"Terus kemarin habis belanja kalian kemana lagi?" Tiara sudah memberondongku dengan berbagai pertanyaan seputar belanja atk kemarin.
Jadi, setelah kemarin aku nangis di pelukan beliau,kami tetap belanja lalu pulang.
"Enggak mampir kemana - mana," jawabku memutar bola mataku malas.
"Halah! Pasti makan toh?" Tuduhnya sirik.
Aku jadi tertawa sendiri, iri banget pasti Tiara.
"Yaaaa... Wes mestiii...hahahah," jawabku sembari tertawa puas melihat wajah Tiara mbesengut (cemberut).
"Aku kemarin ada acara, dih mana disana gak ada makanan apa - apa. Tahu gitu aku mending ngikut kamu sama pak Ishaq. Pasti kenyang," gerutunya kesal.
"Lah, kenapa tiba-tiba batalin janji? Kesel aku sama kamu," gerutuku kesal.
Gara - gara Tiara enggak ikut aku jadi berduaan. Pakai acara nangis - nangis ala telenovela segala akunya. Duh, canggung, malu juga. Tapi ya memang kami makin " dekat" meski tidak ada ikrar atau komitmen apapun. Saling berbalas wa juga nggak pernah. Lah setiap hari kami bertemu. Hari minggupun kami sering ketemu kok.
"Ya kan mau nemenin emak kondangan. Tak kira kondangan ya banyak makanan. Tahunya salah hari, sudah bubar acaranya. Ya sudah ga makan apa - apa," jelasnya sembari menambah saos yang membuat mangkok mie ayam Tiara semakin merah.
Ibu Tiara memang sesuka itu sama saos. Beda sama aku yang lebih cinta sambal dari pada saos. Kalau memang terpaksa tidak ada sambal ya pakai potongan cabai ga masalah buatku.
Kami siang ini memang tidak ada kelas. Seperti biasa kami sedang makan mie ayam yang kami beli di warung depan sekolah dan kami makan di kantin.
"Wih, beli mie ayam kok nggak bilang - bilang?" Suara lembut yang khas ditelingaku terdengar.
Kami mendongak menatap ke depan ternyata Pak Ishaq baru selesai mengajar. Karena kami mengajar kelas rendah hari ini, jadi ya jam 12 udah nyantai di belakang.
Pak Ishaq duduk di sebelah ku, kebetulan aku menggeser dudukku ke pinggir tembok.
"Pak, kemarin makan dimana?" Todong Tiara.
Pak Ishaq terlihat bingung, terbukti dari kerutan di dahinya.
"Di rumah?" Beliau menjawab namun nadanya seolah bertanya.
"Dih, katanya abis belanja atk makan kok," cecar Tiara kesal.
"Oooh... Iya, di resto deket matahari. Kemarin katanya enak, makanya saya mau nyoba kesana. Ya sekalian,"jawab Pak Ishaq santai.
"Iiih... Pak Ishaaaaq....! Aku juga mau!!!!" Teriak Tiara kesal.
Aku tertawa puas melihat wajah kesal Tiara. Dih, dia emang gitu suka ngiri kalau saya bisa makan diluar gratis.
"Lah, kamu nggak ikut belanja kemarin. Kenapa tiba- tiba gak jadi ikut?"
Pak Ishaq menjawab santai. Ngobrol sama bu Tiara santai tapi tangannya sambil usil dibawah meja. Kantin kami memang lesehan. Belum lagi, taplak meja menutupi semua kaki meja. Ya sudah, semakin leluasa itu tangan bapak satu itu.
Aku sedikit tegang, tapi beliau santai sekali seakan-akan tidak melakukan apapun.
Tiara sedang menggebu-gebu bercerita dan ditanggapi dengan baik oleh Pak Ishaq. Aku jadi tidak fokus karena gerakan tangan Pak Ishaq yang mengelus pahaku lembut. Meski diluar rok tapi tetap saja membuatku tegang.
"Gimana kamu ngikut nggak?" Todong Tiara tiba - tiba.
"Eh, ngikut kemana?" Tanyaku lola. Sedari tadi aku nggak menyimak sama sekali sama obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASIH MAU?
Romance"Emang masih mau?" Tanyanya dengan tatapan ragu. "Maulah!" Dan kami tertawa bersama kembali.. Sebuah kisah tentang guru yang saling jatuh cinta disaat yang salah. "emang boleh guru berpacaran? " "eh, dia suami orang loh ya. awas jatuh cinta bene...