Saya tidak pernah menuntaskan puisi yang saya tulis untukmu. Baitnya selalu saja menggantung pada langit-langit rumah kita. Maknanya seringkali tidak jelas, membuat kamu merasa pening dan kamu keluhkan itu padaku. Kamu bilang, kamu tidak pernah bisa mengerti makna apa yang ingin saya sampaikan. Kamu berusaha memahami namun pada kalimat yang paling akhir itu yang kamu dapatkan hanyalah ketidaktahuan dan sebuah rasa bersalah.
Saya katakan padamu, tidak perlu merasa bersalah sebab kamu barangkali tak pernah gagal memahami tulisan saya—memahami saya. Barangkali sayalah yang tidak pernah menyelipkan makna apapun yang saya tulis untukmu. Karena pada puisi-puisi itu, yang saya abadikan pada bekas-bekas ciuman kita di malam yang panjang, saya selalu ingin kamu memahami tanpa perlu banyak berpikir. Saya selalu menelanjangi puisi saya di depan kamu. Di atas ranjang, di depan cermin, di mana saja. Tulisan saya selalu bisa kamu baca tanpa harus kamu pusingkan, gerangan apa maknanya?
Atau mungkin juga kamu bertanya tentang puisi saya yang selalu saja menggantung; tak pernah selesai. Mulai sekarang berhentilah bertanya dan tolong simpan puisi-puisi saya baik-baik di dalam dadamu, kamu bisa? Sebab saya tidak tahu harus menyimpan di mana lagi selain di sana. Saya sudah bukan lagi orang yang dulu selalu kamu kagumi karena saya bisa merawat sesuatu dengan baik, saya minta maaf untuk itu. Terima puisi yang tak pernah selesai itu dengan senang hati, ya? Sebab saya tidak akan pernah mau menuliskan bait puisi terakhir saya untukmu. Meski kamu berkali-kali memintanya, meski kamu bilang lebih baik saya menyudahi semuanya, saya akan tetap menuliskan puisi rumpang untukmu. Menelanjanginya di depanmu. Sampai kelak saya telah kehabisan tinta, sampai kelak saya telah kehabisan nyawa dari puisi yang saya tulis sendiri.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
jangan mati di dalam kepala saya
PoesíaSaya beri tahu kamu, perihal tubuh menyedihkan itu yang menggenangi kelopak mata saya. Perihal keabadian yang sudah sejak lama menanti di tepi perbatasan sana, ketika kata-kata telah selesai ditulis, ketika jari-jemari melambai di sebalik dinding ka...