“Ya, nggak sih.. penasaran aja” balas gue
“Hm.. jadi tuh ada game baru kan namanya [Adventure of Aether] gitu, nah emang itu game lagi naik daun dan mereka butuh BA gitu buat masarin gamenya” balas Marcel sembari meminum air
“Oh, gue belom pernah main sih.. tapi emang ya ada beberapa fans yang minta gue jadi si Aether itu” ujar gue, dan kemudian gue menunjukkan DM dari akun Instaphoto gue.
“Ya, lu cobain aja dulu gamenya. Minggu depan kita ketemu sama tim mereka” balas Marcel lalu ia kembali menyantap bakmienya
Tak lama berselang bakmi kedua gue datang dan gue langsung melahap bakmi tersebut dan tiba - tiba handphone gue berdering. Seketika itu gue langsung menelan makanan gue dan mengambil handphone.
“Anjir, ngapa sih ni orang nelpon mulu” batin gue, Marcel tiba-tiba langsung menyahut sembari melihat gue yang terdiam melihat layar handphone dengan nada dering yang terus berbunyi
“Angkat gih, sapa tau penting” dan gue lamgsung mematikan telpon tersebut dan melanjutkan makan. Marcel pun bingung kenapa gue nggak mengangkat telpon tersebut
“Nggak, males” balas gue dan kembali menyeruput mie hingga tak terasa sudah dua mangkuk bakmi habis.
“Haaaa, kenyang” sahut gue, dan kemudian gue berjalan ke arah kasir dan membayar makanan. Setelah membayar makanan gue dan Marcel, gue kembali kearah tempat duduk gue dan pas banget Marcel pun baru mau bayar, padahal makanan dia gue juga yang bayar.
“Cel, makanan lu udah gue bayarin” sahut gue dan saat gue melihat wajah Marcel yang kaget, bingung dan juga kesal membuat gue tertawa cukup terbahak - bahak. Marcel langsung kembali ke tempat duduk dengan wajah masam
“Lu nape ga bilang sih? Kan sekarang gue terpaksa kudu ngebayarin lu” ujar Marcel.
“Heh, sapa bilang lu harus bayarin gue.. ini murni tulus dari hati gue cel, gausah lebay dah” balas gue
“Yakin lu?” tanya Marcel
“Yakin, elah.. dah ya gue cabut duluan. Mingdep kan ketemuannya, kabarin ya” balas gue dan gue pun langsung pergi balik ke kostan naik ojek online yang udah gue pesan tadi sebelum pergiSepanjang perjalanan gue cuma bisa diem, bengong, melihat pemandangan kota Jakarta yang padat. Tak terasa setelah sejam perjalanan gue sampai di depan kostan, dan pas gue turun tiba-tiba ada sosok yang bener-bener gue nggak mau lihat seumur hidup gue.
Siapa lagi kalau bukan abang gue, Andre. Gue buru-buru bayar ojek dan langsung pergi kedalam, dan abang gue mencoba ngikutin gue hingga depan pintu kamar
“Dek, kamu tuh kenapa sih? ditelpon nggak diangkat, di chat nggak dibales. Kamu tuh kenapa?” tanya abang gue. Gue yang berada di depan pintu cuma bisa menghela nafas sembari memegang gagang pintu yang akan segera gue buka.
“Mas, kamu tau kan ya aku benci banget sama mas” ujarku, akupun menguatkan diri untuk melihat wajahnya yang sok memelas itu dan nyaris membentakknya
“Mbok ya kalo mau pulang, pulang kerumah dulu. Ketemu papa sama mama” bentakku
“Kamu kan tau, aku diusir” balasnya
“Iya, diusir gara-gara ga mau nurut, sekarang siapa korbannya? Aku dewek mas! Aku!” balasku lagi
“Udah ngebangkang, nggak mau pulang. Mas tahu Ibu tiap nelpon aku selalu nanyain kenapa kamu ga nelpon ibu. Tiba-tiba sekarang ke Indonesia mau ketemu sama aku tapi nggak mau pulang” lanjutkuAbang gue terdiam beberapa saat
“Udah, pulang sana, aku kabari ibu kamu di Indo. Pulang ke Surabaya, ndak usah ketemu aku” ujarku dan aku langsung masuk dan menutup pintunya dengan kencang
“Sen, cuma kamu sen yang bisa. tolong sen” pinta abang
“Balik! Atau kutelpon polisi” gertakku
“Aku bangkrut sen, tolong lah izinin aku tinggal sama kamu dulu” pintanya lagi. Akupun menaruh tasku dan kembali keluar kamar
“Nggak! aku nggak mau, wis aku telpon Ibu minta bude Maria jemput kamu terus anter kamu ke Surabaya” balaskuGuepun langsung nelpon nyokap gue
“Halo ma” panggilku
“Iyo, ada apa sen?” tanya Mama
“Ma, bisa telponin atau kasih tau tante Maria” pintaku
“He, ada opo sen? Kamu belum bayar kostan?” tanya mama
“Ndak, ini ada anak kesayangan mama di kostan aku, ndak pernah pulang. Minta tante suruh jemput terus anterin dia ke Surabaya”Dan suasana hening untuk sesaat
“Ma/” panggilku
“Andre di sana “ Tanya mama
“Iya, mau ngomong?” tanyakudengan suara terisak nyokap gue bilang iya, dan gue langsung nyerahin handphone gue ke abang
“Nih ibu mau ngomong sama kamu, wis aku mau ke dapur” ujar gue sembari memberikan handphone gue ke abang dan pergi ke dapur.
Setibanya di dapur gue langsung kearah kulkas dan melihat ada ayam filet di dalam kotak yang belum gue masak.
“kalau lagi kesel gini enaknya makan yang pedes” batin gue, dan mengambil kotak tersebut, menaruhnya di meja dan menutupnya
Kemudian gue mengambil jahe bubuk dan bawang putih bubuk yang ada di dekat rak bumbu dan menaruhnya di meja. Selanjutnya gue ambil talenan dan pisau kemudian mengeluarkan ayam filet tersebut dan memotongnya menjadi potongan kecil
Setelah dipotong, gue masukan ayam tersebut kembali kedalam kotak dan menuangkan jahe bubuk, bawang putih bubuk, garam, dan merica. Lalu gue mengambil kecap asin yang ada di meja dan menuangkannya ke ayam filet
di atas rak tergeletak bungkus tepung ayam goreng pedas, langsung gue ambil bungkus tersebut, membukanya dan menuangkan sebagian ke ayam filet lalu mencampurnya. Setelah itu gue menyiapkan wajan dan menuangkan minyak untuk menggoreng, kemudian menyalakan kompor.
Sembari menunggu minyaknya panas gue iseng ngeliat abang gue yang masih telponan sama nyokap, akhirnya gue kembali ke dapur dan mulai menggoreng kaaragenya. Bau harum goreng kaarage emang menggoda sih, bahkan sampai salah satu penghuni kosan tiba - tiba kedapur karena baunya
Setelah digoreng selama 4 menit gue angkat terlebih dahulu biar mateng ayamnya, apinya gue kecilin hingga paling kecil, dan setelah 2 menit gue gedein apinya di paling maksimum dan setelah asap keluar dari sisi wajan gue goreng lagi, tapi cuma 10 detik habis itu gue angkat dan ditiriskan.
Kaarage pedes jadi deh, gue matiin kompor dan gue taro kaarage mateng tadi di piring, tiba-tiba terdengar suara dari sisi kanan lorong deket dapur
“Sen, lu masak apa dah?” tanya seseorang
“Masak ayam goreng” balas gue kemudian orang tersebut langsung keluar dari kamarnya dan berjalan kearah dapur
“Bagi dong sen” tanyanya, kemudian gue sodorin piring berisi kaarage panas dan memintanya untuk mengambil piring. setelah itu ia mengambil beberapa potong ayam dan kemudian pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[RWM] Diari Memasak Seno : Serena Artialis
General FictionNamanya adalah Seno Adi Wijaya, sehari - hari ia hanyalah seorang mahasiswa penyendiri yang selalu pulang ketika selesai kuliah Namun di luar sana, bagi sebagian orang ia dikenal sebagai CYRUS, si cosplayer yang terkenal dengan seribu wajahnya kare...