Hampir 10 jam perjalananku naik bus dari Jakarta. Lelah dan pegal badan ini saat sampai di terminal dekat rumahku. Kusempatkan masuk minimarket untuk membeli mie instan hangat dan sebotol air mineral, kunikmati sambil duduk didepan pintunya.
Kuingat Mbak Tina, terapis langgananku di spa tapi kini sudah bersolo karier di dunia perawatan tubuh. Kuhubungi nomer hpnya dan masih aktif, aku chat lewat WA. Setelah chat panjang lebar, kami janjian ketemuan dirumahnya agak siang, lokasi sudah ditandai.
Sekitar jam 9.30 aku sampai di lokasi. Kontrakan yang tak terlalu besar, lumayan 3 sekat. Bagian tengahnya untuk pijat meski tak ada tulisan layanan pijat didepan rumahnya.
Kami ngobrol sebentar melepas kangen setelah hampir 2 tahun tak jumpa. Mbak Tina memberiku kain sarung agar pakaianku tidak kotor kena minyak.
Kulepaskan semua pakaianku lalu kupakai sarung itu."Mbak Tin, luluran dulu aja ya, setelah itu baru pijit seperti biasa."
"Gitu juga boleh mas."
"Gak ada acara kan mbak, atau ada pasien lain?"
"Ada sih mas tapi nanti, beberapa temenku mau minta diajari treatment. Mereka pengen kerja sambilan mijit juga."
Posisiku tengkurap dengan tangan lurus kebawah. Kain sarung melingkar di pantat, sebagai formalitas saja. Tubuhku hanya beralaskan kasur kapas, sederhana tp nyaman.Luluran mbak Tina pun sampai ke pangkal paha, memutar daerah paha dan beberapa kali menyentuh biji pelerku. Dia menyuruhku membuka kakiku agak lebar supaya gampang menjangkau paha dalam. Sekarang lulurnya sampai di betis dan tumit tapi ada bagian tubuhku yang terlewatkan.
"Mbak Tin...bagian pantat sekalian ya."
"Oh iya mas."
Dengan cekatan gerakan jarinya menyapu bongkahan pantatku dari balik kain sarung. Disingkapnya kain sarungku sampai ke pinggul hingga pantatku terekspos didepan matanya.
Gerakan tangannya memutar-mutar area pantat sungguh profesional. Lulurnya merata bahkan sampai bagian dalam lipatan pantatku, bagian anus ku pun dilulur juga.
"Tunggu sampai kering dulu ya mas, baru nanti aku bersihin lulurnya."Belum sempat kujawab....kudengar suara beberapa motor berhenti didepan rumahnya. Mbak Tina pun keluar dan terdengar suara riuh perempuan, sepertinya rombongan. Mereka ngobrol asik didepan, hanya selisih sekat tembok dariku yang terbaring telanjang ini.
Kudengar percakapan mereka sepertinya sudah janjian ingin belajar pijat dari Mbak Tina.
Tak lama kemudian Mbak Tina menghampiriku dan bertanya...
"Mas Deni...temanku mau belajar perawatan tubuh, mas jadi modelnya gak apa kan?"
"Oh...emh...ada berapa orang mbak?"
"Ada 6 orang mas, tapi cuma 4 yang belajar, yang 2 cuma nganter dan nemenin."
"Perempuan semua ya?"
"Iya mas, ibu-ibu semua. Mereka temenku sekolah dulu.
"Tapi mbak, aku udah hampir telanjang begini gak apa emangnya?"
"Gak masalah sih mas kalau Mas Deni gak malu"
"Yaudah deh mbak, gak apa. Lagian enakan rame ada temen ngobrol."Mbak Tina pun kembali kedepan, ngobrol sebentar lalu mengajak 4 orang temannya masuk. Mereka semua hampir sebaya, umurnya sekitar 40an tahun.
"Ini Mas Deni langganan saya dari dulu, hari ini pas banget mampir dan bersedia jadi modelnya. Mas Deni...ini mbak Intan, mbak Ria, mbak Dewi, dan mbak Sri. "
Sambil tengkurap setengah telanjang akupun menoleh kanan kiri dan senyum ke mereka yang sudah duduk bersila mengelilingiku. Lulur di badanku sepertinya sudah kering, mbak Tina pun membersihkannya disaksikan 4 wanita.Mulai dari leher belakang, bahu, punggung lalu turun ke pinggang. Lanjut paha sampai ke tumit.
Mbak Tina pun kemudian meraba pantatku yang berlumur lulur kering, dibersihkannya.
"Mas Deni maaf, sarungnya aku singkap ya biar cepet bersihinnya."
"Oh...iya mbak."
Mbak Tina pun dengan cekatan menarik sarungku sampai ke pinggang. Bongkahan pantatku terpampang jelas dihadapan 5 wanita sekaligus. Beberapa dari mereka cekikikan dan berkomentar melihat Mbak Tina membuka lebar pantatku dan bembersihkan lulur di daerah anusku. Badanku sekarang bersih.Mbak Tina sepertinya hendak mengulangi proses lulur dibantu 4 temannya. Dari pundak ada 2 orang, dan dari tumit ada 2 orang juga. Mereka serempak membalurkan lulur di badanku melalui arahan mbak Tina.
"Mbak Tina, ini kain sarung aku lepas aja ya. Nanggung banget, lagian ngganggu juga kan."
"Iya deh mas, boleh kalau mas Deni mau lepas sarung nya."
Kini aku tengkurap telanjang bulat dengan 5 wanita menggerayangi tubuhku.Dari mereka semua ada 1 wanita yang tangannya tak pernah lepas dari pantatku, namanya mbak Ria. Tangannya tak henti meremas bongkahan pantatku sambil melulurnya. Jari lentiknya tak segan menggerayangi pangkal pahaku, sesekali sengaja mengusap biji pelerku sampai batang penisku mengeras. Dia terus menerus melulur bagian antara biji peler dengan anusku, mengusapnya terus seolah tau kalau aku sedang terangsang. Belahan pantatku sampai penuh dengan lulur, 3 temannya pun tertawa sambil melontar candaan
"Ya ampun bu Ria...itu dilulur apa dicebok kok pantatnya mas Deni jadi kayak disumpal lulur gitu hahaha..."Selama sekitar 15 menit aku menunggu lulur di badanku mengering sambil sesekali ngobrol dengan ibu-ibu yang belajar perawatan tubuh. Rata-rata usia mereka 40an tahun sama seperti mbak Tina, ingin coba keberuntungan di dunia pijat. Baru kali ini mereka belajar perawatan, diawali lulur dan nanti pasti praktek pijat juga.
Mbak Tina kembali memberikan instruksi cara membersihkan lulur dari badan, mereka semua sangat memperhatikan. Kini giliran mereka mencoba. Ibu-ibu yang tadi melulurku bagian atas sekarang berganti membersihkan lulur dari bagian bawah tubuhku. Lagi-lagi mbak Tina memintaku membuka kaki lebih lebar agar mudah membersihkan lulur bagian paha. Kuturuti perintahnya dan kini kedua kakiku terbuka lebar hingga ibu-ibu itu bisa bebas melihat biji pelerku sambil celometan dan tertawa ringan.
Seperti biasa bagian pantatku jadi bagian terakhir yang dibersihkan lulurnya, dan mbak Tina pun sedang ke dapur membuatkan minuman. Mereka berempat cekikikan sambil memijat pantatku, ada juga yang mengelusnya dan ada juga yang membersihkan lulur. Dengan 4 wanita membersihkan lulur sepertinya pantatku akan kinclong seperti pantat bayi.
Namun ada 1 orang yang agak iseng, mbak Intan. Dia sengaja meraba dan menggosok daerah selangkanganku, mengusap biji pelerku berulang kali. Jelas saja hal itu jadi bahan candaan mereka berempat. Mereka pun bergantian meraba biji pelerku dan mengusap selangkanganku. Ada pula yang mengeksplorasi pantatku sambil mengelus anusku lalu dicubitnya pantatku sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa untuk memecah situasi canggung dan sesekali ikut becanda.
Kembalinya dari dapur, mbak Tina berniat membersihkan sisa-sisa lulur yang berceceran di sprei dan lantai lalu mbak Dewi bertanya
"Kalau lulur bagian depan nya bagaimana? Bagian depan nya kan belum."
"Oh iya....mau belajar lulur bagian depan juga?"
Mereka pun lalu tertawa riuh sambil melihat kearahku. Perasaanku gak enak karena batang kejantananku pas sedang keras-kerasnya, kalau balik badan langsung jadi santapan mata para wanita ini.Mbak Tina pun memintaku balik badan. Aku agak sedikit sungkan dan sedikit malu, tapi yasudahlah pede aja. Kubalikkan badanku sambil kuletakkan tangan kiriku menutupi batang kejantananku meski tak seluruhnya tertutupi dan biji pelerku bebas terekspos.
Bu Dewi pun komentar
"Mas Deni buat apa repot nutupi pakai tangan, toh tetep kelihatan hahahahaha....."
Lalu mereka pun tertawa termasuk mbak Tina.Aku masih menengok kanan kiri mencari kain sarungku tapi entah kemana. Ya sudah pasrah saja, kuletakkan tangan kiriku kesamping dan alat kelaminku pun terpampang bebas jadi santapan mata 5 wanita.
"Tuan rumahnya baik ya, baru datang sudah disuguhi pisang hahahaha...."
Mereka pun tertawa dan pandangan mereka tak pernah lepas dari batang kejantananku.Seperti biasa lulurnya mulai dari kaki dan dada, lalu ke tangan dan paha. Nah lagi-lagi mbak Tina memintaku membuka kaki lebih lebar. Mbak Dewi dan mbak Intan pun dengan cekatan melulur paha kanan dan kiriku, dari atas lutut sampai pangkal paha dan menyenggol biji pelerku meski tidak sengaja.
"Auw....pelan aja mbak, kena dikit tadi."
"Oh iya mas...maaf ya, tadi kusengaja. Eh maksudku gak sengaja hehehe...."Sementara 2 wanita lain melulurku sampai bagian perut atas dan pinggang dan ragu apakah bisa sampai perut bagian bawah karena ada batang kejantanan yang sedang keras-kerasnya.
"Budhe Tin....ini gimana lulurnya bisa sampai perut bawah juga?"
"Iya bisa kalau lulur."
"Trus caranya gimana, kan ada titidnya itu?"
Pertanyaan mbak Sri tadi kembali membuat teman-temannya tertawa.