BAB 1

59 5 2
                                    


Di tengah kebisingan kota pada sore hari terlihat sekumpulan anak laki-laki tengh berlari di sebuah gang sempit, mereka tampak menghindari kejaran sekumpulan pria dewasa yang mengenakan setelan jas hitam, entah apa yang telah mereka lakukan sehingga mereka bisa di kejar oleh orang-orang itu.

Seorang anak laki-laki yang badannya paling besar menengok ke belakang, untuk memastikan jika mereka sudah cukup jauh dari kejaran orang-orang tersebut, tapi sayang mereka masih dekejar, dengan nafas terengah menahan lelah kala berlari, anak laki-laki tersebut berteriak mengisyaratkan untuk berpencar kepada teman-teman nya, tanpa pikir panjang mereka berpencar menjadi dua bagian.

Di lokasi yang lain seorang anak laki-laki yang sepertinya masih berusia 6 tahun tengah bermain bola dengan teman atau mungkin kakak nya entah lah, dia jauh lebih tinggi dan besar, sepertinya dia anak berusia 12 tahun, anak laki-laki yang lebih besar menjadi penjaga gawang dan seorang lagi yang lebih muda sedag mengiring bola menuju gawang.


" yeyy! " sorak yang lebih muda kegiragan karena dia telah berhasil mencetak gol, mengalahkan sodara yang lebih tua, sedangkan anak yang lebih besar itu hanya bertepuk tangan dan tersenyum lebar, menampakan deretan gigi nya yang rapi dengan lesung pipi yang menghiasi senyum nya.


Anak yang lebih besar itu mengambil bola dan menghampiri yang lebih muda dari nya, jari-jarinya bergerak, dia berbicara dengan isyarat tangan, yeah anak laki-laki yang memiliki senyuma manis itu seorang tuna wicara.


" kenapa kita harus pulang sekarang ?, aku baru saja mencetak gol pertama ku, aku iggin mencetak lebih banyak lagi! " ucap anak itu sambal mengerucutkan bibir nya dan memainkan ujung baunya


" kita harus pulang kak panji akan sangat marah jika kita pulang terlambat wildan " jawab dari anak tuna wicara itu dengan bahasa isyarat tangan, membuat yang lebih muda mendengus kesal, namun akhirnya dia hanya menurut sambal meraih uluran tangan dari yang lebih tua.


" ahhh kak Arthur gak asik " dumel anak itu sambal berjalan beriringan dengan tangan yang di gandeng oleh anak tuna wicara itu yang bernama Arthur.




*****




Sesampainya Arthur dan wildan di sebuah rumah yang berarsitektur kuno itu, mereka segera melangkahkan kaki mereka masuk kedalam bangunan tersebut, rumah itu sangat besar dan gelap karena hari yang mulai menjelang senja, tidak ada penerangan di dalam rumah itu, jadi mereka berdua memutuskan untuk berlari ke belakang rumah secara bersama, jujur hal itu mereka lakukan karena ketakutan.

Mereka berlari menuju arah dapur yang tepat bersebelahan dengan kamar mandi, karena keterburu-buruan nya mereka, tanpa mereka ketahui ada sesoorang yang keluar dari dapur sambil membawa lilin yang membuat mereka terkejut.


" HAAAAA! " teriak mereka bersamaan sampe membuat wildan dan Arthur terjatuh ke belakang.


" kalian ini mengejutkan ku saja " protes orang itu sambil berjalan dengan mengunakan kruk dengan tangan yang meneteng lilin kemudian ia arahkan kepada wildan dan Arthur yang terjatuh di lantai.


" maaf kak, kami takut, rumah ini sangat besar dan gelap selagi langit belom terlalu petang kami mau cepat-cepat ke kamar mandi buat mandi " tutur wildan sambil menatap seorang yang tadi mengejutkan mereka hingga tersungkur ke belakang.


Orang itu hanya tersenyum simpul, dan mengarahkan candle holder yang berisikan tiga buah lilin yang sedari tadi ia bawa, menuju Arthur.

" ambil lah satu lilin Arthur, buat penerangan kalian di kamar mandi, tapi jaga lilin ini jangan sampai padam " jelas anak itu dengan mengunakan Bahasa isyarat dengan satu tangan nya, yang langsung di pahami oleh Arthur dan segera ia ambil satu buah lilin yang berada di candle holder yang di pegang oleh seorang anak laki-laki yang mengunakan alat bantu jalan itu.


" kak danny! Emang kak panji belom pulang? " tanya wildan kepada orang tersebut yang bernama danny


" belom tapi sebentar lagi kak panji dan yang lainnya akan pulang, jadi sebaiknya kamu dan kak Arthur segera mandi, atau dia akan sangat marah jika mengetahui kalian pulang lambat hari ini " jelas danny kepada wildan dengan tersenyum, yang berhasil membuat wildan melotot dan segera meraih tangan Arthur, kemudian berlari kearah kamar mandi, danny yang melihat kelakuan wildan tersebut hanya tersenyum sembari mengelengkan kepala, kemudia dia lanjut berjalan menuju meja makan di ruang makan.






To Be Continued.....






RUN AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang