Cewek dengan rambut yang di kuncir kuda mengambil alih perban yang dipegang oleh Zafaro. Tidak menghiraukan si pemilik lengan, dia dengan telaten mengobati Zafaro.
Dia diam tidak menanyakan apapun. Karena dia sudah tau jawaban klasik milik cowok di hadapannya.
Aila dan Zafaro bisa dikatakan lebih dari sekedar teman. Karena sudah kenal sedari kecil membuat Aila lebih mengenal Zafaro dibandingkan saudaranya.
Lain halnya dengan Zafaro. Dia tidak menolak bantuan Aila, membiarkan gadis itu mengobati dirinya. Mungkin sudah jadi hal biasa sehingga dia tidak segan membiarkan Aila membantunya.
"Ada anak baru ya di kelas lo," tanya Aila mencoba menghilangkan suasana hening.
"Udah nyebar ya beritanya."
"Kan dinding sekolah kita tipisnya udah kayak kertas."
"Masih mending tipis kayak kertas," ujar Zafaro.
"Dari pada di LACOSTE kayak nggak ada dinding sama sekali," tambahnya.
"Bener juga," balas Aila terkekeh kecil.
"Btw bicara tentang anak baru, gue kayaknya familiar sama dia. Lupa juga ketemu dimana."
"Perasaan lo aja kali, lo kan kebiasaan semua orang mukanya di miripin ama aktor aktris yang lo tonton."
Aila mengangguk mendengar ucapan Zafaro tapi dia memang seperti pernah melihat Kayena di satu tempat. Masalahnya dia lupa dimana tempatnya.
"Udah selesai nih, kebiasaan lo abis berantem di rumah dapat luka terus. Mending nginap aja di rumahnya Keyno atau nggak si Gares."
"Gue nggak mau ngerepotin mereka, apalagi Keyno."
"Yaudah, repotin si Gares aja," saran Aila tanpa mikir.
"Liat aja deh kedepannya gimana," Zafaro menyandarkan badannya ke sofa. Dia memejamkan matanya, lelah.
Aila menatap sendu cowok di depannya, ingin membantu menyelesaikan masalah cowok itu tapi tidak ada yang bisa ia bantu.
"Lo nggak ada kelas?" tanya Zafaro yang masih memejamkan mata.
Dengan singkat Aila menjawab tidak, walaupun ada kelas dia lebih suka berduaan dengan Zafaro.
"Zaf, gue-" ucapan Aila langsung di potong oleh Zafaro.
"Gue tau Ai, tapi gue nggak bisa terima lo."
"Tapi-" lagi lagi ucapan Aila di potong.
"Kita sepupuan Aila, gue anggap lo udah kayak adek sendiri."
Final, perkataan Zafaro yang selalu saja sama setiap kali Aila ingin menyampaikan perasaannya pada laki laki itu. Bukan salah Aila juga bisa suka pada cowok yang bernama belakang Aldante itu. Perlakuannya yang lembut dan hangat membuat Aila jatuh hati.
Zafaro beranjak dari sofa, "Gue duluan, kalau ada perlu lo taukan harus nyari gue dimana?" tangannya mengacak rambut sepupunya itu.
Aila tidak menjawab, dia diam terpaku menatap lantai.
Di luar UKS, Gares menyandarkan badannya. Dia hanya diam tidak berniat masuk saat tau ada Aila di dalam. Canggung rasanya, apalagi dia tidak begitu dekat dengan Aila. Hanya tau gadis itu adalah sepupu temannya.
Pintu UKS terbuka, mendapati Zafaro yang menatap tajam pada dirinya. Berusaha pura pura santai dengan wajah tanpa dosa andalannya.
"Gue nggak dengerin apa apa kok, seriusan," tangannya reflek membentuk tanda peace.
"Santai bro, ngga ada yang penting juga pembahasannya."
"Yowes, tangan lo udah mendingan kan? cus ke kantin. Si keyno pasti lagi nungguin."
Mereka berdua berjalan santai menuju kantin, sesekali mereka menyapa beberapa kenalan dari kelas lain.
Saat masuk ke kantin mereka melihat Kayena sedang duduk di depan Keyno. Tidak tau apa yang mereka bicarakan.
Gares di ikuti senyum ramahnya menepuk pundak Keyno, "Udah nyuri start aja nih?" godanya.
Sebelum Keyno menjawab, Kayena lebih duluan menyapa Gares.
"Salam kenal gue Kayena," ujarnya mengulurkan tangan pada cowok berseragam rapi itu.
"Salam kenal cantik," balasnya menjabat tangan.
"Lo kenal sama Keyno?" tanya Zafaro yang muncul dengan semangkok bakso di tangannya.
"Kenal-"
"Jangan sok kenal," ujar Keyno dengan intonasi yang cukup tinggi dan tatapannya seakan tidak ingin Kayena berlama lama di dekatnya.
"Kayaknya gue ngga di terima di sini, gue pindah dulu ya," Kayena melirik Keyno dan berjalan melewati Zafaro.
"Lo ada masalah no? kalau ada cerita," Gares duduk dan mengambil bakso di mangkok milik Zafaro.
"Kalau mau pesan sendiri," Zafaro menggeser mangkoknya agar tidak bisa digapai oleh Gares.
"Lo dekat sama dia?" tanya Zafaro penasaran.
Perhatian Gares dan Zafaro tertuju pada cowok yang kini memakai kaca mata membaca novel di tangannya.
"Nggak," balasnya singkat
"Serius bro?" Gares seakan tak percaya, pasalnya mereka saja tadi duduk berhadapan seakan kenal satu sama lain.
Keyno menutup bukunya dan menyimpan kaca mata miliknya. Matanya menatap serius kedua temannya.
"Gue nggak ikut sama persaingan kalian buat dapetin Kayena, jadi jangan nanyain tentang cewek itu lagi ke gue. Dan gue seratus persen ngga dekat sama orang kayak dia."
Zafaro menatap Gares rumit, "Jangan bilang kalau-"
"Kita incar cewek yang sama," gumam Gares lirih.
. . .
Hallo para pembaca
gimana chapter kali ini?
udah terjawab ya pertanyaan di chapter sebelumnya, ternyata aila sepupunya zafaro guys atau kita dukung nih zafaro aila/ zaila?jangn lupa vote & comment yaa
tunggu chapter selanjutnya
- arihtsia
KAMU SEDANG MEMBACA
RoseLady
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA . Masuknya murid baru yang bernama Kayena Hauri membuat kehidupan tiga orang pemuda menjadi sebuah tragedi. Semua berjalan lancar sebelum diantara mereka malah memilih untuk mengejar wanita yang dijuluki sang mawar. Seorang...