Angel baru saja pulang sekolah dan sudah mendapati adiknya yaitu Dami menangis di depan pintu. Ada apa lagi? pikir Angel. Sering Angel melihat adiknya menangis. Dami sedikit cengeng dibandingkan dengan gadis seusianya.
"Berantem sama temen?" Tebak Angel.
Dami walaupun berwajah imut memang sedikit preman juga. Sikapnya yang tidak mau kalah, menjadi pemicunya.
"Putus sama pacar?!" Tanya Angel lagi. Dami belum juga merespon pertanyaan nya. Angel tahu kalau Dami tidak punya pacar.
Dan Dami masih saja diam.
Rasa letih dan banyak pikiran membuat Angel hampir saja membiarkan adiknya. Tapi... siapa lagi yang dimiliki Dami kalau bukan dirinya?
"Bicara sama kakak... Kakak siap dengerin kamu," Kata Angel.
"Tapi kakak jangan marah... ,"Ucap Angel masih sesenggukan.
Begitu melihat respon kakaknya, Dami melanjutkan ceritanya.
"Tadi Dami nggak sengaja menghilangkan jam tangan baru kakak."
"Hanya itu?" Tanya Angel, sungguh merasa lega karena tidak ada hal yang serius.
Dami mengiyakan.
"Kakak nggak marah?" Tanya Dami. Karena justru Angel tersenyum kepadanya, bukannya marah.
"Yang hilang cuma jam, bukan kamu."
Sungguh mendengar ucapan Angel, Dami tidak bisa menahan tubuhnya untuk tidak memeluk kakaknya. Untuk pertama kalinya dia tahu, kenapa bapaknya menyayangi kakaknya. Dami berjanji tidak akan marah kalau bapaknya lebih menyayangi kakaknya.
"Maaf ya kak... "
"Nggak papa... lagian kakak nggak suka jam itu," Ucap Angel.
Angel mengusap jejak air mata di pipi adiknya.
..........
Beban pikiran Angel bertambah menumpuk ketika Zuma mengatakan jika dirinya akan mundur dari pemilihan anggota OSIS. Mau tidak mau, Angel yang harus maju. Menyiapkan mental, dan juga beberapa formalitas yang diharuskan.
Salah satunya adalah menyiapkan pidato singkat, dan memberikan Visi dan Misi jika menjadi anggota OSIS.
Laptop Angel menyala dengan percuma. Pemiliknya diam melamun, sama sekali tidak ada ide untuk ditulis.
Sebelum kemudian Dami masuk dan membantu kakaknya.
"Melamun aja kak? Dami bisa loh bantu kakak, itu kalau mau," Ucap Dami.
"Kakak lagi bingung, mau buat Visi dan Misi apa di pemilihan besok. Walaupun kakak nggak suka sebenarnya, tapi kakak nggak mau malu-malu in."
"Kakak kan sukanya belajar, gimana kalau memajukan keaktifan belajar di sekolah?" Tercetus ide itu dari bibir Dami.
Bagus, tapi ide itu sungguh sangat berat. Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk punya minat belajar yang sama.
"Kakak belum sanggup kalau itu Dek, yang lain saja... makasih ya udah mau bantu kakak?"
"Bukan apa-apa kak, jangan dipikirin. Eh, tapi bagaimana kalau Visi dan Misi kakak adalah membuat murid-murid di sekolah itu saling menyayangi? jadi... seperti gerakan anti Bullying gitu loh, kak?"
"Boleh juga ide kamu... memang jaman sekarang Bullying di sekolah itu sudah menjadi kebiasaan. Malah sudah jadi tradisi," Gumam Angel.
"Nah! sudah kan? jadi bagaimana?" Dami menaikkan kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionDalam definisi dan keadaan apapun, Cinta adalah rasa. Aku tidak bisa membuang rasa itu meski dunia menentang sekalipun. Untuk memilikimu, meski bukan sekarang... mungkin saja nanti.