PROLOG

71 4 0
                                    

Minggu, 20 Januari 2026.

Seorang perempuan dengan tampilan casualnya berdiri dengan pandangan kosong menatap jalanan, dirinya tengah berada di pinggir zebra cross ingin menyeberang. Bola matanya kemudian bergerak melihat kedepannya dimana ada dua orang anak sekolah berjenis kelamin berbeda memakai seragam sekolah putih abu-abu sedang bercanda gurau di seberang jalan depannya. Senyumnya terbit, senyum tulus yang jarang banyak orang lihat. Matanya menatap sendu dua anak sekolah itu. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa lampu sudah berubah menjadi merah dan dia juga para pejalan kaki lainnya sudah bisa menyeberang. Setelah tersadar, kakinya mulai melangkah menapaki zebra cross.

"Bella! La!"

Suara itu berhasil menghentikan langkah kakinya. Diputarnya tubuhnya hingga menghadap kebelakang, dimana ternyata ada temannya yang baru saja memanggil dirinya, tengah berjalan setengah berlari menyusul dirinya.

"Buru-buru banget jalannya. Sorry, ya, gue telat lagi hari ini," katanya.

"Nggak apa-apa kali, Lang. Gue juga nggak terlalu menunggu lama disini, sengaja cari angin dulu," ujar Bella. Perempuan itu berjalan diikuti teman laki-lakinya, menuju bangku taman yang dekat dengan keberadaan mereka.

"Lo, gue perhatiin tadi lagi ngeliatin dua anak SMA itu, ya?"

Bella mengkerutkan kedua alisnya hingga hampir menyatu. "Enggak, kenapa emang?"

Laki-laki dihadapan Bella itu tersenyum tipis. "Lo rindu dia, Bella."

Belle tertegun. "Lang, tolong, kita skip pembahasan ini, oke?" Bella menghela nafasnya. "Lagipun, salah ya gue kangen sama dia?" Bella tersenyum pedih.

"O-oke, sorry. Lo enggak salah, Bel," kata Gilang. Tersirat raut wajah merasa tidak enaknya ketika menatap Bella. "Kita lanjut ke Cafe, kan?" lanjutnya.

Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan oleh Bella, dirinya agak tersinggung dengan pernyataan Gilang sebelumnya. Bohong jika dirinya tidak merindukan sosok yang selama hampir 1,5 tahun mengisi hari-harinya, menemaninya semasa SMA nya 3 tahun yang lalu. Bohong jika ia benar-benar melupakan sosok laki-laki yang berperan besar di semasa ia saat SMA.

Jika boleh jujur, seandainya dia bisa mengulang waktu, dia tidak ingin semuanya berubah menjadi seperti ini. Andai dia bisa memilih untuk bertemu atau tidak, dia akan memilih untuk tidak bertemu dengan 'dia', karena Bella tidak ingin memiliki kenangan yang menyakitkan seperti sekarang.

Aku tahu. Kamu hebat, kamu baik, kamu penyayang, kamu pintar menghargai.

Aku? Hanya sebagai seseorang, yang pernah menjadi prioritas, namun sementara.

Kamu adalah satu-satunya yang pernah singgah, dan membuat banyak kenangan yang sulit untuk dilupakan.

Sejauh ini, hanya kamu yang berhasil membuat aku berhenti, berhenti untuk mencintai orang baru setelah kamu.

Aku sempat berharap dan meminta pada Tuhan, untuk mengizinkan aku tetap mencintai kamu dan berharap kamu terus bersama aku.

Tetapi nyatanya, Tuhan punya rencana hebat lainnya yang sudah diatur dengan begitu apik, untuk kita berdua.

Ghazi, Aku rindu kamu.

Aku rindu kita.

Aku rindu cinta, yang pernah jadi milik kita.

****

Mari kita awali tahun baru dengan cerita baru🤍

Note published : 18 December 2023

GHAZI: Deep longingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang