"Ada acak yang tak beratur, ada mendung yang tak kunjung hujan, ada memori indah yang selalu dikenang."
****
Di pagi hari yang cuacanya sedang menggelap karena langit sedang perlihatkan awan abu-abunya, dua orang perempuan dengan seragam sekolahnya terlihat tengah berjalan memasuki sekolah sambil berbincang."Gue lupa enggak bawa payung, buru-buru karena lo sudah sampai di depan rumah gue," gerutu Bella pada Alana yang hanya terkekeh mendengar penuturan dari sahabatnya itu.
"Nggak apa-apa keles, nanti pulang hujan-hujanan sama gue!" balas Alana dengan girang. Perempuan satu itu memang sangat menyukai hujan dan vibesnya.
"Lo suka tapi gue enggak!" Bella berjalan lebih cepat meninggalkan Alana dibelakangnya yang kini sedang menggerutu.
Bella tiba-tiba memelankan laju langkah kakinya, Alana yang berada di belakangnya menyusul dan menatap heran Bella.
"Kok lambat?" tanya Alana. Perempuan itu mengikuti arah pandangan Bella, pandangan perempuan itu ternyata sedang tertuju pada seorang laki-laki yang tengah duduk dengan santai bersama teman-temannya.
"Mau nyamperin?"
Bella menggelengkan kepalanya. "Nggak kayaknya Na, takut ganggu?"
Alana berdecak. "Setiap kali juga lo ganggu kali, ngapain ngerasa gaenak?"
Bella diam tidak menjawab ucapan Alana meskipun dia agaknya kesal dengan penuturan perempuan yang sudah dianggapnya sebagai sahabat itu. Tatapannya tetap lurus menatap objek yang sudah beberapa hari ini mengganggu pikirannya.
Deg!
Tatapan Bella beradu dengan Ghazi. Laki-laki itu tengah menatap dengan tajam pada Bella, tatapan yang khas milik seorang Ghazi. Bella mengalihkan pandangannya kearah lain, dengan cepat langsung menggandeng Alana pergi dari tempat itu, berjalan menuju ke kelas mereka.
****
"Zi, sama Bella gimana perkembangan hubungan kalian?" tanya Tian dengan ekspresi yang tengil.
"Biasa aja."
"Alah, tinggal ngomong aja kalo lo juga udah mulai suka, apa susahnya," celetuk Caka.
"Mau gue tonjok?" tanya Ghazi.
"Ejegile! Katsar sekali bapak waketu ini, Ngewryyyy," kata Caka sambil terkekeh pelan.
"Bentar lagi Bel masuk, kita ke kelas aja skuy? Atau mau bolos?" tawar Kara. Yang langsung saja di jawab dengan girang oleh Caka dan Tian.
"BOLOS DONG!" jawabnya Tian dan Caka bersamaan.
"Gue dateng ke sekolah bukan buat bolos, buat belajar. Yang mau bolos silahkan, gue tetap masuk hari ini." Ucapan mutlak dari seorang Axel tidak dapat dibantah oleh yang lain. Begitu juga dengan Caka dan Tian yang terpaksa harus mengubur keinginan bolosnya.
"Yuk bos masuk kelas," ajak Tian dengan senyuman yang dipaksakan.
Kelima laki-laki yang dijuluki most handsome di sekolah itu berjalan dengan beriringan, di pimpin oleh Axel yang berjalan paling depan. Kegiatan itu mampu membuat seluruh murid terpaku dan tertuju pada kelimanya. Siapa yang tidak tahu pentolan anak Calaveras? Kelimanya itu tampan, pasti banyak yang menginginkan!
"Risih banget." Ghazi bermonolog, tapi mampu didengar oleh Caka.
"Tebar pesona Zi, lumayan nambah fans," bisik Caka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAZI: Deep longing
Teen FictionKamu terlalu baik, sampai aku lupa, bahwa kita hanya sebatas pertemuan, yang bertahan hanya sementara.