, Dami cuek saja. Asyik makan sembari memainkan handphone miliknya. Ini yang membuat pak Gunawan lebih dekat dengan Angel. Putri pertamanya itu bisa menempatkan diri dengan baik. Sementara putri keduanya itu selalu bersikap semaunya sendiri.
........
Angel memasuki ruangan yang sudah dipastikan menjadi ruang belajarnya selama bersekolah. Tentu bersama Zuma juga. Gadis berambut sebahu dan sedikit pendek itu tidak sedetik pun pergi dari sisi Angel.
"Mau keliling sekolah nggak? Mumpung masih pagi," tawar Zuma.
Boleh juga, pikir Angel.
"Eh, jangan lewat sana deh," Zuma menarik lengan Angel agar berhenti melangkah. Angel merasa heran.
"Emang, kenapa?"
"Disana ada yang suka julid," kata Zuma.
"Kaya kamu udah lama sekolah di sini ya? Darimana kamu tahu sih? lagian, ini jalurnya enak banget, sepi dan bagus pemandangannya."
"Udah Ngel, kamu dengerin aku aja? Ok!" Zuma menarik lengan Angel kembali.
Tapi belum juga tubuhnya berbalik dari sana, matanya sudah lebih dulu menangkap sosok yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
Tiga orang laki-laki memakai seragam yang sama, ganteng, tinggi dan berpenampilan rapi. Tapi yang membuat Zuma tidak suka bukan mereka bertiga, tapi kedua perempuan berambut panjang di samping ketiganya yang membuatnya mendidih.
"Yuk! Cepetan pergi," bisik Zuma ke Angel.
"Heh! Sini dulu!" Cegah perempuan yang bermata lebar dan berhidung mancung.
Apaan lagi sih? MOS kan udah selesai? Pikir Zuma.
"Anak baru harusnya senyum sapa sama senior, nggak beretika banget sih?" Ketus perempuan tadi. Namanya Karina, gadis yang paling cantik disekolah.
Zuma menarik bibirnya dengan tidak ikhlas. "Udah, kan kak," ucapnya lalu menarik lengan Angel.
Sekilas Angel sempat menoleh ke belakang, bibirnya tersenyum ketika ketiga laki-laki dibelakang nya itu tersenyum kepadanya. Sopan sekali bukan, Angel ini? Tapi Dimata pencemburu seperti Karina, Angel justru seperti perempuan yang suka tebar pesona, ganjen.
Next ➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionDalam definisi dan keadaan apapun, Cinta adalah rasa. Aku tidak bisa membuang rasa itu meski dunia menentang sekalipun. Untuk memilikimu, meski bukan sekarang... mungkin saja nanti.