Prolog || Hati yang Tersayat

82 27 15
                                    

"Semua hanya titipan yang Tuhan amanahkan untuk hambanya. Di saat Tuhan memintanya kembali kita harus ikhlas untuk melepaskannya."

•••♡♡♡•••

Kehidupan yang diwarnai dengan canda tawa ria, seakan senyuman yang merekah tak akan pernah luntur. Seolah, kebahagiaan itu akan selalu menyertainya hingga detak jantung berhenti.

Siapa sangka malam yang seharusnya menjadi hari paling bahagia. Kini berubah menjadi badai hujan yang menghantam batu karang di tengah lautan.

Langit yang semula di hiasi kilaunya cahaya bintang. Berubah menjadi hitam pekat. Seakan, alam semesta ikut merasakan kesedihan atas berpulangnya seseorang di sisi Tuhan.

"Rain, come back! Come back!"

Suara isakkan yang begitu menyayat hati bagi siapa pun yang mendengarnya.

Seorang wanita cantik yang masih mengenakan gaun hitam menangis histeris dengan mendekap tubuh yang berlumuran darah. Bau amis darah tidak dia hiraukan.

'Mengapa Tuhan begitu tega! Baru aku merasakan kebahagiaan, tapi kini telah Kau ambil,' gumam wanita itu.

"Please, Rain wake up! Don't joke with me. "Wanita itu masih berusaha mengguncangkan tubuh pria yang ada di pangkuannya, berharap calon suaminya itu dapat hidup kembali.

Suaranya begitu paruh dan lirih tapi masih bisa didengar oleh pria yang berpakaian jas hitam. Wajah begitu berantakan serta ada luka tembak di lengan tangan sebelah kiri.

'Nona, maafkan aku.' Pria itu juga ikut merasakan kehilangan.

Tuan sekaligus sahabat kecilnya itu telah pergi diusia yang terbilang masih muda. Orang yang selama ini telah berjasa dalam hidupnya. Apa ini arti pesan singkat yang di maksud sahabatnya waktu itu.

'Aku percayakan semua padamu. Tolong, jaga dia untukku.'

Apa daya semua telah takdir, kita sendiri tak bisa menghindarinya. Bila Tuhan telah berkehendak. Siap tidak siap kita harus ikhlas untuk menerima suratan takdir.

"Bukankah kamu telah berjanji tak akan meninggalkanku, Hubby."

Sebuah tragedi yang tanpa di sangka telah merenggut nyawa seseorang melayang. Entah, apa motif dari si pembunuh itu sendiri, suasana tadinya romantis menjadi tragis. Bau anyir menyeruak begitu lekat di indra penciuman.

"Tidurlah. Janji, setelah ini segeralah bangun. Perjalanan kita masih jauh. Masih banyak impian yang harus kita gapai, bahkan tinggal sebulan lagi kita akan menikah. Jangan lupakan janji yang kamu ucap barusan."

Jari lentik itu masih saja mengelus kening pria yang ada di dekapannya dengan penuh kelembutan. Sorot matanya menunjukkan ketulusan cinta yang begitu dalam. Dekapan erat membuktikan bahwa dia tidak rela kehilangan kekasihnya.

Pandangan kosong dengan mata berkaca-kaca. Sesekali bibirnya berkomat-kamit seperti orang sedang merapalkan matra. Namun, tidak begitu jelas apa yang ia katakan.

♡♡♡

Seorang wanita sedang duduk memandang hamparan bunga mawar berwarna merah dan putih. Itu salah satu bunga favoritnya.
Matanya jauh menerawang, entah apa yang sedang dipikirkan. Sorotan mata begitu tajam seperti tombak panah yang ingin menghunus mangsanya.

Tak jauh dari tempat wanita itu duduk. Seorang pria tampan yang sama-sama memandang indahnya tanaman bunga mawar yang telah bermekaran.

"Queen." Suara bariton memecahkan keheningan di antara mereka.

THE BEAUTY of POISONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang