001.

722 98 3
                                    

Papers, Books, and Malan.

━━━ 001 : It's complicated.





.

.

.

Unedited,

Mentions of cheating and maybe could be leads into inappropriate language.

.

.

.































KALA itu kita berkenalan secara tak sengaja, yang kukira awalnya hanya sebatas perkenalan biasa.

Tapi tak bisa kupungkiri kalau senyuman dengan dimple pada pipi bundarnya terus terbayang oleh ingatanku, bahkan sampai berhari-hari.

Lucu, bukan?

Aku masih ingat bagaimana tanganmu terulur ke arahku dengan wajah yang menggemaskan namun rupawan itu.

Kamu tertawa pelan dan mengatakan sesuatu yang sampai detik ini masih kuingat, "Askara Malan, lo namanya siapa? Biar gue tanggung jawab soal buku lo yang basah karna lempar bola itu,"

Iya.

Kita berkenalan karna ulah lalaiku yang memilih membaca disalah satu sudut lapangan, yang kukira sepi, justru menjadi ladang para pesepak bola senior itu menendang ke sana.

Semua orang menyalahkanmu, tapi aku tahu betul itu kesalahanku sendiri.

Daripada aku mengaku.

Juga, melewatkan kesempatan untuk berbicara denganmu.

Aku lebih memilih bungkam dan membiarkan kamu yang mengambil alih, itu sangat tidak bertanggung jawab, bukan?

Tapi, Malan, maaf.

Hanya itu yang bisa kulakukan untuk membuat kita berkenalan.

























...

Papers, Books, and Malan.

...

Lembaran awal dari buku yang digarap Kasih itu berhasil tertulis dengan mudahnya, sembari mengingat kembali bagaimana dirinya dan Malan berkenalan untuk yang pertama kali.

Saat itu, keduanya berada disekolah menengah.

Malan menduduki kelas 3 SMP sedangkan Kasih baru masuk, dan baru selesai mendapatkan ospek karna masih kelas 1.

Raut wajahnya mendadak bahagia.

Ia ingat kala itu juga menjadi tempat kesukaannya untuk membaca, meski kadang dirinya tak jarang mendapatkan serangan dari tendangan bola atau lemparan karna tim sepak bola perempuan sering latihan disana.

Tempat itu juga yang membuatnya dekat dengan sosok Malan.

Si senior sekaligus kapten tim.

Kasih tersentak kaget begitu merasa tepukan pada bahunya, yang sudah jelas siapa pelakunya.

Oh, ayolah.

Sudah bertahun-tahun mengenal Malan, Kasih tentu hafal dengan parfum yang dipakai oleh sosoknya bahkan dari jarak 5 meter yang sudah tercium aroma itu.

Tapi tadi, Kasih kebanyakan melamunkan sesuatu soal perkataan dan rangkaian katanya.

Sampai tak sadar kalau pemilik parfume dengan aroma mint bercampur minyak telon itu sudah berada disisi kirinya dengan raut wajah jahil, tengil, dan menyebalkan.

Ocean Of Tears.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang