Chapter 6 : Datang

0 0 0
                                    

♡ Happy Reading ♡

Ketika kegelisahan melanda hati, emosi menguasi diri, hanya sebuah pelukanlah sebagai obat penenangnya. Dalam dekapan hangat, ada kenyamanan yang mampu membuat seseorang terdiam. Diam merasakan kedamaian akibat amarah yang menggebu-gebu.

Ada kalanya, kata tak lagi berguna. Air mata sering kali menjadi jawaban. Menangis bukan berarti lemah, hanya saja hati perlu ruang untuk sedikit merasa lega. Segala luapan emosi tertahan, terkadang butuh pelambiasan. Salah satunya dengan menangis.

Begitupun Nahee. Ia merasa butuh sandaran dan tempat untuk berbagi. Seseorang yang dengan suka rela mau mendengarkan keluh-kesahnya. Bukan malah menjadi hakim untuk dirinya.

"Shi Rae, kamu sibuk, nggak?"

"Kenapa?"

"Bisa ke sini? Ada Nahee juga."

"Eh, bisa, sih. Tapi, nyampenya baru bisa besok. Emang nggak apa-apa, Nahee nginep?"

"Ntar aku tanya, deh. Yang penting, kamu bisa, 'kan, ke sini?"

"Iya, iya. Aku pasti dateng, kok. Bilang sama dia, suruh tungguin."

"Siap. Sampai ketemu besok. Dah."

Setelah berbicara dengan Shi Rae via telepon, Ye Ran memberitahu, bahwa sahabat mereka baru tiba besok.

"Gimana? Kamu mau nginep sini, nggak? Suamiku juga lagi ke luar kota, kok. Jadi, rumah sepi."

Nahee terlihat berpikir sejenak. Tidak mungkin juga, ia membawa Zeha kembali. Perjalanan ke rumah Ye Ran butuh waktu beberapa jam. Zeha bisa sakit, jika terus kelelahan.

"Baiklah. Aku mau nginep di sini," jawab Nahee.

Ye Ran sangat gembira mendengarnya. Ibu satu anak ini langsung memeluk sahabatnya sambil tersenyum.

"Oke, Sayangku. Sekarang, nggak perlu mikir yang berat dulu. Kamu istirahat dulu aja, temenin Zeha."

Nahee mengangguk. Lagipula, ia juga merasa sangat lelah. Mungkin karena beban pikiran yang sedang dialaminya, jadi Nahee lebih cepat kelelahan. Ia pun berpamit ke dalam. Meninggalkan Ye Ran di ruang tamu sendirian.

Putra Ye Ran sedang ada di rumah neneknya. Mungkin, sore nanti baru pulang. Jadi, ia lebih memilih menyiapakan menu yang akan dihidangkan nanti siang.

.

.

"Ke mana mereka? Udah siang gini, kok, masih belum pulang?"

Ill Woo merasa cemas. Ia berkali-kali melihat ke arah pintu. Kadang, Ill Woo juga pergi ke teras untuk memastikan istri dan anaknya sudah sampai rumah. Namun, sayangnya harapan Ayah satu anak ini harus sirna. Nahee juga Zeha tidak kunjung terlihat batang hidungnya.

Ia merasa khawatir. Takut jika terjadi apa-apa pada mereka. Padahal, pagi tadi, Ill Woo masih santai sambil bermain game online. Baru setelah menjelang siang, ia merasa panik karena Nahee dan Zeha belum pulang.

Ill Woo mencoba menghubungi Nahee. Namun, belum sempat ia menelepon, istrinya telah lebih dulu mengirim pesan. Ia mengatakan, jika mereka menginap di rumah Ye Ran.

"Apa? Kenapa dia melakukan ini? Bukannya pulang, malah ke rumah orang lain," kesal Ill Woo. "Dasar baperan!"

Dia mencebik. Merasa apa yang dilakukan Nahee sangat kekenakan. Menurut Ill Woo, harusnya istrinya tersebut pulang ke rumah. Bukannya malah menginap di rumah orang yang tempatnya terbilang jauh.

Lagipula, ada Zeha yang ikut bersama istrinya. Ill Woo merasa tindakan Nahee tidak bisa dibenarkan.

"Dia ini, nggak mikir apa? Zeha masih kecil, masa harus dibawa perjalanan jauh? Ibu macam apa itu? Egois banget," cibirnya.

PILIHAN (Kumpulan Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang