90's
"Peran utama, tapi bandel ah."
Langit berwarna oranye. Riuh rendah suara siulan sang burung yang merdu.
Tak ada yang bisa menandingi pemandangan sungai di pagi hari yang cerah. Pemandangan yang indah nan suasana yang sejuk, juara.
Seorang anak kecil merenung. Hiruk pikuk dalam pikiran anak tersebut. "Nakal.. Nakal banget."
Renungannya berhasil dialihkan oleh seorang anak laki-laki yang terkenal nakal dalam desa ini, desa Belles Roses.
Ia melempar dahan, itu cukup menyakitkan bagi seorang anak perempuan yang baru berusia enam tahun. Ia meringis kesakitan.
Walaupun hanya dahan kecil, tetapi yang terkena adalah seorang anak kecil.
Anak laki-laki tersebut menghampiri sang gadis kecil. Ia juga bisa merasa kasihan.
"Kamu nggak apa-apa, Anne? Jae minta maaf.."
Usia mereka sama, enam tahun. Wajar, cara berbicaranya seperti anak kecil.
"Ih Jae, sakit tau!"
"Iya, Anne. Jae minta maaf," ujar anak laki-laki tersebut, Jae.
"Aku antar Anne ke rumah ya? Biar diobatin sama nenek Anne, nanti kalau udah sembuh Anne bisa lihat lagi pemandangan indah ini."
Gadis kecil itu, Anne, mengangguk. Segeralah mereka pergi menuju rumah Anne. Selama perjalanan, Jae terus menuntun Anne.
Lantaran ia juga memiliki rasa kasihan dan khawatir. Jae terus menuntun Anne dengan sabar hingga sampai pada tujuan.
Suara ketukan pintu terdengar. Rumah ini hanya dihuni oleh dua individu. Nenek Anne dan Anne sendiri.
Lantas nenek Anne membuka pintu. "Jae?" Tanya nenek Anne. Melihat keberadaan Jae di depan rumah ini, membuatnya sedikit bingung.
"Jae minta maaf, Nek. Jae lempar dahan ke Anne, abis itu Anne kesakitan.. hehe," Kata Jae dengan nada takut.
Nenek Anne menarik napas sembari tersenyum. "Iya, gakpapa. sini nenek obatin."
Sebenarnya, nenek sudah mengetahui bahwa Anne hanya merasakan sakit sementara, setelah itu tidak.
Jae terus menuntun Anne sampai ke kamarnya. "Anne istirahat dulu, kalau udah sembuh Anne bisa main lagi ke daerah sungai, di sana ada aku sama kawan aku ya," ujarnya dijawab dehaman oleh Anne.
Anne berdeham. "Jae pergi dulu ya, Anne," Pamit Jae. Untuk kedua kalinya, Anne berdeham. Ia melihat kepergian Jae dari belakang.
Sekarang ia merasa kesepian, seperti tidak memiliki teman. Namun, ia berpikir bahwa ada neneknya yang akan menemani dirinya di sini.
"Anne mau main sama Jae?"
"Mau.. Tapi Anne ngantuk, Nek." Anne menjawab dengan senyuman lembut. Pantas saja dirinya mengantuk, ia sudah bangun sejak pukul lima pagi, membantu nenek memasak.
"Kamu tidur dulu, nanti sore main lagi. Nenek cerita dongeng, mau?"
"Mau, mau!"
Nenek Anne pun mendongengkan Anne, ia mendongengkan buku berjudul Le Petit Chaperon Rouge.
Inilah kemampuan sang nenek, seringkali nenek Anne mendongengkan Anne lalu berlanjut Anne tertidur nyenyak.
Rumah yang nyaman, ranjang yang nyaman. Berbeda dengan dahulu.
Satu-satunya alasan Anne tinggal di rumah ini hanya berdua karena Anne begitu nakal dahulu.
Bukan hanya nakal, kesalahan orang tuanya pun menjadi salah satu alasan.
Sehingga nenek Anne menyetujui keputusan jika Anne tinggal di desa Belles Roses ini bersamanya, hanya berdua.
Nenek Anne begitu menyayangi Anne sepenuh hati, satu-satunya anggota keluarga yang bisa bersamanya.
"Yah nggak ada Anne, gak bisa ngerjain dia dong.."
KAMU SEDANG MEMBACA
90's - JaeRosé
Short StoryJahil begini, ada juga rasa sayang dan perhatian. Masih kecil tapi udah sempurna. 90-an Short story 2023 - heghve