Hingga saat ini kau masih bertanya-tanya apa dosa masa lalu yang kau perbuat sehingga Celestia menempatkan hidupmu ke dalam permainan sipir dan tahanan ini?
Kau lahir dan besar di Sumeru, tempat kau menghabiskan seperempat hidupmu tapi mengapa hatimu begitu terdorong untuk keluar dari perbatasan tanah kelahiranmu?
Setiap wilyah di Teyvat menawarkan pengembara daya tarik mereka untuk dijelajah.
Mondstadt mungkin akan menjadi pilihan pertamamu untuk didatangi. Kota kebebasan adalah nama-nama yang digembar-gemborkan oleh penyair dan seniman untuk Mondstadt yang terkenal. Kota itu pasti mempunyai angin segar yang mengelilingi tanah hijau dibawahnya.
Atau juga Liyue? Tanah yang dikuasai pencipta Mora itu punya tradisi festival ritus lentera yang wajib dilihat setidaknya sekali dalam hidup.
Kau tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, tidak bahkan saat kau masih kecil sekalipun. Cukup puas menjalani hidup di tanah kebijaksanaan. Keinginan yang tiba-tiba ini apakah dari kerinduan akan kebebasan yang telah lama direnggut darimu?
Sayang sekali kau tidak akan pernah bisa melangkahkan kakimu keluar dari perbatasan Sumeru berkat pria itu. Dia punya posisi kuat yang dapat menahanmu bahkan sebelum kau berlari menjauh.
Terkutuklah Akademiya dan orang-orang di dalamnya.
Mungkin jika kau menyinggung topik ini diantara pembicaraan, Alhaitham akan memberimu pandangan meragukan di matanya. Dia pintar dan berbicara dengan baik. Menjabarkan perawatan yang ia berikan padamu apakah kurang cukup? Kebutuhan dasarmu dipenuhi, pakaian yang bahkan kau pakai di sini lebih bagus kualitasnya dari yang kau punya sebelumnya, kau tidur di atas kasur yang lembut, kau makan dengan baik, dia secara sukarela memasak untukmu.
Kau bebas melakukan hobimu yang sangat erat dengan seni itu. Tentu saja dengan aturan dipertunjukkan hanya untuk matanya. Jadi di akhir dia tidak meminta alasanmu mengapa begitu tertarik menjelajahi dunia luar tapi ketidakpuasanmu yang dirawat dengan baik di tangannya.
"Kau berbicara seolah-olah tidak merusak hidupku dan menyeretku ke penjaramu. Apa tidak ada kata-kata yang lebih bagus dari ini?"
Kau mencemooh dan Alhaitham menatapmu tepat di mata, cara dia menatapmu membuatmu ingin cepat pergi dari jangkauannya. Kau dulu pernah memuji matanya yang unik, dibentuk dengan tujuan menyerap segala pengetahuan yang ada namun sekarang kau sangat berharap terlepas dari mata itu.
"Jadi kau tidak cukup pintar untuk menyadari bahwa bersamaku tidak bisa dihindari? Bahwa tidak ada jalan keluar?"
Mungkin akan lebih baik jika dia tetap diam.
"Percaya diri sekali, dari mana rasa kepercayaan diri itu berasal? Biar kutebak. Apa dari sikap sombongmu?"
"Itu tidak menyakitkan seperti lidahmu yang tajam. Terkadang." Dia terkekeh, menunjukkan tanda-tanda humor dan keceriaan yang cukup langka untuk melihatnya dalam cahaya itu.
Kau menutup matamu sejenak. "Aku anggap itu pujian."
Kau tidak mengatakan apa-apa setelahnya, membiarkannya berbicara lebih jauh. Hanya untuk mengetahui kalimat apa yang akan dia lontarkan padamu. Lagipula kau punya banyak kata sarkasme untuk melawannya.
"Jangan coba-coba (Name)." Kau menegang saat dia bersingkut mendekat, menutup segala jarak diantara kalian.
Tidak memprediksi dia akan membuat gerakan, apakah dia lelah dan ingin mengakhiri pembicaraan yang kau buat ini? Mungkin saja.
Yang tidak kau harapkan adalah dia mengelus punggungmu, lembut namun tegas. Kau reflek merinding karena kontak kulit yang tiba-tiba. Kehangatan dan kelembutan dalam sentuhannya sama sekali tidak membuatmu nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Who Is She?
Romansa《ᴅᴀʀᴋ ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ, ʀᴇᴀᴅᴇʀ ɪɴꜱᴇʀᴛ, 15+》 𝘿𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙧𝙞𝙖𝙠𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙩𝙪 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙡𝙖 𝙧𝙖𝙨𝙞𝙤𝙣𝙖𝙡 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙞𝙩𝙪, 𝙗𝙖𝙝𝙬𝙖 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙧, 𝙗𝙚...