4

58 11 1
                                    

  Seperti biasa, Mark, Julian dan Devan berkumpul di rumah Julian. Ada Mark yang sedang fokus dengan layar laptop sedari tadi. Devan menarik kursi ke samping Mark duduk. Beberapa foto kandidat OSIS terpajang dengan Visi dan Misi masing-masing.

"Tahun ini kandidat nya bagus-bagus. Tinggal dilihat nanti cara kepemimpinan nya seperti apa," Komentar Devan.

"Sepemikiran," Sambut Mark. Dia memang sudah meletakkan beberapa nama yang cocok untuk dipilih.

"Eh, tapi aku masih kepikiran sama yang Visinya anti Bullying itu. Visinya kurang gimana gitu nggak sih?"

"Yang namanya Angel? Yang ini kan?" Tunjuk Mark ke salah satu foto kandidat. Julian menjadi penasaran juga dengan topik pembicaraan kedua temannya. Apalagi mendengar nama Angel.

"Kalau kita pilih dia, apa nggak membuka kasus yang lama?" Tanya Devan.

Tapi Julian merasa ada hal yang lain kenapa Perempuan itu memilih Visi itu.

"Sepertinya dia perempuan yang cerdas. Kalau kalian pikir... apa mungkin, dia memang nggak mau dipilih ya?"

Mark dan Devan saling pandang, tidak terpikir akan hal itu. Mana ada kandidat yang tidak mau dipilih? semua malah berebut ingin masuk OSIS. Apalagi perempuan, pasti mau masuk OSIS karena ketuanya adalah Julian.

"Alasannya?" Tanya Mark.

"Mungkin dia nggak mau ribet. Mau fokus belajar? biasanya, orang yang seperti Angel ini alasannya pasti itu," Analisa dari Devan.

"Tapi dia bukan orang yang pemalas,"Komentar Julian.

"Apapun alasannya, kalian setuju nggak kalau aku nggak pilih dia?" Tanya Mark.

"Ehm! Tante boleh masuk?"

Seorang wanita dewasa berwajah cantik membawakan ketiganya cemilan.

Mark sangat menyayangi wanita tersebut. Alasannya karena dia adalah orang yang baik dan makanannya selalu enak. Mark memang paling suka makan.

"Sudah Mark tunggu loh, Tan?" Tanpa disuruh, Mark meraih makanan itu dari tangan Tante Yunita, orang tua Julian.

"Kamu," Yunita gemas sekali dengan tingkah Mark, membuatnya selalu mengacak rambut Mark yang rapi. Dan itu membuat Julian sering mengalihkan pandangannya. Dia sedikit cemburu.

Kembali ke topik yang tadi, Yunita tidak sengaja mendengar sepenggal obrolan dari anak dan temannya.

"Tante tadi dengar, Mark bilang dia nggak mau pilih seseorang. Tante kan kepo, boleh dong Tante tahu siapa orangnya?"

"Mama... ," Julian sangat keberatan dengan tingkah Mamanya. Selalu pengen tahu saja urusan anak muda.

"Ini kan nggak ada urusannya sama Mama, ini urusan sekolah Ma... ,"Ucap Julian.

"Sedikit saja kan boleh, Mama tahu. Cewek ya?" Tanya Yunita.

Devan membenarkan. "Cantik Tan,"Sambungnya.

"Yang itu?" Tunjuk Yunita pada sebuah gambar di layar laptop.

"Namanya Angel Tan," Ucap Mark.

"Cantik, sepertinya tipe yang mandiri,"Komentar Yunita.

Memang Angel adalah perempuan mandiri yang mengurus Bapak dan adiknya semenjak Ibunya meninggal, ketika usianya baru sepuluh tahun. Membantu urusan rumah, membantu Bapaknya bertani dan lain sebagainya.

Julian masih terngiang dengan ucapan Mamanya yang mengatakan jika Angel adalah tipe orang yang mandiri. Dia yakin Mamanya tidak asal bicara. Tapi... kenapa dia merasa yakin, jika perempuan itu sengaja tidak ingin dipilih di pemilihan anggota OSIS.

Kebetulan yang dikirim tuhan memang selalu ada. Siang itu, tidak seperti biasanya Angel tidak ditemani Zuma. Perempuan itu sedang mencari buku di perpustakaan.

Julian juga kebetulan ingin mengembalikan buku yang dia pinjam saat itu.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Angel tidak merasa kaget dengan keberadaan Julian disampingnya. Dia tetap fokus mencari buku.

"Jarang ada yang ke perpustakaan di jam istirahat. Kalau bukan karena merasa bodoh, mungkin karena kamu begitu semangat buat belajar. Dan aku rasa... kamu berada di alasan yang kedua."

"Mau tanya apa?" Potong Angel, merasa Julian bicaranya berputar-putar.

"Dipemilihan OSIS kenapa kamu sengaja ingin tidak dipilih?"

Gerakan tangan Angel berhenti. Hatinya ketar-ketir Karena ketahuan. Bu Kinan saja mungkin tidak menyadari itu. Lalu kenapa harus si ketua OSIS yang menyadari?

"Aku tidak paham apa maksud kakak, tapi aku katakan kakak salah," Sanggah Angel.

"Ok, kalau aku salah. Berarti kalau kamu dipilih, kamu akan senang kan? sebagai ketua OSIS, meskipun aku bukan jurinya, aku masih bisa menentukan siapa yang harus dipilih," Ucap Julian sebelum dirinya meninggalkan perpustakaan.

Angel malas harus berurusan dengan komunitas apapun disekolah. Tujuan hidupnya hanyalah sekolah yang betul, dapat nilai bagus, bisa dapat beasiswa dan memiliki pekerjaan yang bagus. Dia tidak mau terus menerus membebani bapaknya. Ingin membahagiakan Dami adiknya juga.

Julian menepati ucapannya. Dia memilih Angel menjadi sekretaris. Yang otomatis dia akan sering berurusan dengan Julian secara langsung, mengatur semua rancangan-rancangan kegiatan yang Julian putuskan.

Hingga Mark dan Devan pun bertanya,"Kamu yakin Yan? Nggak salah ambil keputusan? masih banyak yang bagus... kenapa harus dia?"

Bukan hanya Devan dan Mark, ternyata Iren pun hampir tidak setuju dengan keputusan Julian. Apa sih istimewanya si Angel? lagi-lagi perkataan masih banyak yang bagus, tapi itu tidak membuat Julian menarik keputusan nya.

Lain lagi, Bu Kinan sebagai wali kelas dari Angel, merasa sangat bangga dan merasa tidak salah pilih. Dia berpendapat kalau jabatan sekretaris itu tidaklah mudah. Kalau Angel sampai dipilih, berarti memang Angel mampu untuk itu.

Lain lagi Karina, dia justru tidak berkomentar apapun. Hanya menerima apa yang Julian putuskan. Berharap nanti Julian akan mengatakan alasannya.

.......

Sebagai aktifitas pertama sebagai anggota OSIS, Angel dan beberapa anggota baru harus berfoto bersama dan mengambil ukuran badan masing-masing untuk memiliki seragam keanggotaan.

Diakhir kegiatan, Angel dipanggil Julian ke ruangannya. Diberikan beberapa berkas yang harus Angel pelajari. Berkas itu dulunya adalah tanggung jawab sekertaris yang lama, yang saat itu sudah harus turun jabatan.

Ruangan yang minimalis, dengan hanya ada satu meja. Ada rak berisi beberapa dokumen, dilengkapi dengan laptop juga. Di dinding terpajang foto beberapa anggota OSIS yang saat itu masih menjabat.

"Besok sudah harus mulai aktif ya? Kerjaan kamu lumayan, karena kamu sekretaris. Jadi sekretaris itu, kamu harus berani. Jangan diam aja, kalau yang lain ada kekurangan dalam ambil keputusan, kamu harus mengingatkan," Ucap Julian panjang lebar.

"Siap, kak" sambut Angel.

"Ada pertanyaan?"

Julian mengamati Angel, diberikannya berkas ke hadapan perempuan itu. Suruh siapa sok-sok mau nolak jabatan, jadi juga kan sekarang?

Angel menggeleng.

Kalaupun ada pertanyaan, Angel hanya akan bertanya 'kenapa seorang ketua OSIS bisa mengambil keputusan tanpa ada kata sepakat dari anggotanya?'

"Selamat ya? bagaimana pun, kamu yang dipilih oleh Julian," Ucap Karina di depan Angel.

Karina dan Iren sebenarnya jahat tidak sih? seperti yang dikatakan Zuma. Angel tidak bisa memutuskan itu, karena pikiran nya sudah penuh sekarang.




                Next➡️

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang