CHAPTER 1V: TAMAGO SANDO

5 1 0
                                    

WED, 7:30 AM

Hari yang paling gue benci akhirnya tiba, iyap.. hari di mana ada kumpul untuk tugas kelompok. Jujur, kalau bukan karena tugas kelompok laknat ini sih gue mau di kost atau pergi ke daerah PIK untuk sekedar cari kostum baru buat event.

Bangun pagi terasa lebih berat, belum lagi gue masih kepikiran soal tawaran Marcel tentang jadi Brand Ambassador buat game baru, i mean… ya gue sih mau-mau aja tapi rasanya gue takut kalo ini malah ngaruh ke kuliah gue. Bisa-bisa berabe kalau sampai kacau

Tiap langkah yang gue buat untuk kegiatan hari ini kayak ngelangkah sambil bawa pedang segede babon. berat anjir! Ugh, rasanya beranjak dari kasur menuju kamar mandi kek mau ke medan perang.

Sialnya gue satu kelompok sama manusia-manusia yang gue paling hindarin di muka bumi! Siapa lagi kalo bukan gengnya Tia, dan Mario si cowok idaman kampus. Ya, seengaknya ada satu manusia yang setipe gue, si Juna jadi ya nggak sengsara-sengsara amat lah. Meski ya ujung-ujungnya gue sama Juna juga yang kerja. Tapi persetan lah, demi nilai sempurna gue jabanin

Dari tadi notifikasi ponsel gue terus berbunyi, dan gue mencoba sekeras mungkin untuk nggak buka hp demi kenyamanan gue. Tapi tiba-tiba setelah gue mandi, ada suara dering telpon, mau nggak mau terpaksa gue angkat dan benar aja yang nelpon tidak lain tidak bukan adalah ketua kelas si Tia Andriana

“Halo, sen.. lo jadi ikut tugas kelompok di Cafe Harlem kan?” tanya Tia
“Iye, gue baru abis mandi.. jam 9 kan?” balas gue.. tiba-tiba Tia terdiam sejenak
“Erm, gue sama temen-temen gue baru bisa jam 3 sore, soalnya gue ada urusan sih. Biasa. Lu sama Juna aja yang mulai duluan. Nanti kita bantuin deh sisanya, gue tar paksa Mario bantuin lo” ujar Tia dengan nada ngeles

“KAN GUE BILANG APA?!” Batin gue, untuk sejenak gue diam dan nggak langsung balas si Tia. Jujur, gue lebih seneng diajakin debat sama sesama cosplayer ketimbang ama selebgram yang ga terkenal-terkenal amat.

“Iya, sok aja” balas gue pendek
“Yey, thank you banget sen.. tar gue traktir lo deh! Okey Ciao beb!” balas Tia dan ia langsung menutup telponnya.

“Bangsat! Ah tau gitu mending di taman kampus aja dah” ujar gue, dan gue langsung telpon Juna, tak perlu waktu lama Juna langsung angkat telpon dari gue

“Jun, lu hari ini jadi ikut kerkom kan?” tanya gue
“Iya, di Cafe Harlem kan? ini gue udah mau jalan” balas Juna
“Nggak, jun kita ke taman kampus aja deh. si Tia mau ada “urusan” dulu” ujar gue sembari menekankan kata Urusan dengan nada sarkas
“Oh, iya si Mario juga baru aja nelpon gue, katanya dia nggak bisa. Mau ada latihan Basket dulu, katanya mau turnamen” balas Juna
“Fix, kita berdua aja lah yang kerjain, di Taman Kampus aja ya.. tar gue bawa makanan deh” ujar gue
“Oh oke, ntar gue bawa kabel buat laptop, sip gue jalan sekarang ya Sen” balas Juna
“Yo! Tar ya jam 9 gue kesana, oke, thank you Jun” balas gue dan langung gue tutup telponnya.

Gue melihat ke jam yang menunjukkan pukul 8.30, dan gue kepikiran untuk bawa Tamago sando buat dimakan. Selain gampang, bahannya mudah dan ga ribet bawa-bawa tempat bekal.

Langsung gue pakai baju dan setelah itu mempersiapkan bahan untuk membuat tamago sando khas gue.

Pertama, gue ambil telur, daun bawang, mayonais, dan roti tawar yang ga dimakan-makan dari kulkas, pas gue ambil rotinya, gue cek tanggal kadaluarsanya sih udah lewat satu hari. Tapi, selama masih bagus ya nggak apa-apa juga, dan beruntung itu rotinya cukup untuk dua sandwich.
Gue bawa bahan-bahan tersebut ke kamar, dan menaruhnya di meja. Kemudian gue ambil panci kesayangan gue dan mulai memasukkan air untuk merebus telur, lalu gue nyalakan panci dan setelah 5 menit, air mulai mendidh, gue langsung masukkan telur kedalam panci.

Untuk membuat sandwich dua porsi, seengaknya sih butuh 5-6 telur rebus. Sembari menunggu gue mengambil plastik kiloan yang ukuran besar yang gue potong sisi kiri dan bawah untuk melebarkannya, karena ini yang akan ngebungkus si sandwichnya nanti.

Gue juga menyiapkan mangkok berisi air dingin dari kamar mandi untuk ngerendem si telornya ketika udah selesai direbus. Tujuannya agar nggak kematengan aja sih.

Setelah 9 menit, gue angkat telur tersebut dan memasukkannya kedalam mangkuk yang berisi air dingin itu dan menunggu sekitar 2 menit agar benar-benar dingin, sembari itu gue mulai menyiapkan mangkuk untuk mencampur telur, mayonais, daun bawang, dan senjata andalan khas gue “furikake” alias ya taburan untuk makan nasi, atau bon cabe juga bisa aja sih.

Habis itu, gue memindahkan mangkuk yang berisikan air ke wastafel dan membuka cangkang telur rebus. setelah terbuka semua, gue ambil telur yang udah dingin dan memasukkannya kedalam mangkuk, kemudian gue menuangkan sisa bahan-bahan tadi seperti mayonaise, furikake, daun bawang yang gue gunting dan gue tiba-tiba teringat untuk menambahkan perasan lemon

Langsung gue lari ke dapur dan mengambil botol yang bentuknya seperti lemon dengan stiker yang gue tulis gede-gede

“INI PUNYA SENO, NGAMBIL DOSA!”

Setelah itu gue kembali ke kamar dan menaruh botol tersebut di samping mangkuk campur. Lalu, bahan yang udah ada dalam mangkuk gue bejek dan campur jadi satu, bejeknya ya jangan sampai kehalusan, minimal ada potongan2 kecil telurnya. Kemudian gue masukkin sedikit garam pake yang sisa sachet kemarin, gula sachetan secukupnya aja dan air perasan lemon dari botol lemon

Gue campur lagi, kalau sudah tercampur semua. Gue lembarkan plastik tadi dan taruh 2 potong roti diatasnya, kemudian gue masukkan campuran telur tadi sebagian di salah satu sisi roti, dan gue ambil sisi yang kosong dan ditumpuk diatasnya.

Kemudian, gue bungkus dengan plastik agar isiannya ga tumpah, gue tutup cukup kencang dan padat, lalu gue tindih dengan buku kuliah gue. Begitu juga dengan setangkap roti selanjutnya.

Setelah 10 menit gue diamkan, akhirnya gue belah sandwich yang masih terbungkus dengan pisau, dan langsung gue masukkan ke kotak bekal yang udah gue siapkan.

Tanpa gue sadarin ternyata jam udah nunjukkin pukul 9.15, dan gue langsung buru-buru ganti pakaian dan menyiapkan perlengkapan buat kerkom yang pada dasarnya cuma laptop sama buku catatan matkul Hukum bisnis. Memesan ojek online dan langsung berangkat bertemu dengan Juna.

[RWM] Diari Memasak Seno : Serena ArtialisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang