hariku bersamanya

30 9 6
                                    

Biru gak henti-hentinya tersenyum mendengar rekaman suara dari Tegar.

Suara Cecilia tentang sudut pandang pertemuan pertama dan penutup mereka.

Yap, Tegar inisiatif merekam diam-diam, agar Biru tak lagi insecure dan kepikiran.

Ia semakin yakin kalau dulu Cecilia pasti sempat lah naksir dirinya.

Makin lebar senyumnya, ketika rekaman itu selesai, notif WhatsApp dari Cecilia masuk di pop up bar nya.

Dengan antusias ia buka notif itu.

Cecilia🍯
| Bay, lo Minggu kosong gak
| Mau nemenin gue jalan?

Tingkah Biru udah gak ketolong, ia memekik tertahan sambil melompat sekali. Wajar saja, Biru itu amat sangat ekspresif.

Me
| BOLEH BANGET CE
| Eh maksud gue,
boleh ceciliaa

Cecilia🍯
| Okay then
| Gue kabari lagi besok

Me
| Oke

Biru menutup ponselnya, memasukkannya dalam saku jaket dan bersiap mengeluarkan Tatang, motor kesayangannya, dari parkiran fakultas Teknik.

...



Cecilia menatap kosong pemandangan di depannya.

Yang ia lakukan sekarang sudah benar, bukan?

Ia hanya ingin menyembuhkan luka hatinya. Ia ingin lebih terbuka dengan orang lain.

Orang-orang mengira Cecilia dari luar adalah sosok tangguh, padahal, ia tak lebih rapuh dari kayu tua yang dilahap rayap.

Mereka mengira, "wah, Cece cepat move on nya ya? Biasanya abis putus tuh ada fase menyendiri sama nyembuhin hati dulu"

Nyatanya, mereka salah. Butuh waktu sebulan sampai ia benar-benar tidak menangisi Mikael lagi. Ia sudah ikhlas sekarang. Ya walau, kalau liat dia sama yang lain, masih ada rasa sesek di hati. Kaya beberapa hari lalu, hehe.

Katakanlah Cecilia jahat, mempergunakan Biru sebagai peralihannya dari Mikael. Pada akhirnya, pendiriannya tempo lalu yang tak ingin menjadikan Biru sebagai "pelampiasan" kini rubuh.

Ia butuh hadirnya Biru pada masa-masa ini.

Sampai ia benar-benar sembuh, ia akan mencoba menerima langkah pdkt Biru padanya.

Arubiru☝️
| Cecilia
| Lo bisa gunain gue buat pelampiasan Mikael
| As long as you happy, im happy too

Begitulah baris pesan yang terkirim padanya dua menit lalu, saat dirinya baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi kelas.

Ia yakin Tegar dan Nathan sudah cerita pada Biru. Bahkan ia yakin, berita putusnya dengan Mikael menjadi trending topik sampai sekarang, gak mungkin orang gak tahu.

Terbesit rasa penyesalan dan beribu maaf dalam hati Cecilia.

Ia harap, ia tidak terkena karma.


...



Hari H janjian Cecilia dengan Biru.

Biru udah ribet sendiri di kamar kosnya. Ia berkali-kali gonta-ganti baju dan outfit.

Sial, biasanya ia tidak mati gaya seperti ini soal outfit.

Karena Cecilia, ia overthinking soal baju!

Baiklah, akhirnya Biru sudah memutuskan mau pakai apa.

Disisi lain, Cecilia mematut dirinya didepan kaca. Setelah memoleskan liptint Cherry di bibirnya, ia mengulaskan senyum.

Sempurna.

Ia tak terlalu ribet soal pakaian, toh ia hanya bertemu Biru. Bukan dosen, ataupun mantannya.

Ah, tidak. Ia harus menghapus bayang Mikael sekarang. Ia tak ingin merusak agendanya karena teringat kenangannya bersama Mikael.

Mengetahui kalau Biru suka padanya, Cecilia tidak risih. Ia justru merasa aman.

Ia segera menuruni tangga dan pamit pada ibunya yang lagi masak salmon di dapur.

"Hati-hati Eci!" Teriak ibunya dari dapur. Pengantar Cecilia sebelum menghilang dari balik pintu.





...




Cecilia dan Biru menatap geli satu sama lain.

Ketika pertama mereka bersua di toko buku tempat mereka janjian, mereka langsung salah fokus sama baju mereka yang kebetulan, senada!

"Ini lucu hahaha!" Tawa Cecilia cekikikan. Biru tertawa karena Cecilia tertawa.

Lalu keduanya berjalan bersisihan. Ada canda dan konversasi diantara keduanya yang nampak membunuh waktu.

Hingga langkah mereka berhenti di sebuah rak buku dengan kategori komunikasi.

Biru hanya bisa melihat wajah serius Cecilia yang nampak membolak balik buku teori yang Biru sendiri gak paham.

Lantas gadis itu dengan tangan satunya mengambil ponsel, melihat layar dan buku bergantian.

Setelah yakin, Cecilia ambil buku itu.

"Lo gak nyari buku juga? Atau apa gitu Ru?"

Biru sempat tersentak saat Cecilia memanggilnya dengan panggilan Ru.

Muka bertanyanya disadari oleh gadis itu. "Nama lo kan Arubiru, gapapa kan gua panggil lo Aru?"

Tidak masalah sama sekali! Ingin rasanya Biru berteriak seperti itu.

"Hahaha, santai aja. Apapun panggilannya gue tetep suka"

Mampus, Biru keceplosan.

"Gue gak maksud" Lanjut cowok itu panik.

"Lo bisa panggil gue Eci. Itu nama kecil gue dan cuma orang rumah yang manggil gue pake itu. Impas, kan?"

Wah, Biru tak menyangka Cecilia orang yang sefrontal ini.

Diluar fikri.

"Hahah, oke, Eci" Balas Biru seadanya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi Aru. Gak beli buku?"

"Enggak sih, mungkin mau nyari buku sketsa baru"

Cecilia mengangguk. Tanpa sadar menggandeng tangan Biru menuju daerah buku gambar.

Biru, yang hobinya nemplok sana sini itu sekarang malah grogi. Namun ia membenarkan letak genggaman gadis itu yang sempat meliriknya bingung.












Baru beberapa mereka jalan, langkah Cecilia yang kecil itu terhenti tiba-tiba.

"Mikael?"





...



note :

scroll lagi ya bund aku dobel up!! (⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡

good together ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang