Perpustakan sudah hampir tutup. Ara membereskan buku di mejanya. Menyudahi acara mencari referensi untuk tugas akhir semesternya.
Ara berjalan menyusuri koridor sekolah. Di lapangan terlihat seseorang berulang kali memasukan bola basket ke dalam ring dan berhasil.
"Haykaal!" Teriak Ara bertepatan dengan bola basket yang masuk di ringnya setelah Haykal melakukan lemparan terkahirnya.
"Ara?" Ara berjalan menuju tepi lapangan.
"Lo masih disini? Gue kira udah balik"
"Gue baru aja selesai dari perpus. Kok lo latihan sendirian aja, yang lain mana?"
"Yang lain udah pada balik," sambil melihat matahari yang sudah hampir terbenam.
"Terus lo ngapain masih disini?"
"Masih mau berduaan sama pacar gue nih," sambil menunjukan bola basket kearah Ara.
"Ck, coba sini lawan gue." Ara menantang Haykal. Ia meletakan tasnya di tepi lapangan.
"Wuih, nantang tanding nih? Emang bisa main basket?" Haykal merasa tertantang.
"Bisalah," Ara merebut bola basket di tangan Haykal dan mulai mendribblenya.
"Ayok tanding," ucap Haykal sambil memperhatikan Ara yang sedang fokus mendribble bola basket.
Ara memasang posisi untuk memasukan bola basket ke dalam ring.
"Ehh tunggu-tunguu,"Gerakan Ara tertahan oleh ucapan Haykal.
"Kenapa?"
"Gini, kita tanding. Tapi ada syaratnya,"
"Syarat apaaa?"
"Yang kalah harus nurutin 5 permintaan yang menang, gimana?"
"Wat de......"
Ara terlihat berfikir sejenak. Mempertimbangkan tawaran Haykal.
Ara pikir tidak ada salahnya juga menerima tawaran Haykal.
"Mmm.... Oke, siapa takut."
Mereka mulai mengahalau satu sama lain untuk mengahalang siapa yang akan memasukan bola basket ke dalam ring.
Berulang kali Ara mencoba memasukan bola ke dalam ring, namun usahanya nampak gagal.
Haykal melempar bolanya ke dalam ring dan bola itu berhasil melolosi ring dengan sempurna.
"Kalah kan Ra," ucap Haykal setelah ketiga kalinya berhasil memasukan bola basket ke dalam ring.
Mereka menyudahi acara tanding basket di sore hari yang sudah hampir gelap. Pertandingan antara keduanya dimenangkan oleh Haykal tentunya.
"Hah, susah juga lawan master ya," ucap Ara sambil terengah.
"Susahh apa gak bisaa Raa, hahaha," Haykal tertawa dengan tangan yang masih setia mendribble bolanya.
"Heheee gue asal bisa ajaa tadi," Ara merebut bola yang sedang Haykal dribble.
Ara memasang ancang-ancang untuk melempar bolanya ke arah ring. Haykal memandang Ara, dengan teknik melempar bola yang salah.
Haykal menghampiri Ara. Dari belakang, Haykal membenarkan posisi Ara yang salah, sambil memposisikan bola yang benar dan tepat kearah ring.
Ara menatap Haykal yang sedang menjelaskan bagaimana teknik yang benar. Haykal yang lebih tinggi darinya, berdiri di belakangnya, mengajarinya cara melempar yang benar.
"Gitu cara yang bener." Ucap Haykal.
Haykal sambil menatap Ara yang tingginya hanya sebahunya dengan posisi masih memegang bola yang di pegang Ara. Pandangan mereka bertemu. Ara menatap Haykal tanpa kedip.
"Ahiyaaa, mm... Iyaa ngerti kok," Ara merubah posisi berdirinya menjadi berhadapan dengan Haykal.
"Capek banget ya Ra," ucap Haykal yang memandangi Ara dengan dahi yang berkeringat.
"Enggaa kok, biasa aja"
Haykal mengahampiri Ara, mengelap dahi Ara yang basah karena keringat dengan tangannya. Ara tercengang.
"Engga gimana, keringetan gini kok,"
"Ehh, engg-engga s-serius kokk..." Haykal terkekeh melihat ekspresi Ara yang tergagap karena tingkahnya. "Hahaha lucu banget sih lo,"
"Ck apaansi, udah yuk ah balik," Ara mengambil tasnya di tepi lapangan diikuti Haykal yang mengambil tasnya di koridor.
***
Hari sudah gelap. Hinar-binar kepadatan jalan raya menyergap.
Motor Haykal berhenti tepat di depan sebuah gedung apartment elite di Jakarta. Haykal cukup sering mengantar Ara pulang kerumahnya. Biasanya dihari seperti sekarang, hari Haykal latihan basket di sekolahnya.
Ara turun dari motor sport Haykal yang berhenti tepat di lobby apartmentnya itu. Haykal membuka kaca helmnya.
"Thanks ya Nugi udah nganter gue balik,"
"Iya Ra sama-sama"
"Eh lo mau mampir dulu?"
"Emm, engga deh. Gue langsung aja,"
"Okedeh kalo gituu, bye,"
Ara memutar tubunhnya dan melangkahkan kakinya memasuki lobby. Saat sedang menaiki anak tangga. Langkahnya terhenti saat seorang memanggil namanya.
"Ara!" Ara menoleh.
"Lha Nugi, ada apa lagi?"
"Engga, mau ngingetin aja sekarang lo punya utang sama gue,"
"Ha? Utang apaan?"
"Utang 5 permintaan yang harus lo turutin." Haykal menutup kaca helmnya, dan berlalu dengan motornya meninggalkan Ara yang masih berdiri di depan lobby.
"Iya Nugi iyaa, bakal gue turutin kok 5 permintaan lo ituu." Ucap Ara sambil senyum senyum sendiri melihat Haykal yang berlalu keluar dari apartmentnya.
***
Hallooo guys, disela-sela kesibukan author belajar untuk UAS dan disela kepusingan author menghadapi remedial MTK, huft akhirnya part 5 ini bisa selesai jugaa.
Maaf ya kalo part ini agak mengecewakan. Oke, almost every part i've been published, always keep support for me with your comment and vote! Dont forget! Thank you so much:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in Love
Teen Fiction"the sky is beautiful, but i'd rather look at you, because you have more galaxies in your eyes, than the number of stars in the skies." - Girl in Love Copyright © 2015 by Queenabella