5

49 24 0
                                    

Kali ini cuaca tidak bersahabat. Mentari tampak ganas memancarkan sinarnya. Keringat bercucuran di kening perempuan itu. Sedari tadi ia tak berhenti mengumpat kesialan yang didapatinya hari ini. Setelah selesai menelfon dengan Elsa, dirinya terpaksa pergi ke Sekolah tanpa kendaraan umum. Mengingat simpanan belanjanya telah disita, ia harus berhemat agar bisa sarapan hari ini. Jarak rumah ke Sekolahnya cukup jauh, namun perempuan itu tidak mengeluh sedikit pun.

Sesampainya di Sekolah pemandangan pertama yang ia dapati melihat pak Mamat, guru yang selalu melakukan kegiatan keliling dilingkungan sekolah. Mengevaluasi murid-murid yang biasanya sering terlambat.

***

"Eh itu Naudy?! "

Jam istirahat tengah berlangsung. Ketika hendak pergi ke Kantin, pandangan Haris tertuju pada seorang gadis yang tengah berlari mengitari lapangan voly sekolahnya, yang tak lain itu adalah Naudy.

Fian mengalihkan seluruh atensinya kepada perempuan itu. Meyakini bahwa perempuan itu tengah di hukum karena terlambat.

"Gue mau makan, lo pada cuma mau liatin tu cewek?"

"Ah ga asik lo, No."

"Kasian juga ya liat tu cewek. "

Fian mengedikkan bahu, "gue gak peduli. Mau dia mati dihadapan gue juga gak bakalan peduli. "

Regi tertawa mendengar kalimat dari Fian. Tangannya tak henti-henti menepuk keras punggung Fian. Sementara Haris hanya manggut-manggut mengiyakan.

"Kalo diliat-liat, Naudy cakep juga anjirt, " Ucap Haris seraya memandang perempuan yang sedari tadi tak sadar tengah di perhatikan.

"Yaudah pacarin aja, " Fian pun juga tak mengalihkan tatapannya sedetik pun dari Naudy.

"Ngaco, orang dia aja sukanya sama lo bego?! "

"Gue peduli? "

"Ya,,, enggak sih. Hati lo kan cuma buat Ega doang. "

Fian berlalu begitu saja dari hadapan teman-temannya. Rasanya sudah cukup membicarakan perempuan tidak berguna itu, baginya. Sekarang ia hanya memikirkan seorang gadis yang tengah bersemayam di dalam hatinya.

Ega Mentari Senja. Adik kelas sekaligus teman Fian sewaktu kecil. Rumahnya berdekatan, begitupun hubungan orang tua mereka.

"Misi kita gimana, gi?"

"Jadi dong, gimana kalo kita samperin aja tu cewek. "

Naudy menyeka keringat yang membanjiri tubuhnya. Tangannya tak henti-hentinya mengibas wajahnya yang sudah merah padam karena teriknya matahari. Duduk di bawah pepohonan yang ada di tepi lapangan voly itu.

"Nih air buat lo."

Seseorang melemparkan sebotol minuman mineral pada perempuan itu. Haris. Naudy mengernyit kebingungan. Tidak biasanya cowok itu berbuat baik kepadanya.

Tak butuh waktu lama, perempuan itu langsung meneguk habis air minum itu tanpa tersisa. Segar. Itulah yang ia rasakan. Tenggorokannya yang terasa kering tadi seketika sirna.

"Tumben, ada maksud apa lo baik sama gue? "

"Makasih dulu lah anjirt. "

Naudy hanya mengedik tak peduli, "gue gak minta, gak juga ngarep lo ngasih minuman."

Regi terbahak-bahak. Dirinya tak kuasa melihat ekspresi yang ditampakkan sang sahabatnya itu. Sementara Haris berusaha sabar menghadapi cewek dihadapannya ini. Ia harus menjalankan misinya.

"Jadi gini, Dy. Gue liat-liat kayaknya lo ga punya temen deh. Gimana ka-"

"Ga butuh, " Naudy memotong pembicaraan Regi seolah-olah sudah mengerti apa yang di maksud cowok di hadapannya ini.

"Lo suka Dino, kan? "

Naudy mengangguk cepat. Menatap Regi tanpa berkedip, seakan-akan nama tersebut mampu membuatnya bersemangat.

"Kalo lo mau temenan sama kita, otomatis lo bisa deketan terus dong sama Dino. Bahkan di luar jam sekolah pun!"

Naudy mengernyit kebingungan, "jadi untungnya buat lo apa kalo temenan sama gue? "

Skak mat.

Regi tersenyum masam. Perempuan ini sangat cerdik. Sepertinya sangat sulit untuk meyakinkan perempuan ini.

"Gaada, gue cuma pengen bantuin lo deket sama Dino aja. "

Naudy manggut-manggut mengiyakan. Regi tersenyum menang. Dirinya merasa telah berhasil membuat Naudy masuk ke dalam perangkapnya kali ini.

Sepertinya.

"Beb gue dimana?"

"Lo mau ketemu Dino? Yaudah ikut kita aja, " Ucap Haris bersemangat.

"Okey, ga sabar deh ketemu Dinoo!"

Naudy berdiri dari tempatnya. Membersihkan bagian belakang roknya yang kotor. Seraya merapikan pakaian dan juga membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Jadi lo mau kan temenan sama kita?"

"Terserah lo aja!"

Regi tersenyum puas, tak sabar menanti kejutan-kejutan yang seru di hari berikutnya.



Time To NaudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang