Dibalik pembicaraan kedua orang itu, suasana ruang tengah rumah Haechan sudah seperti neraka.
Panas sekali, apalagi banyak kompor yang menyala dengan api besar tanpa diketahui siapa yang telah mengaktifkannya disana.
"Bisa, gak, sih— jangan pake tuduhan? Sumpah, itu gak penting banget sekarang."
"Gue tau, itu emang gak penting. Tapi di keadaan darurat kayak gini siapa yang gak panik?"
"Lo tau? Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan?"
"Berarti secara gak langsung, lo nyuruh kita bunuh-bunuhan aja gitu daripada salih tuduh? Kalopun kayak gitu, gak akan ketemu siapa pelakunya!"
"Makanya jangan asal nyeplos! Kalo mau ngomong, saring dulu kata-kata yang mau lo keluarin!"
Sunwoo menghela napasnya pelan. "Giliran dipojokin lo gak terima, kan?"
Suara bising itu, benar-benar membuat Sunwoo jengkel. Lantas, ia menendang meja hias yang ada di samping sofa.
Brak!
"Tolol, lo semua! Lo mau tau siapa pelakunya? Ya, diselidiki! Bukan adu bacot! Goblok. Temennya baru pergi bukan dihargain. Gak ada adab lo semua, sinting!" Cerocos Sunwoo tanpa memikirkan kalimatnya yang begitu kasar.
Lalu ia pergi ke kamar Haechan, menumpang kamar mandi disana.
Di dalamnya, ia tak langsung buang air. Karena tujuannya memang bukan itu.
Tapi mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi merekam keributan di ruang tengah tadi.
Lalu, menelpon seseorang.
"Ya, kenapa?"
"Gue mau kirim perekam suara, lo bisa masukin ke flashdisk yang biasa gue pake, kan?"
"Ngapain? Tumben banget lo, emang gak pulang?"
"Untuk beberapa hari kedepan, nggak, kayaknya. Soalnya ada yang harus gue urus dulu disini."
"Sip, dah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗱(𝗲 𝗮 𝘁)𝗵 | OOline
Misterio / Suspenso❝ Hak lo mau percaya atau enggak, yang penting gue udah kasih informasi. ❞