03 : dua janji, jabat jari

70 21 0
                                    

"Nggak ada yang ceroboh di sini, kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak ada yang ceroboh di sini, kok."







































"Anne, kamu kalau ke daerah pemukiman warga, kamu harus sama Jae dan geng Jae," ujar Jae.

"kita harus barengan, nggak boleh ada yang pisah dari kita." Sambungnya.

Sekarang Anne merasa bosan karena tempat bermainnya hanya di daerah sungai saja. Baru berapa kali Anne menginjak tanah di daerah pemukiman warga?

Anne hanya bertahan di daerah itu satu tahun saja.

Berbeda dengan Jae, Zeus dan Lapin. Setiap hari mereka menginjak tanah daerah itu, tentunya karena mereka tinggal di sekitar sana.

Anne tinggal di dekat daerah sungai semenjak tahun 1995, tahun di mana Anne sempat menjadi incaran para warga.


"Iya, betul kata Jae-sb! Kita nggak boleh pisah selamanya, Anne harus setuju!" Jelas Lapin, diangguk oleh Zeus.

Alis Anne menurun. "Aku janji, kalian juga harus janji!"

"Jangan ditanya, kita janji!" Sahut mereka bertiga disertai anggukan yang sangat serius.

Tidak peduli Anne satu-satunya perempuan dalam geng. Asal mendapat kebahagiaan semata, itu sudah cukup.

Sejak saat itu, bisa dikatakan Anne telah termasuk bagian dari geng Jae.

Untuk menghibur kebosanan Anne, Jae memiliki sebuah ide yang dapat menghilangkan rasa bosan Anne.

Mereka akan menyebutkan warna yang berawalan 'hi', seperti hijau atau hitam. Jika ada tiga orang yang sama, mereka akan kembali menyebutkan warna berawalan 'hi'. Jika ada yang berbeda, ia penjaga.

Cara bermainnya, yang menjaga harus mengenai seseorang, dan yang terkena akan berperan sebagai penjaga.

Yang pertama jaga adalah Jae. Hahaha, sang kapten yang pecicilan, kata orang-orang.

"Udah, kalian semua bakalan kalah!" Teriak Jae.

Betul saja, Jae langsung membuat Anne berperan sebagai penjaga.

Ini begitu sulit, Anne harus menyentuh anak-anak kecil yang lincah itu, sementara Anne tidak begitu lincah.

Jae, Zeus dan Lapin begitu hebat dalam hal ini, lari mereka sangat cepat sehingga Anne begitu kesulitan.

"Jae, Zeus, Lapin! Ngalah dong!"





















"Lapin, Zeus, tunggu dulu sebentar!" Teriak Jae.

Menoleh kebelakang, tidak ada seorang pun yang mengejar mereka bertiga. Mereka terlalu jauh saat berlari ini.

Firasat buruk menyerang pikiran Jae. Alis menurun, mata membulat, napas sulit diatur, membuat lutut Jae bersatuan dengan rumput hijau.

Jae berdiri lalu berlari menghampiri daerah sungai kembali. Tanpa Jae berkata kepada mereka, Zeus dan Lapin mengikuti Jae.

"Jae-sb, pelan-pelan, jangan lari cepet banget!" Teriak Zeus.

Tidak memedulikan ucapan Zeus, Jae terus berlari menuju daerah sungai dengan cepat.

Firasat Jae betul, tidak ada Anne di sekitar sini. "Zeus, Lapin, Anne..." Baru kali ini Jae merasa khawatir yang berlebihan.


















Suara ketukan pintu terdengar. "Ini semua salah Jae. Jae. Jae. Jae. Jae aneh! Jae ceroboh!"

Lantas suara terbukanya pintu terdengar. "Jae? Kenapa?"

"Nenek... Maafin Jae, nek. Anne nggak tau di mana, dia gak keliatan pas main tadi.."

Kini Jae sedang berada di rumah Anne. Tentunya Jae meminta maaf karena ia merasa bersalah, merasa ini semua ulahnya dan salahnya.

Nenek Anne tersenyum. Ia mempersilahkan Jae untuk masuk.

Betapa leganya Jae saat melihat Anne tengah berbaring di atas tempat tidur. "Anne!" Panggil Jae dengan bahagia.

Ia berlari menghampiri Anne. "Anne, kamu oke? Maafin Jae ya, lari jauh banget."

Anne berdeham lalu mengalihkan pandangan, tampaknya ia butuh istirahat. "Kenapa kamu bisa ke rumah lagi?" Jae bertanya dengan nada sedih.

"..Jae, aku mau diculik," ucapnya.

"sama tetangga Jae, untungnya aku bisa lawan.. Aku rasa kita nggak ada tempat lagi buat main.."

Kini para penduduk sudah mengetauhi akan keberadaan rumah Anne. Mungkin mereka akan lebih sering mengawasi Anne dan menculiknya.

"Nggakpapa. Jae, Lapin sama Zeus bisa main di rumah Anne ini yang aman. Kita bakal selalu barengan, kok."

Anne melirik neneknya. Liriknya sangat menunjukkan harapan 'nenek memperbolehkan jika bermain di rumah ini'.

"Boleh nggak, nek?" Tanya Anne.

Nenek Anne tersenyum. "Boleh."

Jae dan Anne tersenyum bersama. Kini Anne terus berada di dalam rumah demi melindungi dirinya sendiri. "Janji ya, kita harus selalu ada."

"Iya janji, Jae."


























90's - JaeRoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang