5

67 9 0
                                    

   Jiwa-jiwa bebas terkadang berada di sisi jiwa-jiwa yang terkungkung dalam keterpaksaan. Menjalani apa yang tidak diinginkan adalah sisi lain dari kehidupan. Bagaimana rasanya? Berat!

Bukan lagi tentang otak yang cerdas atau otak yang bodoh, tapi ini tentang hati. Ikhlas atau tidak melakukannya.

Event pertama yang harus Angel ikuti adalah diadakannya pondok Ramadhan. Murid-murid yang beragama Islam diwajibkan untuk mengikutinya. Diwajibkan pula untuk mengenakan pakaian tertutup dan berhijab, bagi yang perempuan.

"Gila! Mana ada aku hijab Ngel? Lebaran aku nggak pernah pakai hijab," Keluhan Zuma yang juga menjadi keluhan beberapa murid yang lain.

Mau bagaimana lagi? Angel sudah menjadi bagian dari OSIS, dia harus tetap melanjutkan agenda tersebut.

Ini adalah pondok Ramadhan pertama disekolah itu. Agenda nya sudah lama ada, tapi belum juga terlaksana.

"Emang kayanya gara-gara nya si sekretaris baru itu sih. Emang dengar-dengar, dia agak aneh gitu. Apalagi... kan kaya nggak pantes, dia yang dipilih sama Julian. Yang jauh lebih baik banyak... ,"

"Kak Julian dipelet apa sih, sama si Angel itu? Bisa gitu, agenda yang nggak pernah terlaksana sekarang jadi bisa ada?"

Masih banyak lagi gosip-gosip yang beredar, yang tentunya menjelekkan Angel. Banyak yang tidak suka dengan diadakannya pondok Ramadhan tersebut.

Angel keluar dari ruang OSIS sambil mendekap map berisi laporan-laporan diadakannya pondok Ramadhan itu. Banyak pasang mata yang memperhatikannya. Ruang kelas yang memang berada jauh dari ruang OSIS, terasa sangat jauh.

"Hei!"

Angel menoleh. Terkejut juga ketika Iren menepuk pundaknya. Kakak kelasnya itu memilih berjalan beriringan disebelahnya. Padahal, kelasnya bukan kearah sana.

"Cuekin aja. Kenyataan nya kamu memang terpilih secara sepihak, jadi kamu jangan marah. Tapi untuk agenda kali ini, kamu nggak salah," Ucap Iren.

"Aku nggak marah kak. Cuma... belum siap aja kalau jadi perhatian orang," Ucap Angel.

"Julian udah WA kamu?"

"Ada apa ya kak? tadi ketemu kak Julian, tapi dia nggak bilang apa-apa," Ucap Angel.

"Ke bagian humas udah kan?"

"Humas? Emang... Ada ya kak? Kemarin waktu rapat, aku nggak lihat kalau ada tim humas," Ucap Angel.

"Ada. Tapi ya gitu, tim humas memang jarang datang waktu rapat."

"Good luck ya!" Sekali lagi Iren menepuk pundak Angel sebelum dirinya pergi.

........

   Jadi, tim humas itu sebenarnya antara ada dan nggak ada. Jadi bisa dikatakan ada kalau dibutuhkan saja.
Tim humas itu anggota nya hanya ada satu, namanya Zayyan.

Zayyan ini satu angkatan dengan Iren, Julian, Karina, Devan dan Mark. Tapi memang jarang nongkrong sama anggota yang lain orangnya. Jadi pantas saja kalau Angel yang adalah anggota baru, belum tahu kalau ada Zayyan dalam keanggotaan.

"Duh... Yang super sibuk," Zuma menarik kursi disebelah Angel.

"Ada rapat, makanya aku baca-baca lagi laporannya," Ucap Angel.

"Eh tadi kamu aku tunggu di perpus kok nggak datang sih?" Tanya Angel.

Angel merasa akhir-akhir ini Zuma mulai menjaga jarak darinya.

"Aku nggak mau ganggu kamu. Sekarang kan kamu sibuk, jadi aku sebagai teman kamu harus mendukung," Ucap Zuma.

Mendukung bukan berarti harus menjauh kan? Pasti ada alasan lain kenapa sikap seseorang berubah. Mungkin Zuma ada pikiran tidak baik tentang Angel, tapi untuk berterus terang dia takut.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang