Ibuk menyuruh Kak Mala kembali ke rumah kami. Sebab, untuk apa tinggal berdua saja di rumah yang menyepi itu dengan Kai? Hanya menambah kesedihan dan duka. Ibuk khawatir luka akibat ditinggalkan Mas Aji membuat Kak Mala bersedih semakin dalam di rumah itu. Lagi pula, kalau Kak Mala mengajar, siapa yang akan menjaga Kai? Ibuk dan Bapak menawarkan jasa menjaga cucu perdana mereka.
Kak Mala dengan senang hati menyambut tawaran itu. Kami sebagai para om dan tante turut senang bukan kepalang, sebab aku dan Mara dapat 'mainan baru' di rumah sepulang kerja dan kuliah yang melelahkan.
Namun, khayalan indah tentang kehadiran Kai yang menggemaskan di tengah rumah tidak bertahan selamanya. Nyonya Bet tiba-tiba memerintah aku menjaga Kai di pagi hari ketika aku terbirit-birit hendak berangkat ke warung ENTRY. Apakah ini bencana laten seri kesekian?
"Buk, bukannya aku nggak mau jaga Kai, tapi aku mesti buka warung. Pelangganku bisa marah kalau aku telat buka."
"Mana ada? Sekali-sekali ndak apa-apa. Mereka akan maklum. Ibuk sama Bapak mesti pergi ke rumah sakit jenguk suami tantemu, Sri. Dia kena serangan jantung semalam. Ndak mungkin Ibuk bawa Kai ke rumah sakit. Ndak boleh, tho?"
"Terus warungku gimana?!" Semoga Kai nggak mendengar debat enggak penting ini dari kamarnya.
"Buka setengah hari aja. Nggak apa-apa itu."
"Tapi Buk, pelangganku bakal protes."
"Disuruh bantu malah cari alasan. Kai kan keponakanmu, Cala." Dan dia juga cucu Ibuk! teriakku dalam kepala.
"Ya kenapa harus dadakan gini?" protesku.
"Yang namanya orang sakit mana ada terencana?" Ibu geleng-geleng kepala. Seakan-seakan protesku enggak berarti.
"Ibuk kayak enggak mau ngerti aja. Tutup setengah hari apalagi pagi, bikin pendapatanku bakal turun drastis. Pelangganku ya, yang nyari sarapan pagi, Buk. Bukan siang atau sore."
"Makanya. Ibuk suruh jadi pegawai negeri kamu ndak mau. Malah jualan apa tuh, kue serabi aja, kan?" Pancake, Buk! Bukan serabi.
Lelah.
"Ke sini lagi bahasannya. Kan Cala udah bilang berkali-kali kalau Cala mau fokus ngembangin Warung ENTRY. Didoain, kek. Didukung, kek."
"Atau Masukin lamaran ke perusahaan-perusahaan besar. Kalau kerja kantoran, pemasukan kamu jadi stabil, Cala. Oh iya, Ibuk denger pemerintah bakal buka tes pegawai negeri besar-besaran lagi tahun ini. Belajar. Kalau mau bimbel, Ibuk bayarin."
Aaaargh! Ibuk enggak mau repot-repot dengerin keluhanku!
"Udah Buk. Ayo berangkat. Entar macet."
Bapak, kenapa diam dan nggak bela aku?!
"Terus Kai gimana, Buk?" rengekku putus asa.
"Paling dua sampai tiga jam kami pergi. Sementara itu, jaga Kai. Udah. Ibu sama Bapak berangkat."
"Pak..." mohonku dengan mata memelas.
"Sebentar aja, Nak. Bapak pergi dulu." Bapak nggak membantu sama sekali.
Aaaaaaaak!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Ikan Paus Yang Menyimpan Sampah Dalam Perutnya [TELAH TERBIT/OPEN PO]
ChickLit(Keluarga/romansa/chiklit/drama) [Judul lama: Niskala] Hubunganku dengan Nyonya Bet bagai love and hate relationship. Aku sangat menyayangi Nyonya Bet, tetapi beliau (sepertinya sangat) membenciku. Berkat hubungan enggak sehat itu, aku jadi terbiasa...