003

466 75 8
                                    

Papers, Books, and Malan.

────── The reveal.















.

.

.

Unedited.

.

.

.



























Ribuan manusia itu takkan pernah berarti kalau salah satu diantaranya bukan kamu, Mal.

Ribuan pasang mata yang memiliki binar mata jernih dengan warna hitam obsidian mungkin banyak, tapi ada satu pasang mata yang membuatku sadar, kalau cuma kamu yang memilikinya.

Ribuan bahkan jutaan nama dengan Askara atau Malan pasti banyak dimiliki orang lain.

Tapi cuma kamu, Mal, cuma kamu yang selama ini menjadi Askara Malanka-ku.

Seandainya waktu bisa diputar ulang.

Aku takkan menjadi orang pengecut dan menunggu untuk kabar baik di antara kita berdua.

Seandainya waktu bisa diputar ulang.

Aku mau, sangat mau, mengungkapkan semua isi hati dan kepala kepadamu.

Dan seandainya waktu bisa diputar ulang.

Aku akan jadi orang pertama yang menemani kamu melakukan segala sesuatu untuk sembuh, karna, aku sayang kamu.

Malan.

Kalau seandainya nanti, waktunya tiba, aku boleh memutuskan untuk tetap menggenggam namamu, 'kan? Menyimpannya dalam lubuk hati yang terdalam dan tak menggantimu?

Aku boleh melakukan itu untukku sendiri, 'kan? Untukku sendiri, Malan, untukku sendiri.

Kamu gak keberatan dengan itu, 'kan, Malan?

Aku sadar.

Selama ini aku kurang percaya diri atas segalanya, selama ini aku berandai-andai, selama ini juga, aku tak pernah bergerak maju untuk membuat kita berdua bersama.

Hari ini, esok, dan nanti.

Aku mau menyimpanmu erat-erat, Malan, tak peduli nantinya dunia akan berkata apa.

Aku hanya ingin kamu.

Maaf, kemarin sempat mengatakan kalau diriku akan berputus asa atas keabu-abuan perasaanmu.

Maaf ya, Malan.

Sekali lagi, aku minta maaf atas semua prasangka yang kuberikan kepadamu.

Malan.

Tolong juga, jemput aku saat waktunya tiba, ya?

Pastikan kamu yang membawaku pergi, dengan senyumanmu, dengan tatapanmu, dengan ungkapan tak masuk akalmu, dengan telapak tangan besar yang senantiasa menggenggan tanganku secara erat.





































...

Papers, Books, and Malan.

...

Wajah pucat milik Malan membuat Kasih meremas lengan dari seniornya tersebut dengan pelan, "Kamu gapapa, Malanka?"

Suaranya pun berbisik lirih.

Oh, ia takut kalau Malan merasakan sakit teramat sangat diarea dadanya.

Meski bukan yang pertama kali, itu tetaplah, terkesan menyeramkan untuk dilihat oleh mata kepala Kasih secara langsung.

Ocean Of Tears.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang